part 06

2 3 0
                                    

Motor Dilfa sudah terparkir apik di depan warung yang letaknya di belakang sekolah. Itu ide gila Vino yang menyuruh Dilfa menitipkan motornya di warung tersebut. Katanya yang punya warung udah kenal dekat sama Vino, soalnya biasanya Vino dan temannya nongkrong disitu.

"Sekarang lo manjat," suruh Vino seenak jidat.

Dilfa membulatkan matanya. "Hah? Gue manjat ke situ?" tunjuk Dilfa ke arah tembok belakang sekolah yang tingginya tiga meter itu. "Nggak bisa lah gue, tinggi banget. Nggapai ujungnya aja nggak sampe gue." cerocos Dilfa.

"Pake tangga lah dodol, tuh." tunjuk Vino ke arah tangga.

"Oke."

Dilfa pun mulai memanjat pagar tembok tersebut dengan lancar, untung ia pake celana olahraga. Jadi mudah saja untuk memanjat. Setelah sampai di ujung, Dilfa langsung melompat ke bawah.

Brughh

Di susul Vino di belakangnya.

Brughh

Vino mengulurkan tangannya untuk membantu Dilfa berdiri. "Thanks, akhirnya kita bisa masuk juga." ucap Dilfa menyambut uluran tangan Vino.

"Yoi, ini semua kan karena ide gue." balas Vino sambil tersenyum bangga dan menepuk dadanya.

Dilfa hanya memutar bola matanya.

"HEH KALIAN NGAPAIN BELUM MASUK KELAS HAH? KALIAN TELAT YA? SINI KALIAN!" tiba-tiba ada suara cempreng milik Bu Endang, guru BK.

Dilfa dan Vino membulatkan matanya. Dan mulai menghitung dalam hati satu....dua....ti- "Larii!" seru Vino dan menggandeng tangan Dilfa untuk ia ajak kabur dari amukan Bu rendang.

"HEH! JANGAN KABUR KALEAN!" Bu Endang berlari mengejar mereka, jadilah aksi kejar-kejaran antara Dilfa, Vino, dan Bu Endang.

Namun naas nya tali sepatu Dilfa lepas dan mengakibatkan ia jatuh tersungkur mencium lantai koridor. "Aduh!" ringis Dilfa. Vino pun berhenti berlari saat merasakan genggaman tangannya pada Dilfa lepas. Dan membantu Dilfa berdiri.

"Berhenti kalian! Hosh hosh.." Shit,  batin Vino dan Dilfa.

Bu Endang menjewer telinga mereka sampai memerah. "Mau kabur kemana kalian hm?" tanya Bu Endang garang.

"Eh, Bu Endang. Bu Endang makin cantik aja, lepasin dong Bu, jeweran nya." rayu Vino sambil cengengesan.

"Sekarang kalian ibu hukum LARI PUTARIN  LAPANGAN SAMPAI BEL ISTIRAHAT BERBUNYI!" teriak Bu Endang sudah habis kesabarannya. Mereka berdua pun langsung lari terbirit-birit menuju lapangan untuk menyelesaikan hukuman dari Bu Endang.

🏃‍♀🏃🏃‍♀🏃🏃‍♀🏃

"Ini Dilfa kemana sih? Kok belum dateng juga tuh anak, apa nggak berangkat ya?" gerutu Rima. Ia mencemaskan sahabatnya yang belum datang juga. Padahal sudah pukul 07.30 , sebentar lagi ada pelajaran olahraga pengambilan nilai lari.

"Di chat nggak dibales, telpon nggak diangkat. Ah, mungkin nggak berangkat tuh anak." monolog Rima.

"Ayo Rim, ke lapangan! Udah di tunggu sama yang lain." ajak teman sekelas Rima dan Dilfa. Panggil saja Mala.

"Iyaa," jawab Rima.

"Eh, Dilfa nya belum dateng?" tanya Mala, pasalnya setiap ada Rima disitu ada Dilfa.

"Nggak tau tu anak belum dateng juga, mungkin absen." jawab Rima lesu.

"Yaudah ayo!"

_________

Sedangkan di lapangan, ada dua siswa berbeda gender sedang berlari mengitari lapangan basket yang luas di bawah terik matahari pagi yang cukup menyengat. Keringat sebesar biji jagung menetes dari kening mereka. Membasahi wajah serta seragam olahraga mereka.

"Dilfa!" teriak Rima ketika melihat sahabatnya yang ia cari malah sudah berada di lapangan, lari pula.

Dengan nafas ngos-ngosan Dilfa menghampiri Rima dan Mala. "Eh, Fa, lo mau kemana? Ini belum jam istirahat woy!" teriak Vino yang hanya dihiraukan oleh Dilfa. Vino pun menyusul Dilfa.

"Apa?" tanya Dilfa saat sudah berada di depan Rima.

Sadar dengan kebingungan sahabatnya, "Gue di hukum karena telat." ucap Dilfa menjawab raut kebingungan di wajah Rima.

"Lo juga Vin?" tanya Rima sambil melirik ke arah Vino di belakang Dilfa yang masih mengatur napas.

"Iya, gue telat bareng nih anak." jawab Vino dengan tangannya terangkat mengacak rambut Dilfa.

"Apasih? Berantakan bege rambut gue," Dilfa menepis tangan Vino yang masih setia mengacak rambutnya.

"Hilih, bilang aja salting lo." ejek Rima dan Mala. Dilfa hanya mendengus kesal, sedangkan Vino heboh sendiri, "Lo salting Fa?" tanya Vino dengan tampang polosnya. Yang malah rasanya Dilfa pengen nampol tuh wajah si Vino.

"Apasih, gak ya." ketus Dilfa.

"Tumben lo Mal, nggak sama si Fira. Biasanya nempel terus," tanya Dilfa kepada Mala.

"Oh, dia lagi sakit, jadi nggak masuk," Mala cengengesan.

"Lo tumben Fa, telat," tanya Rima heran.

"Gue semalem begadang baca wattpad, jadi ya gitu." jawab Dilfa sambil mengedikkan bahu.

"Woy! Pengambilan nilai nya nggak jadi woy! Pak Alvin gak bisa ngajar hari ini, jadi kita jamkos!" teriak sang ketua kelas XI IPA-2. Sorakan siswa-siswi IPA-2 pun terdengar.

"Yes! Mending gue cabut ke kantin nih, makan gorengan nya mpok Eni."

"Gue ikut bro."

"Hore! Yuk Ta, kita ngelanjutin nonton drakor!"

"Mayan tidur satu jam pelajaran,"

Dan banyak lagi sorakan siswa-siswi IPA-2.

"Lo mau kemana Fa?" tanya Rima.

"Dilfa mau ngelanjutin hukuman bareng gue."  Vino yang menjawab. Dilfa mendengus kesal, meskipun begitu ia tetap mengangguk sebagai jawaban.

"Yaudah, gue ke kelas dulu ya? Sama Mala, ayo Mal!" pamit Rima. Yang hanya dibalas anggukan kepala Dilfa dan Vino.

"Yok lanjut!" seru Vino.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AdilfaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang