19 - SACRIFICE

6 3 0
                                    

19
SACRIFICE

Biar aku saja
Menyatu bersama alam
Bergumul oleh waktu
Karena sudah waktuku
Melepas letih dan lelah
Mencari ia yang membuangku
Selamat tinggal impian
Aku akan tidur dalam senyuman
Meskipun tiada lagi mimpi yang menemani

***

Oi memasuki markas utama tepat saat Sora memasang kunci di pusat menara tidar. Seketika semua mesin berhenti beroperasi. Layar monitor padam dan lampu-lampu bertenaga cahaya bintang pun tidak lagi menyala. Oi dalam keadaan gelap. Ia hanya berserah pada Sproud yang membawa tubuhnya di punggung dan sayap Sproud-lah yang menjadi penerang di tiap lorong yang gelap.

Pemuda tanggung yang dalam kondisi lemah itu hanya mengarahkan Sproud untuk menuju ke ruang bagian utama menara tidar. Ia masih bisa membuka pintu lorong dengan menggunakan telapak tangannya. Kemudian Sproud membawanya terbang menukik ke dalam tanah.

Suasana semakin gelap, penerang hanyalah sayap Sproud yang menyala. Kondisi Oi pun semakin melemah.

"Ayo Sproud, lekas bawa aku ke inti menara tidar," lirih Oi pelan.

Hanya ini yang bisa ia lakukan untuk melindungi semua. Menghindari ledakan yang akan terjadi jika serbuk kehidupan tersembur ke luar dari kedalaman. Oi tidak ingin hal itu terjadi. Ia bermaksud untuk menutup jalan yang menghubungkan antara puncak dan inti menara tidar. Sebelum kunci memara tidar memanggil inti dalam serbuk kehidupan, Oi harus menjafi tameng. Menghalangi pertemuan keduanya sehingga tidak akan terjadi ledakan.

Hanya saja, semakin masuk ke dalam semakin terasa panas. Serbuk kehidupan bak maghma yang membara. Bukannya semakin gelap di dalma inti menara tidar justru semakin ternag karena seperti ada bintang yang terselubung oleh tanah dan puncaknya hanyalah menara tidar.

Oi baru mengetahui, pantas saja menara tidar terang benderang, juga tanahnya bak tersinar gemerlap cahaya keemasan. Ternyata di dalamnya adalah bintang yang bersinar terang. Dan apa maksud dari Sora menginginkan bintang ini memancarkan apinya ke luar? Apa dia tidak tahu kalau dulu yang dimuntahkan bumi adalah lahar panas yang menjadi bola api di angkasa?

Sproud sudah tidak tahan dengan hawa panasnya. Ia berusaha berhenti dan menyerah. Oi pun turun dari punggung elang api kesayangannya.

"Terima kasih, Sproud. Kau sudah sangat membantu," ucap Oi seraya membelai kepala Sproud. "Naiklah ke daratan, berkumpullah bersama Golum dan teman-teman kalian yang lain!" Oi memberi tahu seakan inilah perpisahan.

Oi memang sudah bertekad untuk mengorbankan dirinya di dalam menara tidar supaya apii dari serbuk kehidupan tak jadi memancar ke luar.

Sproud tak kunjung meninggalkan Oi. Meskipun sayapnya yang tampak berapi-api sudah semakin membara.

"Pergilahn Sproud!" pinta Oi seraya berjalan masuk lebih dalam lagi ke dalam inti menara tidar.

Sproud menatap kepergian Oi, ia sebenarnya tampak tidak ikhlas akan tetapi melihat kesungguhan tuannya Sproud pun akhirnta terbang meninggalkan tempat yang membara itu.

Oi melambaikan tangan dan masuk lebih dalam lagi.

Ia terengah dalam keadaan payah saat sampai di ujung. Dengan kekuatan yang tersisa Oi mengaktifkan tameng miliknya.

"Tameng kospala!" serunya seraya merentangkan kedua tangannya hingga muncullah sinar kebiruan yang membentuk jaring besar. Seukuran tubuhnya, terbentang tepat menutup lorong.

Akan tetapi dari atas cahaya yang berasal dari kunci menara tidar yang telah disambungkan terus meringsek masuk ke dalam. Hal ini akan membuat Oi berada di tengah. Antara kunci menara tidar yang berusaha masuk dan api serbuk kehidupan yang berusaha keluar. Keduanya bak dua sejoli yang ingin saling bertemu satu sama lain. Dan Oi berada di antaranya.

Tidak! Memang itulah tujuannya. Membuat dua senyawa itu tidak bertemu dan membeku oleh waktu. Oi lah yang harus melakukannya.

