Roleplay So Far / txt.log

9 4 0
                                    

=========

Liberte - Task 02

=========

[Deo]

Deo berada di dalam mobil yang terdesak oleh kerumunan orang. Meski wajahnya tetap kaku dan dingin, jauh di dalam hatinya sebenarnya ia merasa panas dan kesal terhadap orang-orang ini.

Mereka pembuat onar dan kericuhan.

Namun, tak lama kemudian, Deo tersenyum saat mengetahui para aparat Liberté berhasil membuka jalan bagi mobil mereka untuk terus maju ke dalam laboratorium.

Sesampainya mereka di area parkir VIP, mereka langsung disambut oleh beberapa aparat yang berwenang untuk melakukan pengamanan ekstra ketat. Lagi-lagi, Deo merasa bangga terhadap koloni tempat dia dilahirkan ini.

"Deo, untuk laporan hari ini, siapapun yang datang kalau bisa rahasiakan!" ujar Pimred kepadanya.

Deo mengangguk paham.

Mereka bersama-sama berjalan di aula temu yang berada tepat di samping ruang kerja laboratorium, tempat saintis-saintis kebangaan Liberté juga ikut membangun koloni ini.

Saat masuk, mata Deo langsung menangkap seorang perempuan berkulit putih pucat dengan beberapa bercak keunguan. Pupil mata berwarna keemasan itu sekilas terlihat memandang ke depan, tapi Deo ahli dalam membaca lebih dalam, sorot mata itu mengawang entah ke mana. Sedikit sirat ketidakmauan juga ada di sana.

Wanita itu ....

Deo tersenyum. Meski ia tahu pandangan saintis berkulit pucat itu tidak mengarah kepadanya, tapi ia tetap menyunggingkan senyum dan menganggukkan kepala untuk menyapa.

Sang Maestro Lituskultura, Sarrachenia.

[Silas]

Silas masih menatap jurnal yang digenggamnya erat-erat sedari tadi. Duduk di kursi yang agak keras di tengah para ilmuwan yang saling pandang curiga terasa tidak nyaman. Memang kesendirian adalah tempat terbaiknya tinggal.

Namun, entah kenapa sedari tadi pandangannya sering beralih pada wanita dengan ekspresi ... yang mungkin terkesan bosan(?). Silas tak yakin. Dia jarang berinteraksi dengan orang lain.

Silas kembali membaca jurnalnya.

'Fokus, Silas! Kamu sedang mengikuti pertemuan penting!'

Suara debas terdengar. Pria itu memejamkan mata. Dia tidak bisa duduk diam begini! Rasanya melelahkan.

Dikeluarkannya rubik 4x4 dari saku jasnya. Namun, langsung selesai tidak sampai satu menit.

"Cih!" Dia berdecak kesal.

Namun, lagi-lagi rasa penasaran membuatnya kembali menoleh ke arah wanita dengan kulit pucat dan bercak ungu itu . Sungguh terlihat sangat elegan seperti cortinarius iodes. Silas merasakan jantungnya berdebar lebih kencang dari sebelumnya.

Belum ada tanda-tanda acara akan dimulai. Duduk seperti ini membuat kepalanya berdenyut-denyut dan hatinya gelisah. Mungkin memang dia harus segera melakukan sesuatu mengalihkan perhatian sebelum perasaan kesal karena duduk diam ini semakin menjadi-jadi.

Silas pun bangkit, dan bergerak mendekati sosok yang sedari tadi mencuri perhatiannya itu.

[Sara]

Di bagian depan ruangan, para elit pemerintah dan bajunya yang membosankan sudah bersiap-siap berbicara dan menampilkan slide yang hendak mereka tunjukkan ke hadapan tamu. Akhirnya, batin Sara sambil menahan dagu. Tapi, ia masih lebih senang menatap rumput-rumput semi sintetik di ruangan ketimbang memandang mereka yang berbaju hampir mirip dan bermuka hampir mirip.

LituskulturaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang