Beruntung Haruto cepat ditangani, dengan komando Jeongwoo dan Monday yang menyetir. Satu suntikan epinefrin dan istirahat barang setengah jam sudah membuat Haruto membaik. Tidak lupa ia meminta maaf kepada Monday yang hari pertama mengajarnya dibuat panik oleh Haruto.
Monday memilih langsung pulang dari rumah sakit, setelah memastikan Haruto aman bersama Jeongwoo dan supirnya—yang tinggal di rumah sakit untuk keperluan kerja Ayah Jeongwoo.
Haruto merasa tidak enak karena ditangani langsung oleh calon mertua—secara teknis ia dan Jeongwoo masih bersama, meski tidak jelas apa hubungannya. Ibu mana yang tidak lekas hadir ketika sang anak menelpon dan memintanya untuk menangani sendiri salah satu pasien?
"Kok bisa gak ngerasain apa-apa, To?" Tanya Jeongwoo, bukankah seharusnya semua orang mencium aroma makanan sebelum mengonsumsinya?
"Nggak kerasa..." Ucap Haruto yang bibirnya masih merah bak orang disengat tawon.
"Hati-hati lo."
"Tapi, perasaan tadi minumannya sama kayak Kak Monday, americano."
"Mata lo bermasalah? Gue kira itu semacam chocolate frappucino gitu?"
"Yang benar? Aku liatnya bening, kopi, kayak americano."
"Capek, ya, lo?"
Haruto menggeleng, ia menghembuskan napasnya berat, "Woo, sebenarnya minuman itu bukan aku yang pesan."
Mata Jeongwoo memicing, "Jadi? Kak Monday?"
"Bukan juga..." Jawab Haruto sambil menggeleng.
"Lah? Kayak waktu itu?!"
"M-mungkin..."
Jeongwoo berdecak, pikirannya menjalar kemana-mana, ia yakin dirinya dan teman-temannya sedang diteror, "Ini kita diteror, sih."
"Kalian merasa diganggu juga?"
"Gue enggak begitu, sih. Jungwon gak tau." Ucap Jeongwoo, "Eh, tapi, gue akhir-akhir ini ngedenger bisikan-bisikan gitu..." Lanjut Jeongwoo berpangku dagu.
"Ah, kalau itu, aku juga! Kamu sama Jungwon udah tidur, tapi Kamis kemarin aku dikasih charger sama orang yang gak dikenal."
"Ada yang lo curigain?"
Haruto menggeleng, kalau boleh jujur, ia ketakutan, "Hmm, Woo, aku nginap di rumah kamu, ya..."
Jeongwoo pikir maksud Haruto dari 'nginap di rumah'nya adalah saat malam nanti, namun sekembalinya mereka dari rumah sakit, Haruto langsung membungkus dirinya dalam kemul, bahkan sebelum Jeongwoo menghidupkan lampu kamar—yang langsung dimatikan lagi.
Tak berapa lama kemudian Jungwon datang ke rumah Jeongwoo dengan wajah tertekuk.
"Capek?" Tanya Jeongwoo.
Jungwon yang masih memakai seragam mengangguk, "Buat apa gue les tiap hari, sih?"
"Bolos aja harusnya."
Mendengarnya, Jungwon mendelik kepada Jeongwoo, "Jangan bercanda."
"Gue nggak bercanda. Gue rasa lo gak begitu butuh semua les itu. Kita juga tau, kita mungkin ke mana-mana selalu bareng, tapi soal akademik lo seribu langkah di depan gue, Won."
Jungwon bisa mendengar sekelumit kesedihan di nada bicara Jeongwoo. Tentunya, pasti tidak mudah jadi anak dari pasangan dokter yang sama sekali tidak punya ketertarikan ke sana.
Lantas Jungwon mengusap punggung Jeongwoo, "Makan, yuk?" Ajaknya.
"Makan apa? Di mana? Lo bayarin?"
Jungwon hanya tertawa dan mengangguk mendengar semua pertanyaan Jeongwoo, "Tapi lo yang boncengin gue."
Jeongwoo dengan senang hati menerima kunci dari tangan Jungwon, "Gas!"
Jungwon memutuskan ingin makan di salah satu toko kue yang ada di dekat kediaman mereka. Rasanya makan manis akan mengobati rasa lelah mereka hari ini.
"Eh, Haruto ke mana?" Tanya Jungwon, baru teringat akan absennya Haruto.
Jeongwoo menepuk jidatnya, "Oh, iya. Tadi, si Haruto lagi les sama guru, private gitu, tiba-tiba ada minuman datang."
"Di mana lesnya?"
"Di rumah, lah, kan private."
"Oh, kok bisa ada minuman?"
"Gak tau, intinya Haruto gak mesan apa-apa dan itu minuman ternyata kacang."
Jungwon melebarkan matanya, "Lah? Sekarang gimana anaknya?"
"Tidur, di rumah gue. Dia ketakutan."
Tidak ada pembicaraan berarti setelahnya, mereka membicarakan masalah anjing milik satpam komplek yang mereka temukan tergeletak tak bernyawa begitu saja di depan rumah Haruto seminggu yang lalu.
"Eh, nyium bau anyir gak?" Tanya Jungwon, hidungnya mengendus-endus sembari memperhatikan tangannya dan Jeongwoo yang mungkin terluka.
Jeongwoo menyendok kuenya, menemukan kejanggalan, "Ini rasa darah, sialan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ellipse
FanficMasa remaja belum usai, dendam masih terserai. [Congruous : Book II]