part 02

2 2 0
                                    


"Rim, lo udah dapet semua buku yang lo butuhkan belum?" tanya Dilfa.

"Udah. Kalo lo?" tanya Rima balik.

"Gue juga udah, yaudah kalo gitu, ayo kita ke kasir!"

Mereka pun berjalan menuju ke kasir untuk membayar buku yang mereka beli. Berhubung  Gramedia sedang sepi pengunjung, jadi tidak perlu menunggu antrian.

"Terimakasih kak, sudah berkunjung." ucap sang kasir serta tak lupa tersenyum ramah.

"Iya." jawab Dilfa dan Rima berbarengan.
Kemudian mereka melangkah keluar dari Gramedia tersebut sambil asik bersenda gurau.

"Gue haus nih, mau beli minum di sebrang jalan, tuh ada minimarket. Ikut gak lo?" tanya Dilfa sambil menunjuk minimarket di seberang jalan.

"Yaudah gue ikut." jawab Rima.

Setelah membeli minuman dan beberapa cemilan, mereka memilih singgah dulu di kursi yang memang disediakan di depan minimarket. Hanya ada keheningan di antara keduanya, karena sibuk dengan ponsel masing-masing.

"Udah jalan berapa bulan hubungan lo sama si Revan?" suara Dilfa memecah keheningan. Meskipun demikian, ia tetap fokus pada benda pipih berlogo apel yang tidak utuh.

"Oh, udah mau dua bulan sih, eh ya, gue mau cerita." jawab Rima sambil mengedikkan bahu.

"Cerita aja." santai Dilfa.

Rima menghela nafas berat.
"Jadi gini, kemarin tuh pas gue nemenin nyokap ke mall, gue liat si Revan jalan sama cewek, gatau siapa gak kenal gue." cerita Rima kepada Dilfa soal kejadian yang ia lihat kemarin sore.

"Oooo... Pantesan, tadi lo pas mau di ajak ke kantin bareng dia gak mau. Positif thinking aja, mungkin temennya" tenang Dilfa.

"Ya mana ada sama temen sambil rangkulan segala. Mana lebih muda dari gue lagi. Keknya masih SMP kelas 3." gerutu Rima.

Dilfa berhenti memainkan benda pipih tersebut, lalu menghadap ke arah Rima dengan raut serius. "Jangan-jangan, selingkuh an Revan lagi!" seru Dilfa sambil menahan senyum. Ya, dia menjaili sahabatnya itu.

"Ish, lo kok malah bikin gue nethink aja sih," rengek Rima.
"Kan tadi lo yang bilang pisitif thinking iji mingkin timinnya," menye-menye Rima sambil menirukan omongan Dilfa tadi.

-------------------

"Ya kan tadi lo bilang sambil rangkulan, ya gue nggak jadi positif thinking lah. Kenapa nggak lo coba tanya aja ke si Revan, siapa yang jalan ama dia kemaren." saran Dilfa seraya memasukkan keripik kentang ke mulutnya.

"Lah iya ya, kenapa gue nggak kepikiran?" monolog Rima.

"Lo nya kan gada otak, gimana mau mikir." ucap Dilfa sambil terkekeh santai tanpa beban.

"Sialan lo Fa!" desis Rima.

"Eh, itu bukannya si Revan ya? Kok sama cewek?" tanya Dilfa melihat ke arah Revan berada.

"Mana mana?" tanya Rima heboh.

"Itu, di parkiran Gramed," seru Dilfa sambil menunjuk ke arah Revan bersama seorang cewek.

"Eh! Iya, itu kan cewek yang kemaren gue bilang tadi." seru Rima.

Revan sedang menaiki motor hitam besarnya, setelah itu dia membantu cewek tersebut untuk naik ke atas motornya seraya cewek berpegangan pada pundak Revan.

"Keknya lebih cocok jadi adiknya deh, daripada selingkuhannya." ucap Dilfa seraya memperhatikan cewek tersebut.
"Samperin aja yuk," ajak Dilfa.

"Ayok!" seru Rima menggebu.

Mereka pun akhirnya cepat-cepat melihat kanan kiri jalan untuk menyebrang dan menghampiri Revan, sebelum Revan pergi.

"Revan!" panggil Rima agak keras.

🌻🌻🌻🌻🌻

Jangan lupa vote and coment ya....

AdilfaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang