Halo chingu! Ini short story pertama aku^^ semoga kalian suka ya hehe..
Jangan lupa comment yang banyak ya^^
"Aahh"
Setelah pelepasan tubuh Jaemin terkulai lemas. Ia merilekskan dirinya sebentar dan memejamkan matanya.
"Udah ya jen? Nana capek." Ucapnya lemas.
Jeno, pria yang berbagi malam panas dengannya mengangguk kecil lalu melepas penyatuan mereka. Jeno membenarkan posisi tidur Jaemin dan merebahkan dirinya di samping si manis.
"Tidur gih, biar gua yang bersihin. Makasih ya na." Sambil memejamkan mata Jaemin bergumam mengiyakan.
Jeno lantas turun dari ranjang tempat mereka berbagi malam panas dan membersihkan tubuhnya. Setelah selesai dengan dirinya, Jeno membawa sebaskom air hangat dan lap untuk membersihkan tubuh Jaemin.
Kalau kalian pikir mereka pasangan, kalian salah besar. Jeno dan Jaemin hanyalah sepasang sahabat sejak mereka SMP. Mereka memulai tali persahabatannya sejak duduk bersama di bangku kelas 8 dan berakhir kemana mana selalu saja berdua atau lebih tepatnya Jeno yang selalu mengikuti Jaemin kemanapun.
Jaemin awalnya tidak ingin berteman dengan Jeno mengingat mereka tumbuh dari latarbelakang yang sangat jauh berbeda.
Jaemin merupakan anak miskin yang beruntung mendapatkan beasiswa di yayasan Neo, tinggal dengan neneknya yang akhirnya meninggal ketika dirinya menginjak kelas 9 lalu hidup sebatang kara dan banting tulang untuk menghidupi dirinya sendiri.
Sementara Jeno merupakan anak dari keluarga konglomerat, pemilik yayasan Neo sendiri.
Pada awal pertemanan mereka, Jaemin menolak keras untuk dekat dengan Jeno karena dirinya menjadi bahan omongan orang orang dan selalu dikira sebagai penjilat. Jaemin juga selalu menghindar setiap bertemu dengan Jeno. Namun dengan tekad Jeno yang pantang menyerah untuk dekat dengan Jaemin akhirnya mereka berdua bisa sedekat sekarang.
Bahkan menyatu memberikan kehangatan satu sama lain.
Oke mari kita akhiri sesi flashback ini dan kembali lagi dengan Jeno Jaemin yang sudah dewasa.
Setelah membersihkan tubuh Jaemin, kini Jeno ikut berbaring sambil melingkarkan tangannya dipinggang ramping sang sahabat. Hidungnya tak berhenti henti mengendus wangi dari berpotongan leher Jaemin. Jeno sangat menyukai wangi tubuh Jaemin.
"Jeno, tidur. Katanya besok ada rapat." Jaemin membalikkan tubuhnya menghadap Jeno.
"Iya iya ini mau tidur kok." Jeno mengeratkan pelukannya pada simanis dan mulai masuk ke alam mimpi.
Wangi semerbak makanan dipagi hari membuat Jeno menggeliat menyadarkan dirinya. Hari sudah pagi, jam nya sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Jeno menatap tempat kosong sebelahnya pertanda bahwa Jaemin sudah bangun terlebih dahulu.
Jeno menyingkap selimutnya lalu berjalan gontai menuju sumber harum masakan dipagi hari. Dapat Jeno lihat ada seorang pria yang menggunakan celemek tengah berkutat dengan alat masaknya.
Jeno tersenyum kecil lalu menghampiri pria itu dan melingkarkan tangannya dipinggang si manis.
"Morning" suara serak milik Jeno mengagetkan Jaemin.
"Astaga Jeno." Jeno yang masih setengah sadar hanya memeluk Jaemin dari belakang sambil menopangkan dagunya di pundak Jaemin.
"Jeno mandi sana, kamu kan mau rapat jam 9." Jeno hanya membalas gumaman tak jelas.
"Mandi atau aku tabok pake teflon panas nih." Ancam Jaemin.
Jeno berdecak kesal. "Dasar maung. Galak banget sih kayak bubu." Cubit Jeno.
"Ya lagi menel mulu. Mandi gih sana" dengan kesal Jeno berjalan mencak mencak membuat Jaemin terkekeh geli melihat tingkah sang sahabat.
Sekitar setengah jam berlalu kedua sahabat itu kini menikmati sarapan dengan khidmat.
"Pulang nanti jam berapa?" Tanya Jeno.
"Belum tau." Jawab Jaemin sekenanya.
"Berangkat bareng gua aja pulang nanti gua jemput"
"Gausah. Aku sendiri aja." Tolak Jaemin halus.
"Naik mobil?" Jaemin menggeleng.
"Nggak. Naik motor palingan atau ojol." Jeno menghentikan suapannya lalu menatap Jaemin bingung.
"Kenapa gak naik mobil? Mobil yg dari bubu rusak?" Tanya Jeno.
"Udah aku balikin ke rumah kamu."
"Kenapa?" Tanya Jeno lagi.
"Gapapa. Aku nggak enak sama bubu, aku bukan siapa siapa masa dikasih mobil mahal. Lagian aku juga kalo pergi gak pernah jauh jauh kok sekitaran cafe doang." Jawab Jaemin.
"kenapa sih? bubu oke oke aja kok ngasih mobil ke lu. kan udah dibilang bubu udah anggep lo kayak anak sendiri" Kesal Jeno.
"Jen, we already talk about this. aku juga anggep bubu kayak orang tua sendiri kok, rasa hormat aku ke bubu sama kayak aku ke nenek. but i can't accept everything he give to me" terangnya.
"Terserah." Jeno menyudahi acara sarapannya dan pergi meninggalkan Jaemin yang kini menghela napas pasrah.
☆ T B C
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend With Benefit | [NOMIN] END✅
Lãng mạn[Friend with benefit] Jeno dan Jaemin merupakan dua sejoli yang sudah bersahabat sejak lama. Namun ketika dewasa semua berubah menjadi 'lebih'