"Tameng Super kospala!" Oi berseru lagi membuat tameng itu semakin besar dan besar lagi. Oi mengerahkan seluruh tenaga yang ia miliki untuk memperbesar tameng itu hingga cukup untuk menutup seluruh bulatan api serbuk kehidupan.

"Kospala Super!" Oi kembali berseru hingga seluruh tenaganya terkuras.

Plaaasssshhh

Seluruh selubung bening biru itu membungkus api serbuk kehidupan hingga erat. Oi sedikit bernapas lega sebelum sebuah cahaya dengan energi penuh mendorongnya hingga terpental masuk ke dalam gumpalan besar berselubung biru.

Plaaaaassssshhhhh

Getaran terasa saat dua senyawa itu saling bertabrakan tapi karena telah terlindungi oleh selubung milik Oi ledakan pun tidak terjadi. Justru sebaliknya semua di dalamnya membeku. Termasuk tubuh Oi yang juga turut menyatu di dalamnya.

Akulah pengorbanan, melebur bersama asa yang tak tertahankan. Akulah laju lalu yang tenggelam dalam nestapa. Terbius kekejaman dunia. Menjadi abadi menyaksikan zaman berganti. Akulah takdir yang dinanti. Bersamayam abadi, mencari jati diri yang kutemui saat ajal berakhir.

Oi menghempaskan napas terakhirnya. Ia tak lagi bisa menghirup sejuknya oksigen. Ia tak lagi bisa menikmati sayup angin saat terbang mengelilingi angkasa. Ia tak lagi bisa melihat kemilau cerah gemintang di angkasa. Ia telah merelakannya dalam sebuah pengorbanan yang abadi.

Menara tidar gelap seketika. Semua kehangatan di dalamnya telah membeku. Seketika berubah menjadi dingin dan semakin dingin. Kemilau warna emas tak lagi tampak. Justru butiran salju perlahan menggantikan pasir yang indah. Beku sudah dunia di dalam menara tidar. Perlahan tapi pasti, segalanya berubah menjadi es yang dingin. Dimulai dari inti menara tidar dan kemudian terus menyesak menyeruak ke permukaan. Bak dingin tak berkesudahan menyelimutinya.

Menara tidar tak terlihat lagi. Hanya gumpalan es yang melayang di luasnya jagat angkasa.

Oi adalah sosok yang paling berjasa membekukannya. Jika bukan dia, hancurlanmh sudah tempat yang menyimpan serbuk kehidupan itu.

Biarlah serbuk paling dicari di dunia ini menjadi es abadi. Tersembunyi jauh di dalam tempat yang membeku. Terjaga oleh tameng biru milik Oi, juga tubuh Oi yang turut bersemayam di sana.

Dari kejauhan kapal Geo bergerak menjauhinya. Menyisakan sesak dalam dada. Seseorang telah pergi dan sebuah tempat telah membeku. Hanya akan menjadi kenangan di sepanjang peradaban.

Kini hanya ada Ai seorang, sosok manusia yang telah berevolusi menjadi sosok baru yang terhenti usianya. Ia kini dalam keadaan lemah setelah berduel dengan sang ibu kandungnya sendiri. Ibu yang begitu mengasihinya. Sampai tak tahu bagaimana cara kasih sayang ibu yang sebenarnya. Sang ibu hanya berharap anaknya hidup. Meski ternyata racun telah memudarkan srluruh ingatannya. Bahkan sampai di akhir hayat.

Pangeran Demi memandangi wajah gadis yang tampak pucat dan lemah itu.

"Bertahanlah, Ai. Hanya kamu yang tersisa setelah semuanya musnah." Pangeran Demi menggenggam erat jemari yang sedingib es itu.

Dalam hati ia terus berharap Ai bisa kembali membuka matanya. Meskipun jika ia tahu kenyataan begitu menyakitkan setelah kehilangan Kapten Bai, menara tidar, dan adik tercintanya Oi.

Apakah setelah Ai membuka mata segalanya akan membaik. Atau justru akan buruk bagi Ai karena hanya tinggal ia seorang.

Pangeran Demi tak tahu dan tidak pula mengerti. Yang ia tahu dan harapkan hanyalah Ai tetap hidup untuk dirinya sendiri.

Angkasa terbius oleh kesenyapan. Tidak ada kebisingan dan kegaduhan. Tenang seolah tidak ada apa-apa. Hanya batuan melayang tanpa arah. Bak semua tak ada yang bernyawa. Kosong dan hampa sehampa ruang tanpa udara.

Kapal Geo terus melaju kembali ke kapal induk. Untuk memulai kehidupan baru. Tanpa ambisi dan ketamakan yang merusak segalanya.

Memulainya dengan cahaya matahari yang baru meski bumi tetap senyap tanpa bisa dihuni.

***
bersambung

Oi ....

Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang