Penyangkalan

9K 382 14
                                    


Theo melihat peluh itu mengalir deras dari kening Brigitte. Wajah yang semakin pucat.

Ia memutuskan untuk turun dan duduk di meja berhadapan dengan Brie.
Dadanya bernafas sangat tidak teratur.

"Brie.." panggil Theo

Ia melambaikan tangannya di wajah Brie, tidak ada reaksi. Pandangan yang teduh sudah tidak ada lagi.

Theo mengguncang keras bahu Brie hingga ia menunjukan respons

"Aku ingin sendiri" kalimat ini lolos dari bibirnya

"Jangan berlaga seperti ini. Kau periang dan hangat.!" Cibir Theo

"Maaf sedang berantakan.
Sedang tidak butuh kalimat penenang."

"Cukup jangan diganggu, ingin butuh waktu sendiri dulu"

"Banyak yang harus dirapihkan.
Diri ini cukup hancur dan berserakan."

"Sengaja hilang,bukan untuk dicari.
Aku hanya ingin bersama diriku sendiri.
Memiliki apa yang aku punya" ucap panjang lebar Brigitte pada Theo.

Theo mengambil pisau yang di meja itu.
Mengarahkan pada perut Brigitte

"Maafku tidak akan bisa menggantikan apapun,aku tau" gumam Brie

Tangan Brie mengarahkan pada bekas luka Andres
"Jika kemarin disini gagal. Ini tepat di hati,silahkan" ia mangarahkan tepat di bagian ulu hatinya.

Brie menutup matanya,ia tau bahwa tatapan teduh akan membuat Theo mundur.

PLAK..
Theo menampar Brie cukup keras.
Gadis itu hanya pasrah dan memegangi pipinya.

"AYO LAWAN GUA!" Bentak Theo

Theo melempar Botol kaca tepat ke dinding sandaran sofa hingga pecahannya menggores kening dan pelipis Brigitte

Brie menyeka darah yang mengalir,
"Kaka mau apa lagi?"

"Aku sungguh lelah" nafas Brie kembali berat..

"Kaka udah dapat Mama,sejak mama pulang ke rumah. Mama sayang sama kaka. Apapun dia lakuin demi kaka"

"Hhhh... kaka punya semuanya.." lirih Brigitte.

"Sedangkan aku,aku hanya mampu menciptakan seseorang dalam halusinasiku."

"ARGHHHHH!" Jerit Brie sambil memukul kepalanya.

Semua memori buruk saat kecil hingga ia dewasa terngiang. Semua perundungan,bahkan pelecehan yang ia alami dulu terus berputar di pikirannya.

Ia memukul kencang kepalanya berulang kali dan menjerit kesakitan.

Theo sangat khawatir. Ia hanya ingin menggertak Brigitte untuk tunduk kembali padanya.

"Brie.." panggil Theo
Ia akhirnya mengikat tangan Brigitte dengan sabuk dan menekannya dikaki . Dengan tubuhnya memeluk tubuh Brigitte yang terus memberontak.

"LEPAS!!!!!" Jerit Brie
"Cukupppp!STOPPP"

Semua memori itu seperti menertawakan dirinya.

Dalam dekapan Theo bahkan dirinya merasa renancam!

Cukup lama ia menderita seperti ini. Hingga ia mampu mengendalikan emosinya...

Theo melepaskan dekapannya dan membuka ikatan. Bekasnya kembali menimbulkan luka.

"Kaka mau apa lagi?" Tanya Brigitte

"Jika ingin membuatku menderita. Datangnya lain hari. Karna hari ini aku sudah cukup hancur."

MY ILLNESS [SAD 18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang