FM : 04

257 45 1
                                    

Dalam gelapnya sepi di balut jaket kulit di temani secangkir teh hangat Kana duduk di taman. Memandang jauh ke depan menunggu Mewnya tiba.

Sudah satu jam Kana duduk disana malam-malam seperti ini, Jia sempat menegurnya namun seperti biasa anak itu keras kepala.

"Ngapain si malam-malam begini, duduk disini. Dingin tau"

"Mew...." Kana menjerit riang berdiri spontan ketika suara seseorang terdengar dari belakang.

Wajahnya tersenyum sebelum akhirnya berubah kembali sendu, ketika yang ia temui bukanlah Mew melainkan Bright.

"Iss ngapain kamu kesini. Suka sekali mengganggu Kana" dengus Kana berbicara ketus. Kembali duduk di ikuti Bright di sampingnya.

"Ih jangan dekat-dekat Kana. Nanti Mew Mew marah"

Bright menatap Kana gemas, mencubit pipi itu sampai Kana memekik tidak suka. "Ih sudah Kana bilang jangan pegang-pegang"

"Sut, diam! Kamu ini ya suka sekali marah-marah. Nanti cepat tua loh"

"Tidak apa-apa tua, yang penting Mew Mew tetep suka".

Bright menggeleng tersenyum, pandangannya fokus ke depan. Menarik jaket agar semakin menutupi tubuh tegaknya.

"Secinta itu ya kamu sama dia? Kamu selalu menyematkan nama itu di setiap kata-kata kamu" tanya Bright. Menoleh menatap Kana yang canggung mencoba memepetkan dirinya ke sudut kursi.

"Iya, Kana cinta Mew. Kamu jangan berani-beraninya rebut Kana dari Mew" balas Kana.

Bright tersenyum lagi menggeleng, mengacak surai Kana. "Jangan pede"

"Ih Bright nakal. Sudah Kana bilang jangan pegang-pegang, nanti Mew Mew marah"

"Kamu perduli sekali sama perasaannya, hal itu tidak seperti membuat dia perduli sama perasaan kamu juga"

Kana mendelik, keningnya mengerut selepas meneguk secangkir teh buatan Jia. Kana tidak suka Bright mengatakan itu

"Maksud kamu apa ngomong begitu!?"

"Oh jadi benar ya, aku hanya melihat sejak tadi pria itu tidak kunjung datang menemui kamu. Sudah satu jam lebih kamu duduk disini, berulang kali menghubunginya, tapi laki-lakimu tidak menjawab sama sekali. Benarkan?"

"Ih Bright tau dari mana. Kamu menguntit Kana ya?" tukas Kana, memukul-mukul bahu Bright.

Bright tidak menghindar atau pun mencegah, kepalanya menoleh ke atas tepat ke sebuah jendela yang terbuka di lantai dua di rumahnya. Rumahnya bersebelahan dengan rumah Kana.

"Dasar penguntit" balas Kana.

"Aku hanya tidak sengaja duduk di balkon, lalu menemukan kamu disini. Kamu tampak gelisah sejak tadi, ada apa?"

"Jangan kepo sama Kana. Kamu tidak sadar kamu telah melanggar privasi orang Bright" pembicaraan Kana mulai serius, Bright tidak tahan melihatnya.

Kana yang biasanya suka sekali marah-marah memang menggemaskan, tapi Bright tidak menyangka kalau Kana bisa seserius ini dan itu tampak cantik.

"Baiklah aku minta maaf. Aku pergi" katanya

Dua menit setelah itu Bright kembali lagi. "Is mau apalagi, jangan mengganggu Kana"

Kana tersentak langsung diam, Bright memasangkannya sebuah syal yang awalnya melingkar di lehernya beralih melingkar di leher Kana

"Selamat malam" katanya kemudian cepat pergi dari hadapan Kana sebelum Kana semakin mengamuk.

Kana duduk termenung, terpangku dengan kejadian barusan. Bright yang ia kenal menyebalkan ternyata bisa sepeduli itu, lantas bagaimana dengan Mew.

Kana jadi teringat pembicaraan Bright beberapa waktu yang lalu,  yang mana sudah satu jam lebih Kana menunggu Mew, ribuan pesan Kana kirim juga panggilan yang tak kunjung di jawab.

Mew kemana, apakah benar ucapan Bright Mew sudah tidak perduli dengannya lagi? Kana bertanya-tanya. Semua perlakuan Mew hari ini membuat Kana bingung, perspektif-perspektif aneh mulai bermunculan.

Kana tidak pernah melihat Mew seperti ini, Kana tidak terbiasa dengan ini. Itulah kenapa baginya hari ini Mew tampak menyebalkan.

...

Mew pulang ke rumah, wajahnya yang dingin sulit di baca Faye, adiknya.

"Kak" Faye menyapa Mew dengan memberikan secangkir air putih. Memberikan senyum termanis sebagai tanda semangat untuk sang kakak.

Mew membalas tersenyum merengkuh tubuh adiknya agar bersandar di dadanya, kepala wanita itu Mew kecup. Orang ini satu-satunya yang Mew punya setelah Kana.

"Kakak ingat besok tanggal berapa?"

"Tanggal berapa?"

"Ih kakak lupa. Besok hari peringatan kematian ayah dan ibu. Faye mau kita berkunjung ke makam mereka"

"Iya kita kesana ya sebelum kamu pergi lagi ke Hongkong. Minta restu dari ibu, dari ayah juga. Biar belajarnya makin rajin sampai nanti kamu wisuda"

"Iya kakak juga tuh biar hubungannya sama kak Kana makin langgeng. Sekali-sekali ajakin kak Kana ke makam ayah ibu dong kak, biar kita perginya bertiga bareng-bareng"

Mew tersenyum tipis mengangguk "Nanti ya, kamu masuk dulu, tidur. Siap-siap besok pergi ke makam ayah ibu"

"Kak Kana juga ikut?"

"Nanti"

Faye mendengus melepas pelukan Mew berjalan masuk ke kamarnya dengan bibir yang di kerucutkan ke depan.

Mew hanya menggelengkan kepala menyaksikan adiknya yang sangat terikat dengan Kana. Omong-omong tentang Kana, Mew memijat pelipisnya.

Seharian ini Mew mengabaikan laki-laki cantik itu, dari tadi siang sampe sekarang malam hari Mew tidak membalas atau pun menjawab panggilan Kana.

Entah kenapa hari ini Kana begitu menyebalkan, laki-laki itu senantiasa keras kepala tidak pernah mendengarkan setiap tegurannya. Bukan teguran, itu seperti nasehat. Tapi Kana selalu mencoba menyalahkah Mew atas apa yang menimpanya.

Itu benar tapi tidak sepatutnya Kana bisa seenaknya, kemarin sore pria itu mandi hujan dan malamnya langsung sakit, paginya Kana masih memaksakan pergi ke kampus lalu tidak lepas meminum-minuman soda. Mew sudah sangat lelah menghadapi sikap Kana, tidak tau berapa banyak lagi nasehat yang harus Mew berikan agar Kananya mengerti.

FAT MAN! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang