Baju Pengantin Jahitan Ibu

7 2 3
                                    

"Ooo, kamu yang bawa anak saya sampai selarut ini? Berani sekali kamu membawa anak saya tanpa izin!" bentak Ayahnya.

Dexter tentu saja kaget dengan apa yang terjadi. Hingga dia tidak bisa menjelaskan apapun.

"Ayah-Ayah. Tenang Ayah. Ayah lupa kalau Dayita ke rumah Deano? Pria ini adalah kakak laki-laki Deano, Ayah. Ibu Deano melarang Dayita pulang sendirian. Jadi, Pria inilah yang mengantarkan Dayita sampai ke rumah, Ayah. Nama Pria ini Dexter," jelas Dayita pada Ayahnya.

"Kakak laki-laki Deano? Dexter namanya? Om minta maaf ya, Nak. Om sangat Khawatir dengan Dayita. Sekali lagi Om minta maaf, ya, Nak, Dexter," ucap Ayahnya pada Dexter.

"Iya, gak apa-apa Om. Namanya orang tua, pasti khawatir kalau anak gadisnya belum pulang, apalagi selarut ini. Saya juga minta maaf, ya, Om. Dayita pulangnya terlalu malam. Terlalu asyik ngobrol dengan Mama di rumah sampai tidak sadar dengan waktu, Sekali lagi Saya dan keluarga minta, maaf, ya, Om," kata Dexter dengan lembut pada Ayah Dayita.

"Kalau begitu, Saya pamit pulang, ya, Om. Takut Ibu di rumah juga khawatir jika saya terlalu lama sampai ke rumah," pamit Dexter pada lelaki berkaus putih itu.

"Iya, Nak, Dexter. Hati-hati di jalan, terimakasih sudah mengantarkan anak, Om ya," ucap Ayah Dayita.

Dexter hanya tersenyum manis pada Ayah Dayita.

Keesokan paginya saat Dayita berada di kantor, ia diberi tugas Oleh Near untuk memberikan beberapa berkas yang harus di tandatangani Deano. Sontak hal itu membuat batinnya bertanya,

"Deano udah sembuh?"

Masuklah Dayita ke ruangan yang biasa Deano tempati. Seraya berkata,

"De, Lo udah sembuh?"

Pria berjaz abu-abu itu pun membalikkan tubuhnya ke arah Dayita,

"Dexter?" ucap Dayita karena terkejut dengan apa yang ia lihat.

"Gue gantiin posisi Deano sementara waktu sampai dia sembuh, Pak Brata juga bilang kalau Deano naik jabatan, dan gue yang gantiin posisinya sebagai sekretaris Pak Brata," jelas Dexter pada Dayita.

"Kenapa gak ada yang cerita ke gue?" tanya Dayita.

"Ngapain gue cerita ke Lo? Lo kan bukan siapa-siapa Gue," tutur Dexter.

Dayita hanya menatap Dexter dengan sinis, seraya berkata,

"Ini, berkas yang harus Lo tandatangani, kemudian Lo serahin berkas ini ke Pak Brata," ucap Dayita kemudian berlalu pergi meninggalkan ruangan Dexter.

Waktu pun berlalu hingga mendatangkan sore, dimana semua karyawan harus berhenti bekerja dan bersiap-siap untuk pulang. Saat Dayita akan berlalu pergi meninggalkan kantor, tanpa disengaja Dexter melihat Dayita berbelok ke arah yang bukan menuju rumahnya. Sontak, hal itu membuat hati nurani Dexter berkata untuk mengikuti Dayita. Saat Dexter mengikuti Dayita, tampak Dayita berhenti di sebuah rumah persinggahan anak yatim dan piatu, serta ada panti jompo di dalamnya. Dexter, tentu saja bertanya-tanya dalam batinnya. Untuk apa Dayita pergi ke tempat seperti itu? Adakah sanak saudaranya yang berada di dalam rumah persinggahan itu? Ketika Dexter berupaya mengikuti Dayita lebih jauh, Tiba-tiba saja Dayita berhenti dan mulai mengeluarkan sesuatu dari dalam Totebag hitam miliknya, seperti cemilan yang dibungkus dalam sebuah plastik bening. Tidak lama kemudian, anak-anak kecil mulai mendatangi Dayita, bahkan mereka semua memeluk erat tubuh Dayita, hingga membuat beberapa anak kecil itu menangis seraya berkata,

"Kakak kemana aja? udah lama banget Kakak gak datang ke panti, kita kangen sama Kakak," ucap mereka.

"Maaf, ya, adik-adik. Kakak pasti bakalan lebih sering main ke sini, Kakak bawain kalian cemilan enak lho! Ayo-ayo berbaris, supaya Kakak bisa bagiin cemilan ini," ucap Dayita dengan wajah ceria.

Sementara itu Dexter yang bersembunyi dibalik bunga-bunga tertegun melihat apa yang terjadi di hadapannya. ia pun berbicara dalam hatinya,

"Ternyata, dia gadis yang baik, pantas aja Deano tergila-gila padanya,"

Setelah selesai membagikan cemilan itu, Dayita pergi ke sebuah lorong yang terdapat banyak kamar di sebelah kanan dan kiri. Dan dia memasuki sebuah kamar yang di atasnya tertulis, "Ruang Kumpul Para Lansia Wanita" Baru saja ia masuk beberapa langkah, para Lansia yang berada di dalam ruangan itu langsung menyambut Dayita dengan suka cita. Hal itu membuat Dexter hanyut dalam haru, ia tidak menyangka bahwa Dayita dicintai oleh banyak orang.

"Dayita! Kami merindukanmu, Nak. Bagaimana kabarmu?" tanya seorang Nenek pada Dayita.

"Dayita juga sangat merindukan semua Nenek yang ada di sini. Makanya Dayita menyempatkan waktu untuk singgah kemari. Dayita baik-baik aja, Nek. Dayita bawain Nenek cemilan. Nanti, kita makan sama-sama bareng para kakek ya, Nek. Tapi, Dayita pergi menemui Nona Rozana dulu ya, Nek. Setelah itu kita akan pergi menemui para Kakek, dan makan cemilan bersama," ucap Dayita.
Semua Nenek menganggukkan kepala dengan perasaan senang. Dayita pun pergi menemui Rozana di ruangannya. Dexter pun masih mengikuti Dayita dari belakang. Gadis dengan lesung pipi itu pun mengetuk pintu ruangan Rozana,

"Halo, Nona Rozana," tutur Dayita pada sahabatnya itu.

"OMG! Dayita! How are you? I miss you! Lo kemana aja? Udah lama banget Lo gak singah ke panti," ucap Rozana sembari memeluk erat sahabatnya.

"Sorry banget Zan, Lo kan tau sendiri kalau Gue sibuk kerja," kata Dayita.

"Lo sibuk kerja atau Lo sibuk mikirin dia? Lo udah move on?" ujar wanita berambut pendek itu.

"Gue udah gak mau tau lagi tentang hal itu. Yang jelas sekarang Gue jauh lebih baik setelah Gue ngikutin semua saran Lo," ucap Dayita.

"Syukurlah kalau gitu. Gue harap Lo gak trauma dengan masa lalu Lo. Lo masih nyimpen baju pengantin Lo yang dulu?" tanya Rozana.

"Ayah Gue sebenarnya nyuruh Gue bakar baju itu. Tapi, Gue masih nyimpen baju itu, walaupun Gue nyimpennya di gudang, bukan gue gak bisa ngelupain semuanya. Hanya aja, baju itu Almarhumah Ibu gue yang ngejahit. Gue gak bisa buang baju itu gitu aja Zan, Lo ngerti maksud gue kan, Zan?" jelas Dayita dengan matanya yang mulai basah.

"Gue ngerti Day, mungkin Gue gak ngerasain apa yang Lo rasain. Tapi, Gue tau dan Gue ngerti. Gue selalu berdoa yang terbaik buat hidup Lo, dan jangan pernah lupain Gue, sahabat Lo, Day," ucap Rozana pada Dayita. Suasana pun menjadi haru. Setelah perbincangan antara mereka usai, Dayita mengeluarkan sesuatu dari dalam totebag hitamnya, sebuah amplop berwarna coklat,

"Zan, Gue ada rezeki lebih, dan seperti biasa, Gue pengen berbagi rezeki ini dengan panti. Gimana pun juga, panti ini pernah jadi rumah Gue selama 3 bulan setelah kejadian itu," tutur Dayita.

"Day, lebih baik Lo simpen buat tabungan Lo aja, Lo kan pengen ngelanjutin kuliah Lo," kata Rozana.

"Zan, ketika Gue punya rencana, Gue pasti udah mikirin semuanya, entah itu biaya atau perlengkapan, semua udah Gue pikirin, so, Lo gak perlu khawatir, please, terima ini ya, jangan anggap Gue donatur buat panti Lo, anggap aja ini hadiah dari Gue, karena Gue pernah jadi bagian dari panti," ucap Dayita lembut.

•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°

Thank you untuk teman-teman yang sudah bersedia mampir di ceritaku. Tinggalkan jejak ❤ jika kalian menyukai ceritaku. Dan, tinggalkan jejak 💭 jika ada kesalahan dalam ceritaku. Hal kecil yang kalian lakukan sangat berarti bagiku ✨

Hei There! Pumpkin.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang