Perseteruan I

14 5 2
                                    

Yusuf pergi ke kantin sekolah, sebuah toko dengan luas sedang, pintu rolling door yang selalu wajib ada dan beberapa guru yang tengah bercakap-cakap, mungkin salah satu diantaranya adalah pengurus kantin sekolah ini.

Sebenarnya, sekolah mempunyai dua kantin. Pertama kantin yang disediakan oleh pihak sekolah sendiri, kalian tahukan maksudku? Kantin sekolah, wuuu, makanan sehat, nyenye, BLA BLA.

Toh sama saja, niatnya cari untung.

Yang kedua, kantin dari orang luar sekolah. Biasanya sekolah mempunyai tempat untuk mereka yang ingin berdagang di sekolah, aku sendiri masih tidak tahu, apakah orang-orang ini membayar sewa pada sekolah?

"Permisi, eskrimnya ada gak ya Bu?" Yusuf langsung to the point tanpa basa-basi.

"Eh, itu nak, di freezer yang itu. Masa gak kelihatan?" Salah satu Guru menjawab.

"Oalah." gumam Yusuf.

"Eh, kamu yang alumni dari kota sebelah? Anduarsa itukan?" Salah satu Guru penasaran dengan identitas Yusuf.

"Iya Bu, ehehehe." Yusuf berusaha untuk terlihat ramah nan baik hati.

"Widih, ganteng bet kamu, noh lihat, cewek-cewek pada ngelihatin daritadi."

Yusuf menyipitkan mata, saat ia melihat sekeliling, barulah ia tersadar bahwa dirinya selama ini telah menjadi pusat perhatian, utamanya kaum hawa.

.....

Yusuf jalan menuju kelasnya dengan sikap risih dan waspada, sembari menjilati eskrim strawberrynya, ia terlihat seperti seseorang yang parno. Sementara para gadis masih terus memperhatikan dirinya, aku tahu betul apa yang dipikirkan oleh perempuan-perempuan ini.

Baru kali pertama ini mereka mendapati seseorang dengan standar ketampanan Korea, kalian tahu maksudkukan? Itu lho, kulit putih, wajah imut, tanpa bulu wajah, mata belo, bibir kemerahan seperti memakai lipstik.

"Suf, sini hoi!" seru Johan dari kejauhan, ia tengah terlihat sedang menggoda empat cewek-cewek yang terlihat lebih tua dari dirinya. Sementara Dewa diam mematung mengikuti teman gilanya.

Johan Bangsad... Yusuf membatin.

Yusuf langsung memasang mimik tololnya dan langsung pergi ke arah yang berbeda dari tempat Johan dan Dewa hinggap. Namun, tetap saja, Johan makin berteriak, ia berteriak memanggil nama Yusuf selama 3 kali, dan selama 3 kali itu pula, mungkin seluruh dunia mampu mendengar suara Johan yang begitu nyaring.

Sebelum bisa kabur sepenuhnya, Johan langsung berlari kencang menuju Yusuf dan menarik kerah Yusuf dari belakang, menyeretnya kembali menuju para gadis yang tadi ia goda.

"Ayok tolol, kita nikmati masa muda kita. Ada kakel-kakel bohay tuh, kao nih ganteng tapi otaknya bodoh." Johan komat-kamit, sementara tangannya masih menyeret Yusuf yang sudah pasrah akan keadaan.

"Ew, siapa tuh Jo?" Salah satu dari keempat kakel menanyai Johan dengan ekspresi nakal.

"Neh, sepupu aku neh, sama-sama gantengkan?" Jawaban Johan membuat mereka semua hening.

"Widih, hii ganteng, asal mana hum?" Salah satu lainnya menanyai Yusuf dengan ekspresi yang lebih menggoda lagi.

Sebenarnya, keempatnya dibilang jelek juga tidak, cantik okelah, tapi yang membuat jijay adalah penampilannya. Mereka semua terlihat memakai make-up yang sedikit lebih tebal, rok yang dikecilkan, baju yang kekecilan, mereka terlihat seperti pemeran film dewasa yang tengah syuting dengan tema anak sekolah.

"Emm, hah?" Yusuf lagi-lagi memasang wajah tololnya. "Awokwokwok, lol-lol, awokwokwok."

"Eh, dia kenapa Jo?" Keempat kakel kaget melihat kelakuan Yusuf yang macam bocah bermasalah mental, sedang Dewa sudah tak tahan menahan tawanya, Johan mengumpat karena kelakuan Yusuf yang telah membuatnya dipermalukan.

KRIIIIIING!

Lama waktu berlalu, sekarang adalah jam pulang sekolah. Waktu paling ditunggu oleh seluruh siswa, bahkan siswa seperti Bella dan Juna'pun akan sangat bergembira saat jam ini datang. Bersamaan dengan ini, ini juga adalah waktu paling rusuh di sekolah. Tentunya kalian masih ingatkan? Dari zaman TK sampai SMA maupun SMK, jam pulang adalah saat dimana 500 murid lebih berhamburan keluar secara bersamaan.

Mereka semua berhamburan dengan gembira, meninggalkan sekolah yang dipenuhi dengan teori dan materi-materi yang membuat otak berasap.

Tapi, bagaimanapun juga, akan ada beberapa jenis anak yang akan tinggal di sekolah untuk beberapa waktu kedepan.

Anak-anak yang mempunyai urusan dengan Guru, anak-anak yang menunggu jemputan dari orangtuanya, anak-anak yang nongkrong di kantin karena malas pulang, terakhir adalah anak-anak yang mempunyai kegiatan di luar jam sekolah tapi bertempat di sekolah.

Ya, seperti OSIS, atau ekstrakurikuler, seperti teman-teman kita yang satu ini.

"Bangke, mana sih bocah Kpopers ini?!" keluh Yusuf mencari Bella di kelasnya, bukannya menemukan Bella, dia malah hanya mendapati kelas tanpa penghuni.

Yusuf sebenarnya tidak ada niatan untuk pergi ke ruang club bersama seseorang yang tadi pagi baru saja bertengkar dengannya, tapi saat dalam perjalanan menuju ruangan club, ia menerima WhatsApp dari Juna bahwa Bella belum datang, alhasil Yusuf diperintahkan oleh yang Maha Senior Gangga untuk mencarinya, pikirnya agar sekalian dan tidak usah menunggu-nunggu yang lain lagi.

Yusuf dengan terpaksa menuruti perintahnya.

"Gak ada cuk, lu gila ya nyuruh-nyuruh gua?!" bentak Yusuf pada segenggam handphonenya yang terhubung dengan milik Juna.

"Yah si Abang, yodah aku bantu nyari." Juna langsung melangkahkan kakinya menuju tempat Yusuf berdiri.

Setelah mereka bertemu, mereka mencari-cari keberadaan dan posisi Bella ke seluruh sekolah, bahkan hingga seluruh kolong meja di tiap kelas. (Walau dipikir-pikir, gak mungkin juga Bella sembunyi di kolong meja.)

"Oi, kalean, sini ikut gua." Seseorang memanggil Juna dan Yusuf dari belakang, seseorang dengan hawa-hawa yang tidak mengenakkan.

Juna tak yakin untuk mengikutinya, tapi Yusuf dengan mimik tololnya langsung melangkahkan kakinya mengikuti orang tersebut.

"Bang tunggu!" Juna menghampiri Yusuf.

Mereka berdua mengikuti orang misterius itu hingga ke luar Sekolah. Sebenarnya sih, nggak misterius banget, orang itu juga memakai seragam sekolah yang sama dengan mereka berdua, hanya saja ekspresinya menyeramkan.

Mereka bertiga berjalan menuju gang kecil samping Sekolahan, berjalan terus melewati rumah-rumah yang terdapat di gang tersebut. Sampailah mereka pada pertigaan gang yang tanpa rumah satupun berada di sana. Tempat sepi tanpa orang, Juna bahkan sudah mulai berpikir yang tidak-tidak.

"Hahahaha, dasar goblok kalean." Seseorang dari balik belokan gang muncul, diiringi oleh beberapa kawanannya yang semuanya memakai seragam sekolah berantakan. Di balik kawanan cowok-cowok berandal tersebut, terdapat seorang yang cantik nan imut syalala yang tak lain dan bukan adalah Bella.

"Woe! cewek sinting Kpopers, gak nyangka, ternyata lu rakus juga." Yusuf berteriak memasang ekspresi kaget.

Bella hanya diam dengan ekspresi campur aduk, antara ketakutan dan kesal.

"Bang, keknya gak gitu ceritanya deh," ucap Juna memberi pemahaman yang lebih normal daripada pemahaman milik Yusuf yang kelewat mesum nan biadab. "Gawat ini mah."

"Eh? Kenapa emang?" Yusuf bingung keheranan.

"Lu, anak baru yang udah ngehajar temen gua ampe babak belur," ucap salah satu yang terlihat sebagai pimpinannya. Rambutnya hitam legam dengan minyak rambut yang berlebihan, disisir ke atas hingga kaku. "Bakal mati lu di sini."

"Habis nggodain cewe gua juga!" teriak salah satu temannya. "Cewe lu juga bakal kita cincang."

Juna gemetar tak karuan, bahkan giginya menggigil, pikirannya kesana-kemari, sementara Yusuf masih dengan mimik tololnya, mengingat-ingat gerangan apa yang ia lakukan hingga membuat sekelompok manusia buas seperti mereka mengincar dirinya.

Gray AgesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang