3

26 6 0
                                    

Dibalik kerasnya para siswa yang berapi-api dalam mengejar cita-citanya, terdapat pula para siswa yang tidak tahu arah. Kumpulan siswa yang tidak mengerti tentang dirinya, siswa yang hanya berpikir untuk hari ini dan seterusnya, tanpa banyak pikir untuk masa depan.

Mereka adalah para siswa yang biasa nongkrong di kantin saat jam pelajaran, para siswa yang biasanya dicap buruk oleh para Guru. Konon katanya, siswa-siswi ini sebenarnya sangat jenius, karena materi pelajaran di sekolah terlalu mudah, mereka jadi malas untuk mengikutinya.

Bahasa kerennya, Rebel, atau Rebellion, atau yang berarti Pemberontak.

Dalam hierarki orang barat, terutama USA, semua orang mencintai pemberontak. Bahkan dalam kebanyakan film action maupun pahlawan super, biasanya sang tokoh utama akan diposisikan sebagai pihak pemberontak. Pihak-pihak yang menghancurkan sistem yang mengekang, lalu dengan bangganya mengibarkan bendera liberalisme.

Eh, kayaknya yang barusan itu terlalu berlebihan.

Seperti yang sudah kujelaskan di awal, ini adalah tentang anak-anak yang tidak tahu nanti mau jadi apa. Mereka terus hidup untuk hari ini, memikirkan segalanya untuk hari ini, tidak memikirkan bagaimana hari esok, mereka adalah para remaja yang hidup seperti air yang mengalir dengan sendirinya.

"Bangsad, kita harusnya ngambil alih daerah sebelah. Bukannya malah loyo-loyo gini, kita harus cari info siapa yang berkuasa di sana." keluh Deimos, siswa berandalan yang penampilannya sudah tak bisa diragukan lagi.

Bayangkan saja, siswa dengan rambut sedikit keriting, tindik hitam bulat pada telinga kirinya, sayatan luka pada bawah mata kanannya, mata elang plus tatapan dingin ala berandal, Deimos seakan-akan terlahir memang sebagai seorang berandal sejati. Bahkan pada saat hari pertama sekolah, ia tidak menggunakan dasi. Baju dikeluarkan, tiga kancing atas dibiarkan terbuka.

"Haduh Mas-Mas, mending kita duduk aja deh. Udah gak zaman mainan preman-premanan lagi." jawab temannya yang bernama Wijin.

"Iya, mager nok gua." imbuh teman lainnya Dion.

Deimos, Wijin dan Dion, atau biasa dikenal oleh para berandalan, 3 Serangkai Pembawa Kehancuran.

Di dalam dunia berandal di kota Derapura, terdapat julukan yang diberikan oleh sebuah trio misterius yang entah darimana munculnya dan entah berpihak pada siapa. Trio ini terbilang cukup muda, saat rumor tentang mereka mulai menyebar, dikabarkan bahwa Trio ini masih berusia sekitar 14 tahunan.

Rumor berkata, Trio ini mendatangi berbagai pos preman satu persatu, mengalahkan base mereka dari yang terkecil hingga seterusnya. Mereka terkenal brutal dan tak terkalahkan, semakin besar reputasi mereka, semakin rahasia pula identitas mereka.

Sudah hampir 3 bulan ini, Trio tersebut lenyap tanpa kabar.

Dan seperti yang sudah kita ketahui, Trio tersebut adalah Deimos, Wijin dan Dion.

Wijin, seorang lelaki dengan perawakan gempal. Tubuhnya berotot, selain berotot, tubuhnya juga dilapisi lemak yang membuat daya tahan tubuhnya lebih besar. Wijin memiliki rambut keriting ke bawah, wajahnya bengis dan selalu memberikan kesan ingin membunuh semua orang yang berdiri di depannya.

Walau aslinya, Wijin adalah pelawak yang handal. Ia memiliki selera humor yang relevan dengan banyak, ia juga terkenal dengan lelucon slapsticknya yang kocak ala-ala Stephen Chow.

Sementara Dion, yang paling pendiam diantara mereka bertiga. Dion memiliki wajah yang terkesan polos dan lugu, walau sebenarnya, dibalik balutan kain yang menutupi tubuhnya, terdapat sebuah tubuh yang akan membuat para wanita terus membayang-bayangkan roti sobeknya.

Mereka bertiga memiliki kemampuan yang lebih dalam ilmu bela diri. Sebut saja tinju, Wijin belajar tinju semenjak usianya 8 tahun. Ia adalah seorang petinju tipe Pressure Fighter, petinju dengan stamina bagus, tipe-tipe orang gila yang akan terus menerjang musuh walau harus kena pukul sekalipun.

Gray AgesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang