Request Dari Deano

7 4 3
                                    

Sesampainya di taman, Deano memarkirkan sepeda motornya dan bertanya pada Dayita,

"Sekarang kita udah sampai di taman. Lo mau ngapain di taman malam-malam begini, Day?"

tampak Dayita mengeluarkan sesuatu dari totebag berwarna hitam. Ia mulai memukul wajah Deano dengan sebuah benda berwarna orange. Yang tidak lain adalah sebuah labu. Hingga labu itu berhamburan karena terlalu matang. Membuat hidung Deano berdarah.

"Astaga Day! Lo gila, ya? Hidung gue sampai patah. Auch, sakit banget. Berdarah pula lagi, pusing banget kepala gue, Day," tutur Deano menahan rasa sakitnya.

"Makanya, jadi cowok jangan kurang ajar! Lo ngomong hal yang gak bener ke Ayah gue! Lo gak tau akibatnya apa buat gue dan Ayah gue! Gue udah terlalu sering gagal dalam percintaan, dan yang terakhir kali membuat Ayah gue hancur! Ayah gue hancur karena gue hancur! Apa Lo ngerti? Enggak!" ucap Dayita dengan tubuh bergetar menahan tangis, dan berlalu pergi meninggalkan Deano.

"Day, please, gue minta maaf. Jangan tinggalin gue dalam keadaan kayak gini Day, bantuin gue Day, ini sakit banget beneran Day, Day? Lo dimana? Day!"  teriak Deano.

Dayita kembali ke rumahnya, Ayah Dayita pun bertanya,
"Pulang sendirian? Kemana Deano?"

"Ayah, dia bukan pacar Dayita, Dia---," ucapan Dayita terpotong.

"Ayah tau. Ayah sangat tau kalau dia bukan pacar anak gadis Ayah. Mana mungkin kamu tidak mengenalkannya pada Ayah. Tapi, dia tampak sangat ramah, dia juga kelihatan sangat menyukai anak gadis Ayah," tutur Ayah dengan sedikit tawa.

"Hemm, Ayah. Dayita takut Ayah berpikiran bahwa dia beneran pacar Dayita. Kami memang rekan kerja, tapi bukan berpacaran, di bilang teman juga bukan, tapi temenan," jelas Dayita pada Ayahnya.

"Sungguh pernyataan yang labil, ya, Nak," kata Ayah  dengan sedikit canda.
"Lalu, Deano kemana? Kamu tidak melakukan hal yang buruk kan? Ayah lihat labu di dapur berkurang satu, labu dengan tingkat kematangan yang baik, kamu kemanakan labu itu, Nak? Kamu berikan pada Deano?" tanya Ayah pada Dayita. Hingga membuat Dayita takut dan bingung.

"Heem, labu itu. Labu itu Dayita berikan pada Deano, Ayah. Hadiah untuk Ibunya," jawab Dayita dengan berbohong. Ayahnya hanya terdiam, dan berlalu menuju kamar.

Sementara itu Deano yang berada di taman berusaha menghubungi kakak laki-lakinya. 10 menit kemudian kakak laki-lakinya yang bernama Dexter pun datang dan membawa Deano ke klinik, lalu membawanya ke rumah. Sesampainya di rumah Ibu Deano yang Bernama Gresia pun syok dengan keadaan anaknya yang luka.

"Ya ampun, Deano. Kamu kenapa? Siapa yang berani mukulin kamu? Kamu di rampok? di begal?" tanya Ibunya.

"Mom's, please. Kalau anak Mama ini di begal, otomatis motornya udah hilang, Ma," tutur Dexter.

"Palingan juga berantem gara-gara perempuan, rebutan perempuan atau apalah sejenisnya," tambah Dexter.

"Bukan, Ma. Tadi, waktu Deano mau pulang, ada beberapa preman yang mukulin, Deano gak bisa ngelawan karena mereka bukan cuma 2 orang,"

"Kita laporin ke polisi aja ya, Deano," ujar Ibunya.

"Gak usah, Ma. Lagian Deano gak inget orang-orangnya," kata Deano.

"Yasudah, besok kamu jangan ke kantor dulu. Tunggu kamu udah sehat baru ke kantor," perintah Ibu Deano.

Keesokan harinya, Dayita pergi ke kantor, sesampainya di kantor ia tidak melihat kehadiran Deano. Hal itu membuat Dayita bertanya pada teman dekat Deano yang Bernama Near.

"Near, Deano gak masuk kerja ya hari ini?" tanya Dayita.

"Enggak, katanya dia lagi sakit," jawab Near singkat.

Hei There! Pumpkin.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang