Mika mengelap keringatnya yang bercucuran sejak tadi, hari ini sungguh menguras tenaga karna entah mengapa hari ini anak muridnya tak fokus membuat nada yang di hasilkan selalu berantakan.
Beberapa kali Mika hampir saja membentak anak muridnya namun untungnya berhasil ia tahan. Tak ingin membuang waktu Mika segera mengemas barang barangnya dan keluar dari rumah yang ia beli untuk keperluan mengajar vokal.
Tak perlu terlalu besar, Mika pun hanya menggunakan rumah ini untuk mengajar vokal lalu setelah itu ia tinggal kadang juga Mika menginap di sana jika jadwal mengajar malamnya selesai agak larut.
Sekarang masih pukul 4 sore, masih ada sekitar beberapa jam lagi untuk kelas mengajar malam. Mika memutuskan untuk keluar mencari angin karna sedari tadi emosinya terus terpancing.
Mungkin efek mendapatkan tamu bulanan, bahkan Satria yang baru saja selesai latihan baseball pun hampir saja Mika pukul dengan tongkat baseball milik lelaki itu sendiri.
Hari ini tepat dua tahun kematian Mila, Mika merasakan hari hari berat setelah kepergian Mila. Ia merasakan letihnya kerja paruh waktu yang biasa Mila lakukan, ia merasakan letihnya menjaga anak anak kecil yang susah di atur mirip dengan tingkahnya dulu.
Mika sendiri bahkan tak tau bahwa Mila mendaftarkan diri sebagai pendonor organ tubuh, hingga di hari kematian Mila ada seorang yang membutuhkan donor jantung dan kebetulan memiliki golongan darah yang sama dengan Mila.
Sayangnya Mika tak sempat bertemu dengan penerima donor jantung itu, hanya Satria yang bertemu sebagai perwakilan dari Mika. Mika harap orang itu bisa menjaga jantung yang ada di dalam tubuhnya dengan baik.
Mika berjongkok di depan makam saudari kembarnya, tangannya bergerak untuk meletakkan buket bunga yang ia beli sebelum datang ke tempat pemakaman.
"Udah dua tahun tapi rasanya masih asing Kamila" ucap Mika menatap gundukan tanah yang bertuliskan nama saudari kembarnya.
"Kepergian lo lebih pedih dari kepergian ayah bunda" sambung wanita itu menahan buliran bening yang akan keluar dari netranya.
Mika menarik nafasnya dalam dalam saat merasakan sesak di dadanya. "Udah dua tahun gue sendirian di rumah, bangun, masak dan makan sendiri rasanya terlalu asing"
"Maaf atas keegoisan gue dua tahun lalu, kalau aja gue ga seegois itu mungkin lo masih di sini kan?" Tanya Mika meski ia tau bahwa Mila tak akan pernah lagi menjawab seribu satu pertanyaannya.
Tanpa Mika sadari, sedari tadi Celine berdiri jauh di belakangnya dengan pakaian hitam persis layaknya pakaian orang orang yang menghantarkan Mila ke tempat ini.
"Mila? Meninggal?!"
"Stop!" Seru Mika menatap murid muridnya dengan dahi berkerut."Coba bagian nada pentatonis ini di ganti sama Sheren" ucap Mika menunjuk salah satu anak muridnya.
Sheren yang di tunjuk menganggukan kepalanya lalu mencoba untuk mempraktekkan apa yang Mika minta dengan serius hingga Mika berhasil di buat bertepuk tangan.
"Good! Sekarang ulang dari awal sekali setelah ini kita bisa pulang" Ujar Mika memperhatikan anak muridnya yang tengah bernyanyi untuk perlombaan minggu depan.
Sebenarnya ini hanya perlombaan di kampus kampus biasa dan hadiahnya pun tak terlalu menarik, tapi karna Mika yang melatih mereka harus membawakan lagu dengan sempurna tanpa celah.
"Oke good job buat hari ini! Sampai ketemu minggu depan guys" Mika melambaikan tangan kepada anak muridnya yang berangsur angsur pulang ke rumah masing masing.
Jadwal Mika mengajar vokal hanya 4 hari setiap minggu, jika pagi sampai sore hari ia akan mengajar anak anak dan remaja yang masih sekolah sedangkan malam hari ia akan mengajar mahasiswi dan orang dewasa. Sejauh ini sih murid Mika hanya mahasiswi, anak anak dan remaja jadi Mika belum pernah bertemu murid yang sudah lulus kuliah.
Setelah membereskan alat alat musik yang tadi di gunakan, Mika berjalan mengambil tasnya lalu mengunci pintu dan berjalan keluar karna Satria yang sudah menunggunya di depan.
"Gimana hari ini? Masih badmood?" Tanya Satria pada Mika yang sudah duduk anteng di sebelahnya.
"I have a very bad day" keluh Mika sembari menyandarkan badannya pada jendela mobil Satria.
"How about ice cream?" Tanya Satria mencoba menghibur gadisnya.
Ya memang hubungan mereka sudah berubah, tak lagi seorang teman dekat namun mereka sudah mempunyai hubungan yang jelas.
"No, aku mau istirahat aja" balas Mika memejamkan matanya karna benar benar terlalu lelah dengan tangan yang memegang erat selt belt.
Semenjak tragedi yang menimpa Mila hingga membuat nyawa gadis itu melayang, Mika selalu takut untuk naik mobil. Jika naik mobil pun ia akan menggenggam selt belt dengan erat tanpa mau melepaskan pegangannya.
"Mau makan dulu?" Tanya Satria mengelus punggung tangan Mika yang senantiasa menggenggam selt belt.
Mika mengangguk lemas, tenaganya benar benar terkuras habis hari ini. Bisa Mika pastikan esok harinya ia akan terserang demam.
Melihat Mika yang lemas dan wajah kekasihnya yang mulai memucat membuat Satria melajukan mobil menuju rumahnya.
Jika sudah begini pasti Mika akan jatuh sakit, karna tak mau membiarkan Mika sendirian di rumah saat sakit lelaki itu memilih membawa Mika kerumahnya agar bisa di jaga oleh mamanya.
Satria mengurungkan niatnya untuk makan bersama Mika, karna Satria baru saja mengirim pesan kepada mamanya agar membuat bubur untuk Mika.
Mobil berhenti di depan rumah Satria, lelaki itu keluar dari mobil lalu berbalik membuka pintu di sebelah kursi kemudi.
Dengan Mika yang ada di gendongannya Satria meneriaki nama adiknya agar bisa membukakan pintu untuk dirinya dan Mika masuk.
"JESSLYN BUKA PINTU!!"
"SABAR ABANG!!"
Cklekk!
Satria dengan segera membawa Mika menaiki tangga dengan Jesslyn di belakangnya karna jaga jaga nanti abangnya oleng trus jatuh lalu anak orang yang bonyok.
"Mama mana?" Tanya Satria.
"Lah itu tadi lagi bikin bubur di dapur! Picek ya?" Tanya Jesslyn heran.
"Mulut lo anjir" omel Satria setelah menjitak kepala adiknya.
"Heh malah ribut disini! Sana keluar!" Seru mama yang baru saja datang dengan nampan berisi semangkuk bubur dan air putih serta obat.
Satria dan Jesslyn saling melempar tatapan sinis lalu keluar bersamaan meninggalkan mama dan Mika di kamar.
-glncjihw
KAMU SEDANG MEMBACA
Deja Vu
Teen Fiction[Sequel of Daily Life of Twins] Kelanjutan cerita Mikaila yang hidup seorang diri setelah kematian saudara kembarnya. Start: 24 November 2022 Finish: