Jennie berjalan kesana kemari dengan perasaan kalut. Setelah mendengar semua cerita Jisoo mengenai Jungkook yang sudah tahu semuanya membuat Jennie gelisah dan takut. Benar kan firasat Jennie. Lambat laun semuanya akan terbongkar dan hal ini akan membahayakan hidup Taehyung dan Jimin.
"Jisoo-aa, lebih baik menyerah saja. Jangan anggap remeh keluarga Jeon," ujar Jennie, berjalan dengan sedikit gemetar kearah Jisoo.
"Tidak mau. Aku yakin semuanya akan baik-baik saja," balas Jisoo masih berusaha santai dan berpikiran positif.
"Apa maksudmu yang baik-baik saja? Jungkook sudah tahu dan lambat laun keluarga Jeon dan Kim akan tahu juga. Tolonglah Jisoo..."
Jisoo menatap Jennie dengan marah. "Jadi, kau mau aku menikah dengan Jungkook? Apa kau gila?"
Jennie menunduk bingung. "Maafkan aku, tapi aku tidak mau keegoisan mu memakan korban."
"Keegoisan ku!" Jisoo sedikit memekik dengan tatapan tak percaya kepada Jennie. Apakah Jennie baru saja mengatainya egois?
"B-bukan begi—"
"Kau terlalu lemah Jennie. Kau seenaknya meminta ku untuk menyerah kepada Jungkook. Kau ingin melihat ku hidup dengan orang yang tidak ku cintai? Dan kau? Apa usahamu? Lebih baik kau saja yang menikah dengan Jungkook, jangan memaksa ku!"
Jisoo melempar pot bunga kesayangan Jennie dan pergi dari kamarnya. Jennie sendiri justru menangis karena merasa salah bicara kepada Jisoo. Jennie bingung harus melakukan apa. Ia hanya ingin semua selamat dan tidak ada korban.
***
"Jennie dan Jimin adalah sepasang kekasih?"
Jinyoung mengangguk, lalu menyodorkan beberapa foto yang menampilkan jennie dan jimin sedang berkencan.
Jungkook tertawa sinis. "Aah, pasti mereka mengikuti acara one way ticket itu. Aiss, sial!" Jungkook melempar foto-foto itu kelantai hingga berceceran kemana-mana.
"Cepat sebar foto Taehyung dan Jimin ke media, katakan bahwa mereka adalah mata-mata!"
"Siap, Tuan Muda!" Jawab Jinyoung lalu segera pergi untuk melaksanakan perintah Jungkook.
***
Taehyung baru saja menginjakkan kakinya di depan gerbang asramanya. Wajahnya sedikit ia tutup dengan syal yang melingkar di lehernya. Karena hari ini musim salju, dan wajahnya bisa kaku akubat udara yang luar biasa dingin itu.
Matanya tak sengaja melihat Jimin yang sedang berlari kearahnya. Taehyung tersenyum lebar dan berteriak kepada Jimin.
"Park! Kenapa kau berlari seperti itu?"
Jimin melotot melihat keberadaan Taehyung, tanpa basa-basi Jimin langsung menarik Taehyung dan membawanya ke suatu tempat yang lumayan sepi.
"Hei, Park! Kenapa kau memakai topi dan masker?" Tanya Taehyung bingung.
"Taehyung, ini bahaya!"
Dahi Taehyung mengeriyit. "Maksudmu?"
"Tiba-tiba foto kita tersebar di televisi, tidak hanya itu, foto kita tersebar di berbagai tempat. Terutama kampus dan tempat-tempat ramai," ujar Jimin menjelaskan dengan wajah yang sangat panik.
"Mengapa foto kita bisa sampai disana?"
"Ada yang menuduh kita sebagai mata-mata. Siapapun yang bisa menangkap kita, maka akan diberi uang dan jaminan kesehatan. Kita menjadi buronan Kim Taehyung, bagaimana ini!" Jimin sangat panik dan ketakutan. Ia sampai memakai pakaian serba hitam, topi dan masker agar tidak ada yang mengenalinya.
"Siapa yang tega menuduh kita, Jim?"
Jimin menggeleng. "Aku tidak tahu. Kau harus menutupi wajahmu, jangan sampai ada yang mengenali kita!" Jimin membernarkan syal Taehyung, memastikan sebagian wajahnya tertutup.
"Lalu bagaimana dengan Jungkook, siapa tahu kita bisa meminta bantuannya?" Ujar Taehyung, tiba-tiba saja teringat dengan sahabatnya.
"Aku tidak tahu rumah Jungkook. Mungkin, dia bisa menolong kita."
"Ah, aku punya nomor telepon rumahnya. Siapa tahu dia bisa membantu kita."
Jimin mengangguk setuju. "kita harus cari telpon umum dekat sini. Ayo Taehyung," ujar Jimin langsung menarik Taehyung untuk berjalan bersama menuju telepon umum.
****
"Jungkook, Sialan!"
Jisoo berteriak keras, diiringi suara pecahan dari gelas yang Jisoo banting ke lantai. Emosi nya semakin membara ketika melihat berita di televisi, menyiarkan bahwa Taehyung dan Jimin adalah mata-mata korea utara yang mencuri senjata milik selatan. Wajah mereka juga terpampang jelas di layar TV itu. Dan Jisoo tahu siapa dalang di balik semua ini. Tak lain dan tak bukan adalah Jungkook dan keluarganya. Pasti Jungkook mengadu pada ayahnya sehingga melakukan rencana kejam seperti ini.
"Jimin...." Jennie berulang kali menyebut nama Jimin, diiringi air matanya yang sedari tadi berjatuhan.
Jisoo sama khawatirnya dengan Jennie. Apalagi mereka tidak ada di asrama, mereka berdua berada dirumah yang di jaga ketat oleh penjaga.
"Jisoo, kita harus bagaimana?"
Jisoo mengusap wajahnya sedikit kasar. "kita harus menyembunyikan Taehyung dan Jimin."
Jennie menggeleng kurang setuju. "bukankah ini semua rencana Jungkook? Tidak akan berhasil jika kita menyembunyikan mereka. Yang seharusnya di lakukan adalah membuat kesepakatan dengan Jungkook."
"Maksudmu?" Tanya Jisoo dengan nada tidak suka.
"Sejak awal kita yang membuat masalah, Taehyung dan Jimin sekali tidak terlibat masalah ini. Mereka korban, seharusnya kita—"
"Kau memintaku untuk menerima, Jungkook?" Potong Jisoo dengan tatapan tajam kearah Jennie.
"Maaf, Jisoo. Tapi ini cara satu-satunya."
"Aku tidak mau! Aku tidak mencintai Jungkook. Apapun yang terjadi, aku harus pergi dengan Taehyung. Sejauh mungkin dari tempat ini. Atau bila perlu aku ke luar negeri." Jisoo sama sekali tidak mau menyerah kepada Jungkook. Ia memang takut jika sesuatu yang buruk terjadi kepada Taehyung dan Jimin, namun Jisoo tidak akan pernah bisa menikah dengan Jungkook. Ia yakin, bahwa Taehyung dan Jimin akan baik-baik saja. Karena Jisoo memiliki sebuah rencana.
"Ayo ikut aku, Jen. Kita harus pergi."
"K-kemana? Penjaga diluar sangat banyak."
Jisoo membuang nafasnya kasar dan segera menarik pergelangan tangan Jennie. "Kita harus menyelamatkan mereka!"
****
Di lain tempat, Jungkook berdiri dan tersenyum melihat kedatangan dua manusia yang sedang menjadi buronan. Tanpa mengeluarkan tenaga banyak, dua manusia itu datang sendiri kehadapan Jungkook setelah menelponnya untuk meminta alamat rumahnya.
Jungkook berdiri dengan gagah dengan tampilan menawan kelas atas, tidak seperti mereka yang terlihat seperti gembel.
Taehyung dan Jimin terbengong melihat Rumah serta penampilan Jungkook. Jangan lupakan beberapa pengawal yang ada di belakangnya. Semua memakai pakaian serba hitam dan terdapat senjata di tangan mereka.
"Tae? Kenapa Jungkook terlihat seperti..."
"Sial!" Umpat Taehyung ketika menyadari sesuatu. Memori nya berputar ke masa lalu, dan kembali mengingat sesuatu yang janggal. Marga Jeon? Jisoo yang tiba-tiba histeris ketika mengetahui Taehyung memiliki sahabat bernama Jungkook, dan Jam tangan pemberian Jisoo yang ditatap aneh oleh Jungkook.
"Apa jangan-jangan Jisoo?" Taehyung menggantungkan ucapannya dengan degupan jantung yang semakin tidak beraturan.
"Tae, ada apa?"
"Kita harus lari!"
Jungkook tersenyum puas ketika melihat Taehyung yang tampak nya sudah memahami semuanya.
"Tangkap mereka!"
Hai, aku comeback!
KAMU SEDANG MEMBACA
One Way Ticket (1979) ✔️
Ficção AdolescenteCerita ini berlatarkan tahun 1979. Menceritakan dua orang mahasiswa jurusan seni yang mengikuti acara kencan rahasia. Acara tersebut digelar setiap 3 bulan sekali oleh Cafe OWT (one way ticket) dan mereka melakukan nya secara diam-diam. Mereka kelua...