part 03

2 2 0
                                    

"Revan!" panggil Rima agak keras.

Cowok yang di panggil celingukan mencari sumber suara yang agaknya ia kenal. Terdapat sang kekasih yang sedang berlari ke arahnya bersama sahabatnya. Dia pun tidak jadi menyalakan motornya. Ia memilih turun terlebih dahulu dari motor, di susul cewek di belakangnya.

"Eh? Rima, darim-"

"Iya, kenapa kalo aku hm?"  sela Rima tak lupa dengan pelototan tajamnya ke arah Revan. Bukannya terkesan galak, tapi malah terkesan lucu bagi Revan.

"Gapapa, kenapa kamu melotot ke aku? Aku ada salah  ay?" tanya Revan heran.

"Dia siapa?" tanya Rima balik melirik ke arah cewek di belakang Revan.

Revan serta Dilfa pun ikut melirik ke arah cewek tersebut. "Hai kak, kenalin, aku Alin adiknya bang Revan." sapa cewek yang menyebut dirinya adik dari Revan seraya tersenyum ke arah Rima dan Dilfa. "Kakak ini pacarnya bang Revan ya?" tanya Alin sembari menunjuk Rima.

"Hah?" bingung Dilfa dan Rima .

"Oh iya, aku lupa kenalin Alin ke kamu Rim. Dia adik aku, Alin masih kelas 3 SMP." ucapan Revan menjawab pertanyaan yang ada di otak Dilfa dan Rima.

"O-oh hai juga Alin, iya, kakak pacar abang kamu," jawab Rima sambil malu-malu.

"Hai juga Lin, kenalin nama kakak Dilfa, sahabatnya Rima, pacar abang kamu." jawab Dilfa setelah kembali sadar dari kebingungannya.

"Ku kira kamu selingkuh dari aku Van." sahut Rima merasa bersalah.

"Hah? jadi kamu berpikiran aku selingkuh sama Alin? Astaga Rima." ucap Revan lalu menangkup pipi Rima. "Maaf ya, udah bikin kamu salah paham."

"Mesraan teross, gatau apa kalo ada jomblo sejati disini?" sindir Dilfa.

Mereka semua pun terkekeh mendengar penuturan Dilfa. "Udahlah Rim, ayo pulang! Gue udah kangen sama kasur kesayangan gue." Rima pun memutar bola matanya.

"Yaudah, aku pulang dulu ya Van, Lin." pamit Rima.

"Iya, hati-hati." jawab kakak beradik itu.

Beberapa menit menempuh perjalanan, sampailah mereka di depan rumah berpagar abu-abu milik keluarga Rima.

"Makasih Dilfa cayang, muachh" Rima memonyongkan bibirnya ke arah Dilfa.

"Jijik Rim, jijik," Dilfa memasang raut wajah ingin muntah.

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Brukkk

"Akhirnya, gue bisa merebahkan diri gue di tempat ternyaman ini." ujar Dilfa ngomong sendiri.

Kemudian dia segera bangkit dari kasurnya, menuju ke kamar mandi yang ada di dalam kamar untuk membersihkan badan yang sudah terasa lengket, seraya bernyanyi tidak jelas. Hanya ada suara gemericik air di dalam kamar bernuansa biru itu. Hingga tergantikan dengan suara cetar membahana.

"DILFA! AYO CEPAT TURUN! KAMU BELUM MAKAN SIANG KAN? JANGAN TIDUR DULU FA!"

Suara cetar membahana itu milik Ira, bunda Dilfa yang paling Dilfa sayang. Karena memang Dilfa hanya punya keluarga satu-satunya di rumah, yaitu bunda Ira. Ayah Dilfa, Rehan, sudah meninggal satu tahun yang lalu, akibat kecelakaan saat akan pulang dari kantor. Ayah Dilfa memegang perusahaan milik keluarganya pada bidang periklanan, jadi sekarang yang memegang perusahaan adalah adik dari Rehan, yaitu om Bagas. Dilfa memang anak tunggal.

Tidak ada jawaban sama sekali, maka Ira memutuskan untuk membuka pintu kamar anaknya saja, kebetulan tidak dikunci. Terdengar suara gemericik air di dalam kamar mandi.

"Oh, pantesan gak nyaut, taunya lagi mandi tuh anak. Sia-sia gue mengeluarkan suara indah merdu gue." gumam Ira sendiri.

.................

mon maap kalo ngebosenin n gak jelas ceritanya :(

jangan lupa vote and coment ya....😊

AdilfaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang