[Part 10 - Lonely]

4 0 0
                                    

"Apakah aku mati?"

***

Gelap. Tak terasa apapun. Tak ingat apapun. Entah tenaga darimana sepasang mata dapat terbuka kembali. Cahaya putih berebut masuk ke retina matanya sehingga harus mengerjapkan beberapa kali untuk beradaptasi dengan cahaya luar. Suara berisik mulai terdengar. Dapat ia rasakan beberapa alat menyentuh kulitnya. Saat kedua mata sudah terbuka lebar, ia baru menyadari apa yang terjadi.

Rin masih hidup.

Bukan selamat dan bisa berteduh di bawah, bukan juga mati, namun ia tak sadarkan diri. Luka di kepalanya cukup parah. Darah mengalir deras menyatu dengan air hujan. Sayang sekali, orang pertama yang menyadarinya adalah tetangga. Ia segera panik dan berteriak memanggil rumah-rumah lain. Dan tentu orang tua Rin juga segera keluar, terkejut melihat putri mereka tergeletak bersimbah darah di depan rumah. Ibu Rin histeris dan menangis, memeluk putrinya yang lemas dan dingin. Bapaknya memastikan bahwa Rin masih hidup kemudian segera mencari bantuan dan mengantarkan Rin ke rumah sakit.

Rin segera mendapat pertolongan dan sebuah keajaiban tubuhnya tidak membiarkan nyawanya pergi begitu saja. Meskipun dinyatakan koma dan dokter tidak dapat memastikan kapan ia akan terbangun, namun dengan ia masih hidup, itu sudah cukup.

Akan tetapi sayang sekali. Pengorbanan Rin tersebut tidak cukup untuk membuat orang tuanya sadar apa yang sebenarnya ia rasakan. Tidak bohong saat ibu Rin menangisinya, bahkan saat operasi, ia terus memanjatkan doa agar Rin masih hidup. Ia ingin Rin selamat. Ia ingin memperbaiki kehidupan Rin dan kembali memberikan cahaya kepada putrinya itu. Itulah yang dipikirkannya, masih berpegang teguh bahwa masa depan yang cerah dan terjamin adalah jalan yang paling baik.

Pemikiran Rin yang melompat karena ingin menyudahi rasa dinginnya sama sekali tidak tersampaikan pada siapapun. Seorang tetangga sempat melihatnya di atap dan mulai mengambil video saat Rin melompat. Mahasiswa kedokteran yang depresi, terjun ke dunia gelap dan akhirnya memilih untuk bunuh diri. Itulah headline terbaru yang panas dan sering dibahas di berbagai media dan berbagai tempat. Rumor tersebut sepemikiran dengan orang tua Rin. Mereka berpikir Rin menyadari kesalahannya di dunia yang salah dan bunuh diri. Hingga akhirnya mereka mengirim Rin ke rumah sakit jiwa untuk melindungi Rin dari keinginannya yaitu bunuh diri.

Saat sepenuhnya sadar, Rin mengetahui ini bukan rumah sakit biasa. Tangan, kaki, bahkan lehernya dirantai untuk mencegahnya melukai diri. Rin sama sekali tak bisa bergerak lebih dari lima sentimeter.

Tuhan, terima kasih. Tapi mengapa engkau membiarkanku hidup? Apakah ini kesempatan, atau hukuman?

Rin mulai curiga saat dokter atau perawat memberinya pertanyaan konyol. Dia masih waras tau, dia masih bisa berpikir.

"Dokter, ini dimana?" tanya Rin pelan

"Dimana apanya?" tanya dokter balik karena pertanyaan Rin sangat ambigu

"Ini rumah sakit mana?" Rin mengulangi pertanyaannya

Dokter menghela nafas, "Rumah sakit jiwa Roppongi"

Rin terkejut tapi tubuhnya sudah tak bereaksi lagi. Hanya diam. Dia dianggap gila.

"Dokter apa aku harus seperti ini terus? Bagaimana makan dan kebutuhan lain?" tanya Rin, pertanyaan yang begitu mendasar dan membuat dokter justru berpikiran, pasien ini memang sudah tidak memiliki hati, bunuh diri tentu menjadi hal yang mudah baginya. Normalnya, pasien tentu akan mengamuk saat diikat seperti itu apalagi jika memang sebenarnya masih waras. Hanya saja Rin sudah lelah. Ia hanya bisa menerima apa yang dialaminya sekarang.

"Panggil saja perawat" jawab dokter singkat.

Kehidupan Rin semakin kosong. Tidak ada yang bisa ia lakukan. Hanya terbaring seperti orang mati. Ia didudukkan saat makan atau ia sendiri yang minta saat tubuhnya pegal. Selain itu ia tak bergerak sama sekali. Hanya itu perawatan dari rumah sakit ditambah konseling secara berkala yaitu pagi dan sore. Ia diberikan berbagai pertanyaan dan ceramah untuk mengembalikan mentalnya menjadi normal. Bagaimana bisa ia sembuh, Rin tak ingin kembali ke kehidupan palsu, namun ia juga tak memiliki kekuatan untuk menunjukkan kehidupan aslinya. Bahkan jika hidupnya akan terus seperti itu, Rin sudah tidak peduli lagi.

SELFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang