7 Maret 2009, Jogjakarta
Gemerlap bintang menghiasi langit Jogjakarta, malam telah tiba. Sepasang iris hazel itu menatap wanita di depannya, tangan kekarnya ia gunakan untuk mengusap kasar wajah tampan nan rupawan itu.
"Bu, Benua gak suka sama dia Bu. Lagipula Benua udah punya pacar.""Ini keputusan Bapak Ben, Ibu gak berani ngebantah." Yang dipanggil Benua hanya bisa menghela nafas kasar, haruskah ia menerima perjodohan ini?
"Kenapa gak Satya aja?""Sorry Ben, Elisha lebih menarik." Benua menatap sang kembaran sinis, Satya memang tidak bisa diajak kerjasama. Lagipula, mengapa ia mengincar Satya kalau ada Mahesa?
"Kak Hesa aja Bu, dia suka sama Kala dari dulu.""Bapak maunya kamu, apa boleh buat?" Benua kira Mahesa akan membelanya, ternyata sama saja seperti Satya.
"Lagian kenapa sih Le? Kala itu udah cantik, mapan, pokoknya paket lengkap.""Tapi Benua gak suka Kala Bu, gimana perasaan Sasha nanti kalau tau Benua mau nikah sama Kala?"
"Benua, kamu tau kondisi Bapak kan? Bapak sakit, beliau pengen ngeliat anak kesayangannya menikah. Daripada kamu nunggu yang gak pasti, lebih baik kamu ikutin kemauan Bapak. Kasihan Bapak, Ben." Benua diam, menatap pintu kamar kedua orang tuanya sendu. Benar, Ayahnya sakit. Ayahnya ingin melihat Benua menikah. Bagaimana jika ia tidak bisa memenuhi permintaan terakhir sang Ayah?
"Bapak kan sudah tua, beliau pasti pengen ngeliat anak anaknya menikah."
"Benua mau Bu, demi Bapak."
Sang Ibu mengusap lembut surai sang putra, lalu beranjak dari tempatnya. Meninggalkan tiga pria Mourganie yang sedang menatap satu sama lain.
"Jangan bilang demi Bapak, Ben. Niatin buat kebaikan lo. Apapun hasilnya, pasti itu yang terbaik buat kehidupan lo juga. Kala orang baik, gue jamin lo kepincut sama Kala setelah satu minggu tinggal bareng""Bapak gak pernah ngajarin lo buat nyakitin hati perempuan. Gue harap, lo gak nyakitin hati Kala waktu kalian udah nikah nanti" Satya dan Mahesa menepuk nepuk pundak Benua, ketiganya beranjak menuju kamar masing masing. Tenggelam dalam mimpi indah pada malam yang indah ini.
"Dek? Mbak masuk ya?"
"Masuk aja Mbak, gak Kala kunci pintunya kok." Sandyakala, itu nama perempuan berpipi gembil yang tengah memandangi hamparan rumput hijau di depannya.
"Adek yakin tentang perjodohan itu?""Yakin gak yakin, harus yakin Mbak."
"Kalau Adek memang gak mau terima perjodohan ini, ngomong. Jangan diem aja. Itu sama kaya kamu menyiksa diri sendiri, Sandyakala." Megumi mengelus pucuk kepala sang adik lembut. Cahaya rembulan menyinari dua pasangan Kakak beradik itu.
"Aku setuju bukan karena paksaan dari Mama, Mbak. Aku emang setuju sama perjodohan ini,""Lagipula aku udah 25 tahun, temen temenku udah nikah semua. Usia Adek udah masuk waktu seorang wanita untuk menikah, menyetujui perjodohan ini kayanya jalan terbaik Mbak."
Keduanya menatap satu sama lain dengan tatapan penuh arti, ah tidak tidak, Kala menatap sang Kakak nanar. Keduanya menikmati angin malam, Megumi menenggelamkan kepalanya pada pundak sang Adik.
"Udah lama banget kita gak kaya gini, ya? Maaf, gara gara Bunda sama Ayah egois, kamu malah jadi korban."
"Mbak, Mbak juga korban disini. Kita berjuang bareng bareng,"
"Kita ditakdirin buat nguatin satu sama lain, Mbak ada buat Adek, begitu pula sebaliknya." Megumi memeluk Kala, mereka menyalurkan perasaan satu sama lain lewat pelukan hangat tersebut.
"Parah ya kalian, pelukan gak ngajak ngajak Kakak." Seorang perempuan berumur 27 tahun muncul dari balik pintu, ia ikut melebur bersama adik adik kecilnya.
"Kak Lea telat, kita udah mau selesai.""Maggie gak manggil sih,"
"Kok aku?"
"Satu, seorang Sandyakala itu gak pernah salah. Dua, Kala selalu benar. Tiga, kalau Kala salah, berarti balik ke opsi pertama." Megumi memutar bola matanya jengah ketika mendengar penuturan Eileana, Kala bahkan sudah tertawa keras dan hampir terjungkal dari kursi.
"Jam berapa nih?"
"Di jam dinding Kala sih setengah sebelas."
"Tidur sana kalian, udah malem. Besok diceramahin Bunda baru tahu rasa,"
Ketiganya beranjak, Maggie dan Lea memberikan ciuman pada pipi gembil sang Adik. Tangan Lea terulur untuk menyelimuti Adik bungsunya. Kala memejamkan matanya, ia sedang menuju pulau mimpi. Mimpi indah dan malam yang indah untuk hari yang juga indah.
tbc
HAI FELLAS!!
ini random bgt sih jujur, aku harusnya publish part ini kemarin, tapi ternyata aku kemarin sibuk bgt😥😥
terus alurnya juga aku ganti, gak apa lah yaa🤗🤗btw
happy belated birthday my lovely chaehyun🙆🏻♀️🤍🤍🤍
semoga apa yang disemogakan sama chae tersemogakan ya🤗🤗
love sekebon buat harimau putih nya kep1ian💖💖💖💖💖💖💕💕💕💕💕💕💘💘💘💘Lee Heeseung as Mahesa Adnan Mourganie
Park Sunghoon as Satya Bhumi Mourganie
Choi Jisu/Julia Choi as Eileana Bajramaya Ashyraf
Kim Minjeong as Faleesha Megumi Ashyraf
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandyakala
Fanfictionsandyakala [san•dya•ka•la] (n) gurat merah di langit senja "pancaran cahaya merah itu cantik, seperti kamu sandyakala." about kala and benua © yena4riie, 2022