FM : 00

774 75 5
                                    

Bisa di bilang gemuk adalah hal yang wajar, namun tidak untuk Kana. Bibir manis bagaikan cheesnut miliknya setiap hari selalu terisi dengan berbagai macam makanan dan minuman.

'Aku begini karna Miu'

Begitulah kalimat yang sering Kana katakan kepada setiap orang yang menyelanya 'Gendut'

Di pojok kamar bergaya minimalis banyak sekali sampah berserakan, tongnya sudah tergeletak tidak beraturan.

Buku-buku tidak pada tempatnya.

Pintu kamar mandi yang terbuka mengundang aroma yang tidak sedap untuk masuk.

Ayolah, hanya untuk menutup pintu saja bahkan Kana terlalu malas untuk beranjak.

"Semales itu ya kamu gerak?" Mew menggelengkan kepalanya tidak habis pikir.

Mew merasa telah gagal menjadi seorang kekasih

"Wave punyaku mana? Lupa beli lagi?" pandangannya sama sekali tidak berniat untuk menoleh kepada siapa yang di tuju.

Bagi Kana playstasion yang sekarang tengah ia mainkan lebih menarik dari pada Mew.

"Sengaja, biar kamu ga minum gituan lagi"

Eksitensi Kana berubah, kepalanya menoleh cepat. Melempar stik ps ke sembarang arah.

"Terus aku sekarang minum apaaa" menangis berguling-guling di atas tempat tidur.

Tidak terima.

Sudah dua hari Kana tidak menegak Wave Sparkling Water minuman penghilang haus kesukaannya.

"Air putih ada" balas Mew.

Dirinya di sibukkan dengan barang-barang milik Kana yang berceceran seperti kapal pecah.

Di rapihkan satu persatu, di kembalikan kepada tempatnya meskipun Mew tau besok atau lusa barang-barang itu akan berantakan lagi 

Kana masih berguling-guling, menghentakan kakinya merasa kesal. Mew diam-diam memperhatikannya, menelisik keseluruhan tubuh Kana yang masih di baluti piyama bekas semalam.

"Gapapa kalo kamu gamau rapihin tempat tidur, seenggannya urusin badan. Mandi, cuci muka, keramas, maskeran segala macem. Aku yakin bunda ngga akan ngomel lagi"

"Aku kan ngga keluar, kenapa harus mandi?"

Mew melenguh, kini gilirannya untuk mengambil satu persatu baju kotor milik Kana yang tersampai di pinggir tempat tidur. "Keluar atau ngga keluar mandi itu perlu. Biar badan kamu fresh dan ngga males-malesan"

"Aku ngga males-malesan aku cuma lagi hemat energi aja"

Sebebal apapun Kana, dia selalu mampu membuat Mew tertawa meskipun dalam hal-hal yang kecil.

Kakinya kembali masuk ke kamar Kana setelah hampir sekeranjang penuh baju kotor Kana Mew biarkan berputar di mesin cuci.

Mew duduk di pinggiran tempat tidur, menggusak rambut Kana yang sudah lepek. Entah berapa hari pria itu tidak mencucinya.

"Mumpung masih jam tujuh, mandi ya? Aku bantuin keramas, sekalian pijit mau?"

Mendengar tawaran yang mengasyikan tentu Kana antusias, ia mengangguk riang dengan mata yang memancarkan kebinaran.

"Mauuuu, tapi gendong"

Mau tidak mau Mew mengiyakan, ia rela punggungnya nyeri untuk kesekian kalinya demi membujuk kekasih manisnya agar mau mandi.

Tidak apa

Sebesar apapun berat badan Kana, masih besar cinta Mew yang sudah tiga tahun tumbuh semakin dalam dan jatuh.

...

Punggung Mew di tindih oleh Kana menyusuri tangga, tiga puluh menit yang lalu Jia meneriaki keduanya untuk turun makan malam.

Namun

Mereka terlambat karena ulah Kana yang senang bermain air di kamar mandi.

"Kalo ngga ada kamu, entah jadi apa Kana sekarang" Jia berceletuk.

Matanya asik menelisik Kana yang heboh memakan satu porsi mie lengkap dengan sausnya.

Diam-diam Mew melirik Kana, menggantikan piring yang masih tersisa mie dengan semangkuk sayur capcai.

Kana menggeram tidak suka mengerungkan keningnya menyerang Mew. "Mienya belum abis!"

"Makan capcai dulu nanti lanjut lagi makan mienya"

Pada akhirnya Kana hanya menurut, lagi pula ia sudah berjanji kalau hari ini dia makan mie maka hari itu juga ia akan memakan sayur mayur.

"Tuh kan apa bunda bilang, kamu berarti banget buat Kana. Makasih ya"

Mew tersenyum tipis

Mew sudah seperti ayah bagi Kana, terlepas dari Jia yang sudah kehabisan akal, bagaimana lagi membujuk Kana agar lebih bersemangat dan produktif seperti beberapa tahun ke belakang.

....

Meskipun berat badan Kana semakin hari semakin bertambah, tapi Mew tetap mencintainya seperti sejak awal. Rasa itu tidak pernah berubah sedikit pun

Kana akan selalu menjadi kucing manisnya hingga nanti.

Seperti sekarang keduanya sedang menikmati malam mereka dengan berpelukan di bawah selimut yang sama.

Dekapan ciuman dan sentuhan tidak ragu Mew berikan pada orang yang sudah tiga tahun menemaninya itu

"Miu, aku mau beli boneka alpaca yang gedeeee banget biar bisa aku peluk. Tapi uangnya ngga ada, abis terus aku beliin makanan hihi. Nanti kalo aku ulang tahun beliin ya"

Mew tersenyum tipis, ia lagi-lagi harus merelakan uang simpanannya hangus demi menunaikan keinginan sang kekasih.

Menyampirkan poni-poni Kana yang telah panjang ke belakang telinga, melabuhkan satu kecupan pada dahi lega milik Kana. "Ngga perlu nunggu ulang tahun, besok juga aku belikan kalo kamu janji akan berubah"

Bibir Kana mengerucut, ia merasa tidak percaya diri sekarang. "Kamu ngga suka aku yang gendut ya? Aku jelek ya sekarang, ngga cantik kaya dulu lagi?"

"Bukan masalah badan, tapi masalah pola hidup kamu yang ngga teratur"

"Aku nyaman kok kaya gini"

Mew merasa bersalah, ucapannya kali ini pasti telah menyakiti perasaan Kana. Terlihat dari wajah Kana yang seketika berubah masam tidak bergairah

Pelukannya di pinggang Mew nyaris terlepas namun dengan cepat Mew kembali merengkuhnya. Tidak membiarkan pria kecilnya menjauh bahkan hanya untuk beberapa sentimeter saja.

"Aku suka kamu yang apa adanya. Tetep jadi Kana yang aku kenal selama ini. I'm sorry"

Kana mengangguk moodnya cepat berubah jika itu dengan Mew, Mew akan selalu menjadi tempat ternyaman untuk Kana pulang.

Mew adalah rumah bagi Kana.

Mew sadar ia tidak bisa memaksakan kehendaknya kepada Kana, sedikit banyaknya Mew juga terlibat karna sering kali ia memanjakan Kana sehingga Kana menjadi bebal seperti ini.

Tidak pernah ada bentakan, tidak pernah terdengar nada tinggi mungkin itu yang membuat Kana sekeras kepala ini.

Mew terlalu memanjakannya.





Tbc.

FAT MAN! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang