2. Tentang Sebuah Ujian

34 6 0
                                    

بِسْـــــمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْـــــمِ

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Bertemu lagi sama An☺️

Udah pada salat wajib kan? Ingat di jaga terus ya salatnya... Jangan sampai karena keasyikan main hape jadi lupa buat salat...

Sebelum ke ceritanya jangan lupa di vote dan di komen...

Ambil baiknya dari cerita saya ini yaaa...

Jika ada salah dalam kepenulisan atau apa yang saya sampaikan dalam cerita ini mohon untuk segera di koreksi yaaa...

Happy reading😊😊😊

✿ ✿ ✿

Suara pintu yang terbuka memecah keheningan di apartemen itu. Sesosok pemuda dengan pakaian yang basah tampak masuk dengan sebuah kresek di jinjingan tangannya. Usai menutup dan mengunci pintu kembali. Lelaki itu berjalan ke arah sofa. Meletakkan kresek itu di sana. Sementara dirinya berjalan memasuki satu-satunya kamar di apartemen itu untuk membersihkan diri.

Usai mandi dan berganti pakaian. Lelaki itu pergi menuju area dapur, membuka lemari es dan mengambil beberapa buah sosis dan juga telur untuk ia masak bersama nasi.

Beberapa menit berlalu hingga harum semerbak nasi goreng tercium di sekitar dapur. Lelaki itu tersenyum tipis, lantas membawa nasi goreng yang sudah ia sajikan di piring itu ke ruangan depan. Lalu ia pun menduduki sofa yang sama di mana ia menyimpan kresek yang di bawanya tadi.

Lelaki itu menyalakan televisi. Hingga keheningan di sekitarnya terganti oleh suara televisi yang sedang menayangkan acara sepak bola.

Di tengah kegiatan makan malam itu tiba-tiba terdengar suara ponsel berbunyi di dekat si pemuda. Ia menoleh ke kiri dan kanan mencari benda yang berbunyi itu. Lalu tangannya bergerak meraih kresek putih yang ada di dekatnya. Dan ponselnya ternyata ada di sana. Kapan ia menyimpan benda itu di dalam kresek bersama beberapa jajanannya? Sudahlah, lelaki itu menggeleng tak mau ambil pusing.

Di tatapnya layar ponsel yang menunjukkan sebuah panggilan dari kontak bernama Alea. Tak ada niatan menjawab, pemuda itu menaruh ponselnya di atas meja di depannya. Malas jika harus mendengar suara merengek-rengek dan manja dari manusia yang ia beri nama kontak Alea itu.

Namun beberapa waktu berlalu, bahkan sampai ia selesai menghabiskan makanannya. Ponselnya tak henti berbunyi karena panggilan dari kontak yang sama.

Pemuda itu menghembuskan nafasnya kasar. Lalu menyambar ponselnya dengan kesal dan dengan terpaksa menerima panggilan itu.

"Dari mana aja! Kenapa nggak di jawab panggilan Lea dari tadi! Kak Sam segitu nggak sukanya ya sama Lea sampai panggilan dari Lea di abaikan? Atau Kak Sam malah ben—"

"Mau apa? Saya baru selesai dari kamar mandi," bohongnya dengan nada suara yang malas. Lelaki itu memotong omelan panjang dari gadis bernama Alea itu. Sudah ia bilang, ia malas mendengar ocehan gadis itu.

"Oh Kak Sam lagi di kamar mandi. Lea kira Kak Sam malas ngomong sama Lea. Maaf Kak...," lirih gadis itu.

Sekali lagi pemuda yang di panggil Sam itu menghembuskan nafasnya kasar. "Saya emang malas ngomong sama kamu," batinnya. Sedangkan yang keluar dari mulutnya hanya dua kata, "Mau apa?"

"Itu... Kak Sam nggak pulang ke rumah lagi malam ini?" cicit Alea.

"Nggak. Saya pulang ke apartemen," balasnya cepat.

Cerita di Bawah HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang