D. untuk [D]erita

111 14 7
                                    

Jungwon terdiam, menatap pantulan dirinya pada meja kaca yang telah usang. Hari mulai gelap, penerangan lampu tidur menemani ia yang sendirian, ditinggal terkunci pada salah satu kamar motel. Ruangan sempit dengan satu kasur.

Jungwon memukul, memukul kepalanya. Otak dan tubuh yang tidak berdaya, percuma jika menangisi semuanya karena menyesal tidak akan membalikkan keadaan.

Andai saja ia berdiam dirumah bersama bibi dan Sunghoon.

Andai saja hari itu ia tidak begitu naif.

Andai saja..

Klik!

Jay membuka pintu dan masuk, ia melirik Jungwon yang membenamkan dirinya pada lipatan lutut.

Ia berjalan mendekat dan melempar bungkusan kantung kresek pada meja kaca.

"Bersihkan dirimu, ada sepotong baju yang baru saja ku beli" Jay mendudukkan bokongnya pada sofa, mengeluarkan kotak rokok dan terhenti kala melihat Jungwon yang masih terdiam.

"Kau tidak ingin bergerak?"

Jungwon masih tidak bergeming

"Sialan, mau ku paksa?" Jay menatap jengkel, ia sudah susah payah berjalan untuk membelikan pemuda itu sepotong pakaian bahkan pakaian dalam. Dan ini yang ia dapatkan?

"Aku ingin pulang"

Rintihan kecil yang membuat Jay tidak tahan, ia melempar kotak rokoknya dan menarik rambut Jungwon, membuat pemuda itu mendongak menatapnya. "Dengar, sudah untung aku tidak membunuhmu."

Jungwon bersikap tegas, ia menatap bengis Jay yang mencoba mengancamnya dan pemuda itu malah tertawa,

"Baiklah, jika itu mau mu" Jay berdiri tapi cengkraman tangan nya pada rambut Jungwon tidak mengendur, sebaliknya ia menarik pemuda itu. Terseret menuju bilik kecil diujung ruangan.

Jungwon kesakitan, ia mencakar tangan Jay yang menarik rambutnya, tapi perbedaan kekuatan jelas membuatnya terus terseret.

"Mencoba bersikap angkuh adalah kesalahan bodoh! Harga dirimu bahkan bisa ku ludahi!" Ia menyeret Jungwon hingga masuk pada bilik kecil kamar mandi disudut ruangan.

Ia membiarkan Jungwon tergeletak dilantai marmer yang dingin sementara luapan emosinya mengarah pada shower yang tergantung, bahkan tidak segan untuk memutar kran air panas.

Jungwon yang mencoba untuk bangkit dari rasa sakitnya harus dikejutkan dengan panasnya tetesan air yang mengarah padanya, ia memohon penuh kesakitan.

"Kumohon, aku akan menurutimu"

Jay mendengus "Kau itu salah satu spesies manusia keras kepala"

Air mata Jungwon jatuh bersama tetesan air panas yang menghantam kulitnya. Ia mendekat pada kaki Jay dan memohon. "Aku berjanji, kumohon" Rintihan penuh rasa putus asa.

Dan Jay, melihat raut itu sekali lagi. Membuatnya membanting shower pada lantai marmer dan meninggalkan Jungwon tanpa sepatah katapun.

😺😺😺

"Kau yakin dia tidak mencoba bunuh diri?" Jake bertanya pada Jay yang sedari tadi diam bersama sepuntung rokoknya.

Jake menghembuskan nafas begitu tidak mendapatkan jawaban, kemudian keduanya menoleh secara bersamaan saat mendengar bunyi pintu yang terbuka dari bilik di sudut ruangan.

Orang didalamnya tak kunjung keluar dan Jake kembali bersuara "Dimana pakaian yang barusan kau beli?"

Jay melirik pada kantung kresek di atas meja kaca dan Jake hanya bisa menghela nafas. "Pantas saja dia lama sekali dikamar mandi" Ia berinisiatif untuk memberikan pakaian itu pada Jungwon.

BLIND [JAYWON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang