26 April 2009, Jogjakarta
Pada hari itu, dua insan tersebut menyebut sebuah janji suci. Keduanya saling menyematkan cincin ke jari masing masing. Kala dan Benua resmi menjadi suami istri hari ini.
Keduanya tengah berada di kamar mereka, kamar yang dulunya hanya milik Benua seorang. Mereka tinggal di rumah yang sudah disediakan oleh kedua orang tua Benua.
Kala tengah menatap bintang di halaman belakang, sementara Benua duduk di kamarnya. Keduanya masih tak percaya dengan apa yang terjadi tadi pagi, ralat, hanya Benua yang masih tak percaya.
"Benua, kamu udah mandi?" Kepala Kala menyembul dari balik pintu, perempuan berpipi gembil itu menyodorkan handuk pada Benua. Lalu laki laki itu meraih handuk yang disodorkan oleh Kala.
"Kala, tolong jangan perhatian sama aku. Kita nikah karena perjodohan, diantara kita berdua gak ada yang boleh jatuh cinta, okay?""Okay." Benua pergi ke arah kamar mandi, sementara Kala melanjutkan aktivitasnya. Memandangi gemerlap bintang yang menghiasi langit Jogjakarta malam ini.
"Selamat ulang tahun, aku.""Semoga makin sabar ngurusin Benua yang makin hari makin ngeselin."
Kala mengadahkan tangannya, berdoa kepada Tuhan di malam ulang tahunnya merupakan suatu keputusan terbaik sejauh ini. Doanya tak jauh jauh dari hidup bahagia bersama Benua, dan meminta kepada Sang Kuasa untuk memberi Kala kesabaran lebih dalam mengurus Benua. Setelah selesai berdoa, Kala sibuk memandang langit kota pelajar yang begitu elok malam hari itu.
"Kala? Masuk." Kala menengok ke arah kamar dan mulai berbalik. Kala akan masuk ke dalam rumah jika Benua sudah memanggil, itu adalah salah satu peraturan yang dibuat oleh perempuan itu sendiri. Hey, Kala hanya berusaha untuk menjadi pasangan yang baik.
Ketika masuk ke dalam kamar, Kala melihat seonggok daging tengah merebahkan dirinya di kasur sembari bertelanjang dada.
"Kamu– Ben pake baju!" Benua menyengir kuda, ia masih merebahkan diri tanpa atasan piyama. Kala merasa berdosa karena telah melihat dada bidang Benua. Yaa, Kala itu kan sibuk dengan latihan atau belajar, ia tak memiliki waktu untuk melihat foto pria pria tampan yang terkadang marak dibicarakan oleh para temannya.
"Aku biasanya tidur gak pake atasan, gak apa apa lah ya." Tidak apa apa katanya, sungguh! Kala jadi ingin menenggelamkan diri ke dalam bath up, deh. Baru saja ia merasa lega karena telah merapalkan seluruh isi hatinya pada Yang Maha Kuasa. Sekarang perempuan itu dibuat tertekan oleh kelakuan Benua.
"Big no! Mulai sekarang, biasain pake atasan. Ini aku bukan perhatian ke kamu lho ya! Ini tuh demi kesejahteraan diriku sendiri.""Aku gak bisa tidur kalo–"
"Besok aku beliin kamu kaos oblong, jadi kamu gak perlu buka baju setiap malem karena gerah. Lagipula, kamar kita itu ber ac Benua. Masa kamu gerah di kamar ber ac sih?" Kala mengomel, tapi itu tak membuat Benua merasa takut. Ia malah menenggelamkan kepalanya ke bantal putih, berpura pura tidur. Kala kembali mengadahkan tangannya dan menghadap ke arah langit langit kamar keduanya.
"Semoga Benua masuk angin, Aamiin.""Lah, kok?!"
"Pakai atasannya sekarang, gak ada tapi tapi. Nanti kalau kamu masuk angin, gak ada yang mau ngurusin kamu." Laki laki Mourganie itu segera memakai atasannya, karena ia sedikit takut akan ucapan Kala. Ia dengar dengar, doa istri itu terkadang dijabah. Kala itu sekarang 'kan sudah menjadi istrinya, bagaimana jika doa Kala dijabah?
"Berani tidur sendiri, 'kan? Kata Kak Hesa kamu kalau malam suka minta ditemenin." Sial, bisa bisanya Mahesa memberi tahu rahasia terbesarnya pada Kala.
"Berani, dah sana, hush!""Okay, bye." Bohong jika Benua berani tidur tanpa ditemani orang lain. Ia ingin meminta Kala untuk menemaninya, tapi rasa gengsi Benua terlalu besar.
"KALAAA, TEMENIN!"
"Katanya berani?"
"Aku tarik lagi kata katanya." Keduanya berakhir di kasur, merebahkan diri dan menatap langit langit kamar.
"Udah gede, masih aja gak berani tidur sendiri.""Satya juga gak bisa tidur sendiri, kok."
"Terserah kamu, sana tidur." Kala membelakangi Benua, memejamkan matanya. Belum sampai 24 jam ia dan Benua menikah, dirinya sudah dibuat tertekan dengan kelakuan laki laki itu.
Sementara Benua hanya diam memandang langit langit, masih tak percaya bahwa ia telah menjadi suami dari seorang perempuan. Seorang perempuan yang bahkan tak ia cintai.
Apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur. Biarkanlah Benua menjalani kehidupannya bersama Kala, bersama seorang yang mungkin saja akan merubah hidupnya.
"Selamat ulang tahun Kala, semoga kamu gak darah tinggi ngurusin aku, Aamiin."
Walaupun sebenarnya, Benua tidak akan sepenuhnya berubah. Benua tetaplah Benua, pria tegas yang humoris. Hanya orang beruntung yang akan mendapatkannya. Dan orang itu Kala juga kekasih Benua, Sasha. Kala mendapatkan raganya, sementara Sasha mendapatkan hatinya.
Sangat adil bukan? Begitu adil, sampai membuat seorang Sandyakala merenung malam itu. Ia berfikir, bagaimana jika dirinya jatuh cinta dengan Benua? Sementara ia hanya memiliki raganya, bukan hatinya.
tbc
haii, aku kembalii
aku udah lama bgt vakum dari wattpad, karena mood nulis aku tuh menurun beberapa bulan terakhir
jadi yaa gitu
akunya juga sibuk banget sekolah, apalagi sekarang mulai full day dan jadwalku bener bener padet
waktu itu tuh mau nulis, eh akunya malah sakit 😀😀terus part ini sempet aku unpublish dan di revisi, jadi isinya beda dikit sama sebelumnya
btw kepi kemarin cb, lagunya enak bgtt
walau part hiyyih kurang memuaskan yah, tapi gak apa apa yang penting cb
chae sama hiyyih cantik banget di mv nya yuyur 🥹🥹
part fav aku sih "here we go" HEHEudah itu aja, aku mati topik
byeeevote sm comment nya jangan lupa yaa
oh iya, hari ini aku double update, tungguin yaaa 💟💟 -kleriss
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandyakala
Fanficsandyakala [san•dya•ka•la] (n) gurat merah di langit senja "pancaran cahaya merah itu cantik, seperti kamu sandyakala." about kala and benua © yena4riie, 2022