part 05

2 2 3
                                    

Di sebuah kamar terdapat seorang gadis yang masih asik menyelami dunia mimpi. Tidak sadar bahwa waktu menunjukkan pukul 06.30 . Yang seharusnya ia sudah rapih dengan balutan seragam di tubuhnya.

Tokk

Tokk

Tokk

"Dilfa! Ayo sarapan!" Ira mengetuk-ngetuk pintu kamar anaknya. Namun tidak ada jawaban dari anaknya, ia pun berinisiatif untuk membuka pintu kamar Dilfa saja.

Pemandangan pertama yang ia lihat adalah anak gadisnya yang masih bergelung di bawah selimut bermotif Spiderman milik anaknya.

"Astaga Dilfa! Bangun woy! Ini udah jam berapa Dilfa?" teriak Ira membangunkan Dilfa.

"Apasih bun? Teriak-teriak, ini masih pagi bun, nanti tetangga kebangun." ujar Dilfa sambil menggeliat serta mengucek matanya yang masih ngantuk.

"Ya emang ini udah pagi dodol. Kamu ini, liat jam udah pukul berapa? Ini udah jam 06.30 . Dan bunda berinisiatif buat suruh kamu sarapan, eh ternyata kamu belum bangun juga. Padahal bunda udah bangunin kamu 2 kali tadi, eh ternyata masih belum bangun juga. Kamu itu anak gadis Dilfa, jadi harus bangun pagi. Gimana kalo kamu nanti udah punya suami? Siapa yang masakin sarapan buat suami kamu hm?" celoteh serta nasehat Ira panjang lebar.

Otomatis Dilfa meraih ponsel dan melihat jam disana sudah menunjukkan pukul 06.31. "Hah? Kenapa bunda nggak bangunin Dilfa dari tadi sih?" rengek Dilfa. Dilfa pun langsung beranjak dari tempatnya lalu meraih handuk untuk pergi mandi secepat kilat.

Ira hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan anaknya. Lalu ia menyiapkan seragam sekolah Dilfa untuk Dilfa pakai hari ini. Meletakkan nya di atas kasur setelah dirapikan. Kemudian keluar.

🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Lima belas menit kemudian Dilfa sudah rapi dengan seragam olahraga yang disiapkan bundanya tadi. Iya, dia mandi pakai jurus secepat kilat. Ia meraih tas ransel abunya lalu turun ke bawah siap berangkat ke sekolah.

"Sarapan dulu Fa," perintah bunda Ira.

"Nggak keburu bun, bi, tolong siapin kotak bekal aku yang warna biru." ucap Dilfa sambil mengoles selai coklat ke rotinya.

"Yaudah, kalo gitu bawa bekal ya?" ujar Ira.

"Iya bun, aku berangkat dulu bun, assalamualaikum!" pamit Dilfa seraya berjalan ke arah pintu yang menghubungkan dengan garasi. "waalaikumsalam, hati-hati Fa!" teriak Ira, karena Dilfa sudah sampai di garasi.

Motor Scoopy abu-abu bersama pengendaranya keluar dari gerbang rumah bercat hitam. Melaju kencang membelah jalanan yang ramai. Sesekali sang pengendara meng-klakson pengendara lain. Sinar matahari pagi sudah terasa menyengat kulit. Karena waktu sudah menunjukkan pukul 06.55, yang artinya lima menit lagi gerbang di tutup.

"Yah, udah di tutup ni gerbang," seorang gadis mendengus karena gerbang SMA Biru Bakti sudah di tutup. "Pantesan udah di tutup, ini aja udah jam 07.12." Dilfa melihat jam tangan yang melingkar di tangannya.

Pukk

"Eh?" kaget Dilfa karena tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya.

"Telat?" tanya orang itu.

"Gak, ya iyalah! Lo liat aja gue masih di luar gerbang ama tuh motor." seru Dilfa seraya menunjuk motor Scoopy di sampingnya.

"Weiss, santay mbak." ucap Vino. Iya, orang itu adalah Marvino Gio Adya, si kapten basket SMA Biru Bakti. Orang yang diam-diam Dilfa taksir.

"Santay pala lo? Gue telat ini, gimana dong? Nanti kena om-"

"Eh?" pekik Dilfa kaget karena di tarik Vino tanpa aba-aba.

"Udah, ayo ikut gue, lo nggak mau kena omel Bu Endang kan? Gue sih nggak mau" ajak Vino.

"Ya ini gue mau lo ajak kemana? Itu motor gue gimana?" tanya Dilfa beruntun.

"Udah, nggak usah cerewet deh. Oh ya, bawa sekalian motor lo itu." Vino masih setia menarik tangan Dilfa menuju belakang sekolah.

Dilfa mendengus kesal. "Ya gimana gue mau ambil motor, orang tangan gue masih lo tarik." Gak tau apa? kalo jantung Dilfa lagi pada ngedugem gara-gara tangannya di pegang Vino. Ya gimana nggak deg-degan coba? Deketan ama crush.

Vino melepas cekalan tangannya pada Dilfa. Dilfa pun langsung mengambil motornya. Untung nggak ilang.



AdilfaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang