1

34 3 0
                                    

Suara guntur saling bersautan,kilat membelah langit gelap disertai hujan yang lebat.

Seorang gadis bersimpuh dibawah derasnya hujan.

"Pa ampun,vio mau nurutin ucapan papa"ucap seorang gadis dengan pelan,ia menggigil merasakan dinginnya air hujan yang membasahi dirinya lebih dari 2 jam lamanya.

Dihadapannya seorang pria duduk santai di teras rumah dengan segelas kopi panas,ia melihat viona tanpa rasa iba.

"Seharusnya kamu nurutin ucapan saya,jadi buang-buang waktu kan kalo gini"ucapnya lalu memasuki rumah mengabaikan viona yang sudah pucat pasi.

Setelah kepergian rio-papanya,ia menangis sejadi-jadinya.

Sesak

Itu yang dirasakan oleh viona saat ini.

Ia sudah terbiasa akan perbuatan papanya yang selalu memaksanya untuk dijadikan tumbal kerakusannya.

Apapun masalahnya tetap viona yang menjadi korban pelampiasan.

Namun viona tak pernah dendam pada siapapun yang menyakitinya, semua akan berubah pada waktunya.pikir viona yang sangat positif.

***

"Akhh"ringis viona saat tangannya terkena handuk setelah mandi

Ia melihat luka baru yang menghiasi lengan kirinya.

Ia tersenyum tipis

"hadiah dari kakak sama mama belum ilang,udah dapet lagi hadiah dari papa" ucapnya sendu,ia melihat beberapa bagian tubuhnya yang penuh luka.

"Viona bandel sih,jadi kena omel terus"ucapnya pada diri sendiri di depan cermin

Tok..tok..tok

Pintu di ketuk dari luar kamarnya, viona segera bergegas membuka pintu.

Dengan senyum manis andalannya,viona menyembulkan kepala.

"Pagi bi ima"sapa viona pada perempuan paruh baya yang sudah ia anggap sebagai ibunya

"Pagi non vio,udah cantik aja jam segini"ucap bi ima

"Ih bi ima bisa aja deh"viona tersipu malu

"Sarapan udah siap non,ayo turun" ucap bi ima lembut lalu berjalan menuruni tangga

Tak lama viona membuntuti bi ima ke dapur,ia duduk di depan meja bi ima yang sedang memotong buah.

Viona mengambil dua piring,untuk dirinya dan bi ima.

"Ayo bi sarapan"ucapnya menuang nasi

"Bibi nanti aja,non vio sarapan duluan"ucapnya

"Bibi udah gak mau lagi sarapan bareng vio"ucap viona lesu,selera makannya hilang.

Dari dulu cuma bi ima yang selalu menemani dirinya makan,ia tak pernah bergabung di meja makan dengan keluarganya karena dilarang.

Jantung bi ima serasa terhenti,ia seharusnya tak berucap seperti itu.

"Aduh,nasi punya bibi kebanyakan itu non"ucap bi ima duduk disamping viona yang mulai tersenyum kembali

"Bibi harus makan yang banyak,biar sehat terus sampe vio tua nanti"ucap viona tersenyum lebar

***

Setelah menempuh perjalanan hampir 30 menit,viona akhirnya memasuki gerbang sekolah yang hampir saja ditutup jika ia telat beberapa menit lagi.

"Untung vio jago naik sepeda" gumamnya bangga saat memarkirkan sepeda ontelnya.

Meskipun keluarganya kaya raya,namun keluarganya tak memberi vio mobil atau motor.Tak seperti kakak laki-lakinya yang setiap bulan selalu berganti model mobil.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VIONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang