Setelah insiden 'makan gratis', untungnya mereka bertiga tidak ada yang sakit perut. Paginya lekas pulang ke rumah masing-masing untuk mengganti seragam.
"May, kemarin kamu ngapain?" Tanya Haruto sesampainya May di kelas.
"Belajar, tidur..." Jawab May.
"Oh, gak ada pergi ke mana-mana gitu?"
"Enggak, kenapa emangnya?"
"Aku kayak lihat kamu kemarin, hehehe..."
Haruto mencoret nama May dari pikirannya.
Jungwon
won
coba tanya jayApa?
makanan
Otw
Haruto mengetuk jarinya ke meja, menunggu balasan dari temannya yang mirip kucing itu.
Watanabe Haruto
Dia baru balik dari Singapore katanya
Bukan diaoke
Jay pergi begitu saja setelah tersenyum simpul padanya.
Jungwon jadi kesal sendiri. Ucapan selamat pagi, mungkin? Untuk ukuran sepasang kekasih yang keduanya duduk di bangku akhir sekolah, Jungwon rasa mereka paling apatis.
Jinni masih bisa pamer sedang library date dengan Sullyoon, Doha bahkan masih melancarkan 'PDKT tanpa akhir'-nya dengan Chaeyeon; kenapa dia dan Jay seperti orang tidak saling kenal?
Pacarnya yang satu itu sibuk mendaftar ke perguruan tinggi di mana-mana, sibuk membawa kertas hasil karya tulis tangannya ke ruang guru untuk diberi komentar.
Tidak mau berdiskusi sedikit pun dengan Jungwon. Padahal Jungwon juga ingin memberi saran atau masukan, atau sekedar ingin tau saja.
Hal itu tidak terlalu Jungwon hiraukan, sebagai pemilik jadwal terpadat diantara anggota 'We Bare Bears' lainnya, Jungwon sudah lelah dengan aktivitasnya sendiri.
Jungwon berpikir keras, menyapu pandangan ke seluruh kelas, tidak ada yang tampangnya cukup meyakinkan untuk sanggup membayar makanan porsi jumbo untuk tiga pemuda kelaparan. Kecuali satu orang.
"Do, lo kemaren ke mana?" Tanya Jeongwoo kepada Dohyon.
"Gue? Di rumah aja, kenapa?"
"Beneran?"
"Iya, lah... kenapa?"
"Gak."
"Ah, gue kirain apaan." Balas Dohyon menepuk bahu Jeongwoo.
"Bukan dia, siapa dong?" Tanya Jeongwoo pada Jungwon.
Jungwon menggidikkan bahunya. Pikirannya sama dengan Jeongwoo. Dohyon yang paling mungkin, karena selain rumahnya dekat dengan wilayah restoran yang Jungwon pesan makanannya kemarin, Dohyon juga anak sendok emas.
Tapi Dohyon bukan anak yang pintar berbohong. Lagi pula meneraktir orang bukan sebuah tindakan kriminal, Dohyon pasti dengan bangga mengakuinya.
Jeongwoo berharap kalau orang yang membayar makanan mereka benar-benar tulus.
"Ortu kita kali, Won." Ucap Jeongwoo.
"Mungkin, ya..." Balas Jungwon, berusaha berpikiran kalau orang tua Haruto sudah pulang dari Jepang, orang tuanya punya meeting di sekitar sana, dan orang tua Jeongwoo bosan memakan makanan rumah sakit.
Hujan deras menumbangkan beberapa siswa. Mereka memakai waktu istirahat untuk tidur. Terlebih mata pelajaran pertama sampai keempat di kelas Jeongwoo dan Jungwon diisi oleh sejarah, materinya berputar-putar saja.
Kecuali kelas Haruto yang diisi murid berprestasi—kecuali Haruto sendiri. Semuanya memperhatikan baik-baik rumus fisika yang tersaji di depan.
Rasanya Haruto ingin menggaruk bola matanya, dia tidak mengerti apa pun. Apa itu a? F? Apa? Apa dia benar-benar harus mempelajari ini semua?
Waktu istirahat tiba, Haruto buru-buru menyusul Jeongwoo dan Jungwon. Keduanya tampak baru bangun dari tidur.
"Kalian tidur?!" Seru Haruto.
"Iyalah, dingin gini... hoaaaam." Balas Jeongwoo sambil menutup mulutnya.
"Mau makan." Ajak Haruto.
"Yang anget-anget?" Tanya Jungwon mendapat anggukkan dari dua temannya.
Maka habislah seporsi mi rebus dan segelas teh hangat untuk masing-masing mereka.
Hujan masih mengguyur saat bel pulang sekolah berbunyi, membuat koridor lebih sepi dan becek membentuk bercak sol sepatu yang bercampur dengan tanah ada dimana-mana.
Jungwon merapatkan jaketnya, kedinginan. Jeongwoo mengusap dan meniup tangannya yang kedinginan.
"Kita ke depan gimana, ya?" Tanya Haruto, menadahkan tangannya menangkap buliran air yang deras mengguyur.
"Gak ada yang punya payung?" Tanya Jungwon.
Jeongwoo dan Haruto menggeleng.
Dugg
"Maaf, Kak." Ucap seorang gadis yang menabrak Haruto. Gadis itu kehilangan keseimbangannya dan dengan spontan menarik tas Haruto, membuat tasnya terbuka sedikit.
"Hati-hati." Peringat Haruto.
Si gadis tidak menjawab; mungkin menjawab, tapi tidak terdengar karena air mengalir deras. Haruto membenahi tas selempangnya.
Tunggu, dia punya payung?
"Pakai payungnya, ya..."
Haruto menatap payung merah yang ada di tasnya.
"Ehm... a-aku ada ini!"
"Wih, tumben lo bawa payung, To."
"Sampai ketemu, teman-teman.."
"Woo, jangan bisik-bisik!"
"Gue diem dari tadi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ellipse
FanfictionMasa remaja belum usai, dendam masih terserai. [Congruous : Book II]