Sastrania Zulfa Khadijah

0 2 0
                                    


“Aku sadar kita berbeda,”


***

“Assalamu’alaikum warahmatulloh…Assalamu’alaikum warahmatulloh” gumam Khadijah setelah menyelesaikan sholat dzuhur. Lalu ia berdo’a dengan khusyu, memanjatkan segala hal yang ia pinta pada Tuhannya.

“Aamiin” ucap Suci yang melihat Khadijah telah menyelesaikan do’anya. Khadijah menoleh, tersenyum pada Suci.

“Makasih buat Aamiinnya” ucap Khadijah kemudian terkekeh.

“Kamu lama banget do’anya. Do’ain mas doi ya?”

“Apa sih enggak kok”

“Oh iya lupa, kan beda server ya Jah” Suci terkekeh seraya merapihkan mukena yang telah ia pakai untuk sholat tadi. Khadijah hanya menggeleng pelan. Tidak ingin meladeni keusilan dari sahabatnya.

Khadijah dan Suci berjalan menuju tempat penyimpanan alat sholat di masjid dekat kampus.

Setengah jam yang lalu mereka baru saja menyelesaikan mata kuliah pertama dan memilih Sholat dzuhur terlebih dahulu ketika sedang jeda mata kuliah.

“Jah,Ci ayo cepet sepuluh menit lagi kita masuk matkul kedua” Pekik Mega yang tengah berdiri diambang pintu, pasalnya memang Khadijah tidak hanya berdua dengan Suci, ada Mega, Aulia, Ratih Aida dan Penti yang sholat di masjid itu. Namun, mereka sudah selesai lebih dulu.

“Iya, ayo!” balas Suci.

Jarak antara kampus dan masjid itu memang tidak terlalu jauh, sehingga membuat mereka lebih memilih bolak balik berjalan kaki, hitung-hitung olah raga katanya.

Di dalam kampus juga sebenarnya terdapat masjid yang biasa dipergunakan untuk Sholat, namun jeda istirahat dzuhur adalah waktu yang sering kali membuat masjid dalam kampus penuh mengingat ukurannya yang tidak sebesar masjid jami di luar kampus.

“Aksa nggak ada kelas hari ini, Jah?” Mega bertanya disela-sela mereka berjalan.

“Nggak ada” jawab Khadijah seraya menggeleng.

“Pantes aku nggak liat ada si biang rusuh”

“Biang rusuh? Siapa Meg?” tanya Penti terheran-teran.

“Itu loh Pen, si Kim yang suka barengan sama Aksara. Dia kan suka ngerusuh”

Aulia mengerutkan keningnya, “Hubungannya Aksa sama Kintara Kim apa emangnya?”

“Mereka tuh kaya amplop sama prangko. Nempel mulu bawaannya. Kalo ada Aksa otomatis Kim juga ada,” jelas Mega, Aulia hanya ber-oh ria.

“Kamu jangan gitu sama Kim, nanti kamu suka loh” ujar Aida.

“Iya Meg, benci sama cinta itu beda tipis,” timpah Ratih.

Mega hanya bergidik ngerik, “Nggak ih. Kalian nih jangan ngomong gitu dong, kalian lupa kalo Kim itu nonis? Aku nggak mau sampe cinta sama nonis. Perbedaan antara kita pasti terlalu jauh”

Suci menyenggol pelan tubuh Mega, “Ada Khadijah, kamu tuh jangan nyeplos sembarangan bisa nggak?” bisik Suci
menunjuk Khadijah dengan dagunya yang tengah berjalan didepan mereka.

“Maaf, aku lupa”  ucap Mega tak kalah berbisik.

Khadijah yang sempat mendengar ucapan Mega hanya terkekeh pelan, saking pelannya tidak ada yang dapat melihat kekehan Khadijah.

Ia tidak marah, toh apa yang diucapkan Mega ada benarnya bukan? Dua orang yang saling mencintai namun berbeda keyakinan memang memiliki banyak sekali perbedaan ketika menjalaninya.

Aku tau aku sama Aksara terlampau beda. Tapi, cinta itu fitrah kan? aku nggak bisa mengendalikan hal fitrah yang sudah dikasih sama Alloh buat aku’ batin Khadijah.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Alloh Never Let You DownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang