11. Meeting A Friend

19 1 0
                                    

"Heeseung, isn't it too quiet in here?" Tanya Jake sesaat sebelum Heeseung mengakhiri sesi pembelajarannya.

"In your house? Of course it is, it's designed for you and your healing process."

"I am feeling more lonely than ever, now that Jay often go outside and left me alone in this big house. I got no one to play, forgive me for making you play chess with me the other day."

"That's okay, itu normal. Merasa sepi itu normal. Tapi lama-kelamaan, it will give you nothing but also a failure in your healing process."

"Jadi what should I do?"

"Mau saya kenalkan dengan seorang teman? Dia gadis seusia kamu."

"A girl?!"

"Iya, don't worry. She's nice and not really like any other girl."

"What do you mean?"

"Meet herself..."

"Di mana? Kapan?"

"Kamu harus penuhi permintaan saya untuk ajukan surat ini kepada tante kamu." Pinta Heeseung sambil mengeluarkan selembar kertas dalam bahasa yang Jake yakini dimengerti oleh tantenya. Seingatnya ini aksara Jepang, entah Hiragana, Katakana, atau Kanji.

"What's this?" Tanya Jake.

"Tentunya, surat supaya kamu bisa keluar sebentar dari rumah ini, with me as your chaperone. It's a new thing between us, isn't it?"

Jake mengangguk, memasukkan selembar kertas itu ke dalam kumpulan map kumpulan file penting sekolahnya yang bewarna kuning.

Jake mengantar Heeseung pulang sampai ke depan pintu dan melihat siluet mirip Haruto sedang membonceng seorang perempuan di jendela. Namun tentu itu hanya khayalannya, tidak mungkin ada Haruto di tengah-tengah pekarangan rumah Jay yang besar.

Jake tersenyum malu saat mengingat Haruto yang lari ketakutan saat melihat wajahnya. Padahal Jake berniat menyapa Haruto, ia ingin kembali berteman dengan Haruto, seperti dulu.






















































"Kak, ini benar jalannya?" Tanya Haruto menghentikan motornya.

"Iya, benar. Terima kasih, ya, Haruto. Udah repot-repot mau ngantar sampai ke depan rumah." Ucap Monday.

Hari ini kemalangan menyertai Monday yang motornya dimaling, tepat di depan rumah Haruto. Entah apa yang terjadi sampai bisa-bisanya CCTV rumah dan para satpam tidak melihat pelaku. Orang tuanya dan petugas keamanan komplek sedang bekerja sama menemukan siapa pelakunya.

Monday terlihat begitu santai meski Haruto melihat beberapa kali air matanya terjatuh.

Kata ibunya, Monday menghidupi diri dan keluarganya dengan mengajar dari rumah ke rumah.

Haruto akan meminjamkan Monday motornya dan nantinya ia akan pulang bersama seorang supir dengan mobil kembali ke rumah. Namun karena sempitnya jalan menuju rumah Monday, kendaraan roda empat milik Haruto tidak bisa masuk. Terpaksa meninggalkan Haruto di check point terdekat.

Kediaman Monday persis seperti yang ada di pikirannya. Berada di perkampungan, dengan tembok hijau juga coret-coretan merah dan hitam, yang Haruto duga hasil karya anak-anak sekitar.

Monday meminta maaf karena tidak bisa mempersilakan Haruto masuk, sebab dia berada di kos-kosan khusus perempuan.

Yang unik, daerah perkampungan itu tidak ada bau sampah maupun got. Lingkungannya bersih dan tidak terdengar suara anak kecil. Sama seperti halnya di komplek elit yang ia tinggali.

Haruto tidak ambil pusing. Mungkin ini jam tidur siang.

Namun karena ia tidak mau ambil pusing, kepalanya jadi pusing.

























Dan semuanya jadi berbayang, juga gelap.
































Haruto terbangun dengan mendapati ia sudah berada di mobil. Keringat menyucur deras dari sekujur tubuhnya

"Pak!"

Si supir yang sedang berbicara dengan dua orang pemuda bertubuh tinggi terkaget, "Ya? Kamu udah bangun, To?"

Mata Haruto bertemu dengan salah satu pemuda.

"Kita pulang sekarang! SEKARANG!" Teriak Haruto memukul-mukul kursi pengemudi.

"Eh?"

"Cepat, Pak! AYO CEPAT!!!"

Tidak pernah melihat tuan mudanya begini, sang supir ketakutan dan segera mengucapkan perpisahan singkat dengan kedua pemuda.

"To, itu mereka berdua yang bantuin kamu..."

"Saya gak peduli! Cepat, Pak! Saya mau pulang!!!"

Haruto rasanya ingin mati saja. Jantungnya berdetak 4x lebih kencang daripada biasanya.

Haruto melihat dia lagi. Yang dulu menjadi yang terakhir dilihatnya sebelum pandangannya menggelap, sekarang dilihatnya setelah pandangannya kembali.

Haruto tidak suka mata mirip anak anjing itu.



























"Jessica, meet Jake."

"Hi, Jake. He tells me a lot about you."

"Hi, Jessica..."

EllipseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang