Chapter 05

259 66 113
                                    

Freya menatap Arisca dengan cemas. Ruang UKS yang seharusnya menjadi tempat istirahat terasa begitu sunyi, seolah hanya ada mereka berdua di dunia ini. "Lo mau apa, Ris?" tanyanya lembut, namun nadanya menunjukkan bahwa ia tidak hanya sekadar ingin tahu; ia benar-benar peduli.

Arisca yang duduk di ranjang UKS dengan tangan terlipat di pangkuannya hanya menggeleng pelan. "Nggak ada, Fre," balasnya dengan suara yang terdengar tak enak di hati. Arisca merasa segan, menyadari bahwa Freya melewatkan pelajaran pertama hanya untuk menemaninya di sini. Padahal sebelumnya, Arisca sudah sempat menolak, mengatakan bahwa dia baik-baik saja dan Freya tidak perlu khawatir. Namun, Freya bersikeras, dan akhirnya Arisca menyerah.

Freya yang masih penasaran menatapnya lebih dalam, seakan mencoba membaca pikiran Arisca. "Kalau mereka minta maaf ke lo, lo maafin nggak?"

Pertanyaan itu membuat suasana semakin berat. Freya sendiri tidak yakin apakah dia bisa memaafkan jika berada di posisi Arisca. Perundungan yang dilakukan Ara dan teman-temannya sudah berjalan terlalu lama dan terlalu menyakitkan. Arisca terdiam sejenak, seolah merenung sebelum akhirnya menjawab. "Sudah kumaafkan jauh sebelum mereka meminta maaf," ucapnya, nadanya lembut namun penuh dengan kelelahan emosional. "Aku laporkan mereka ke pihak sekolah bukan karena benci, tapi biar mereka jera. Karena aku sudah capek dengan ulah mereka."

Freya terkejut mendengar jawaban itu. Matanya membesar, tak percaya. "Lo benar-benar orang yang sabar, Ris. Gue mana bisa sesabar lo."

Arisca tersenyum lemah, pandangannya masih kosong menatap ke depan. "Kadang, kesabaran itu bukan pilihan, tapi keharusan. Kalau terus-terusan dendam, kita sendiri yang rugi," katanya, suaranya bergetar sedikit, tapi ada keteguhan di sana yang membuat Freya terdiam.

Freya mengangguk pelan, hatinya sedikit terenyuh mendengar kata-kata Arisca. Ia tahu bahwa Arisca bukan hanya sedang menasihati dirinya sendiri, tapi juga berbicara dari pengalaman dan rasa sakit yang telah ia alami selama ini. Freya ingin mengatakan sesuatu untuk menghibur, tetapi tak ada kata yang keluar dari mulutnya.

Tiba-tiba, pintu UKS terbuka dengan sedikit suara berderit. Suara langkah kaki seseorang yang sudah dikenalnya dengan baik terdengar mendekat. "Ternyata kamu di sini!" ucap seorang laki-laki dengan nada yang tak asing bagi Arisca.

Arisca menoleh ke arah sumber suara itu, dan menemukan sosok Arka, pacar Freya, yang sedang menghampiri mereka. Wajah Arka terlihat sedikit khawatir saat ia berdiri tepat di samping Freya.

"Iya, temani Arisca aku," balas Freya sambil memberikan senyum kecil kepada Arka, meskipun jelas bahwa pikirannya masih memikirkan apa yang baru saja dikatakan Arisca.

Arka mengalihkan pandangannya ke arah Arisca, lalu bertanya dengan nada lembut, "Lo kenapa?"

Freya menjawab sebelum Arisca sempat membuka mulut, "Itu, Ara dan teman-temannya rundung Arisca."

Ekspresi Arka langsung berubah. Wajahnya mengeras mendengar penjelasan Freya. "Mereka masih rundung lo?" tanyanya lagi, kali ini suaranya terdengar lebih tegas, nyaris marah. Arisca hanya mengangguk, mengingat kembali semua hal yang terjadi di kelas VII, saat perundungan baru mulai terjadi. Saat itu, Arka berada di kelas yang sama dengannya, dan pernah berniat untuk melaporkan tindakan Ara dan kawan-kawannya kepada guru. Namun, Arisca menahannya, merasa takut jika tindakan itu justru membuatnya terlihat seperti seseorang yang hanya mencari perhatian, seseorang yang 'pick me.'

Arka mendesah panjang, rasa marahnya bercampur dengan kekecewaan yang dalam. "Dulu gue pengen banget laporin mereka, tapi lo selalu bilang jangan. Gue nggak ngerti kenapa lo bisa tahan selama ini," ucap Arka, nadanya penuh frustrasi.

Arisca tersenyum kecil, meski senyum itu terlihat lebih seperti upaya menahan air mata. "Karena aku nggak mau jadi beban buat orang lain," ucapnya dengan suara lirih. "Aku nggak mau orang lain ikut repot karena masalahku."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku Gadis CacatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang