Dexter membuntuti Dayita dari belakang, tampak Dayita berhenti di sebuah toko buah dan sayuran. Dexter pun berhenti di belakang sebuah mobil berwarna merah tua. Sekitar 5 menit Dexter menunggu, Dayita akhirnya keluar dari toko itu seraya membawa 3 buah labu yang sangat segar, terlihat dari warnanya yang begitu cerah. Telepon Dexter pun berdering, membuat Dayita melihat ke Arah Dexter. Syukurnya Dexter memakai Helm. Sehingga Dayita tidak dapat melihat wajah Dexter. Dexter pun mengangkat teleponnya,
"Jangan telepon gue! Lo bikin kerjaan gue susah aja, udah Lo yang minta gue lakuin beginian. Jadi, jangan ganggu gue kalau gue lagi kerja," ucap Dexter dan langsung menutup teleponnya.
Dia terus mengikuti Dayita hingga sampai ke rumah. Dexter pun kembali ke rumah. Sesampainya di rumah ia langsung menemui Deano di kamarnya.
"Udah sehat Lo? Dia bawain Lo apaan? Gue gak ngeliat ada apa-apa di meja Lo," kata Dexter.
"Dia gak bawa apa-apa hari ini. Tapi, dia bakalan bawain gue makanan enak besok," ucap Deano.
"Ha? bisa-bisanya tu cewek gak bawa apa-apa buat pacarnya," cetus Dexter.
"Gue bukan pacarnya, gue sama dia cuma temen. Dibilang temen tapi bukan temen. Dibilang bukan temen tapi temenan," tutur Deano.
"Rumit," kata Dexter.
"Ngapain Lo nyuruh Gue ngikutin dia?" tanya Dexter.
"Gak ada, gue cuma pengen tau di kemana aja," jawab Deano.
"Gue liat, dia beli labu, seger-seger lagi labunya, setelah itu dia langsung pulang ke rumahnya," kata Dexter.
Deano hanya tersenyum, Dexter yang melihat senyum Deano sontak berkata,
"Ngapa Lo senyum-senyum? Aneh banget Lo,"
"Gak apa-apa. Btw, thankyou banget ya Dex," tutur Deano.
Keesokan harinya Dayita bangun sedikit siang, karena hari libur. Maka dari itu, ia bisa menyiapkan makanan untuk Deano. Pak, Nugro yang melihat begitu banyak labu di dapur membuatnya bertanya pada Dayita,
"Lho? Labunya udah nambah lagi? Stok kita kan masih banyak Dayita,"
"Semalam sore Dayita ke toko Pak Marto, Ayah. Buat beli labu untuk Deano. Dia lagi sakit, jadi dia pengen dimasakin makanan dari labu," tutur Dayita.
Ayahnya tentu saja bertanya-tanya. Sebab, tidak biasanya anak gadisnya memasakkan sesuatu untuk seorang pria. Kecuali, pria itu istimewa baginya.
"Kamu, mencintai Deano, Nak?" tanya Ayahnya secara spontan. Hal itu membuat Dayita terkejut hingga membelangakkan kedua matanya, seraya berkata,
"Eng-Enggak, Ayah!" jawab gadis berlesung pipi itu secara tegas.
"Lalu, untuk apa semua makanan itu kamu buat?" Ayahnya terus bertanya.
"Begini, Ayah. Saat Deano pulang dari rumah kita, Dayita mengajaknya ke taman. Di taman itu Dayita memukul wajahnya sampai hidungnya patah dan berdarah. Jadi, sebagai rasa bersalah Dayita membuatkannya makanan yang dia suka, Ayah," jelas Dayita.
"Astaga, Dayita. Ayah mohon sama kamu, ini yang terakhir kalinya kamu membuat laki-laki berdarah. Ayah gak mau kalau kamu sampai masuk penjara. Cukup Ayah yang menjadi mantan Narapidana. Anak Ayah jangan," tegas Ayahnya hingga tubuhnya bergetar.
"Ayah, Dayita minta maaf. Karena rasa kesal Dayita melakukan hal seperti itu. Dayita tidak menyangka bahwa dia akan terluka parah," sesal wanita berparas cantik itu.
"Yasudah, mari kita buatkan dia makanan yang enak," ajak Pria paruh baya itu.
Mereka pun membuatkan makanan untuk Deano.
Setelah makanan itu siap, Dayita segera mendatangi rumah Deano. Dayita mengetuk pintu rumahnya. Seorang pria tinggi dengan tubuh yang sedikit berisi mendatangi Dayita, ia tidak lain adalah Dexter,
KAMU SEDANG MEMBACA
Hei There! Pumpkin.
Short StorySeorang gadis bernama Dayita yang sangat menyukai pumpkin menjadi sorotan para lelaki di kantornya. Semua itu berawal dari semangkok kolak labu yang ia campur dengan kolang kaling. Sebagai rasa hormatnya terhadap Almarhumah Ibunya, ia membuatkan kol...