"Oke! CUT!!!!"
Hampir semua orang yang ada di dalam studio itu bertepuk tangan, wanita cantik yang tadinya berada di depan kamera itu kini nampak berjalan menuju belakang kamera seraya mengucapkan terimakasih kepada kru dan staff yang ada di sana. Wanita cantik itu berjalan anggun menghampiri manager sekaligus sahabatnya yang sudah ia kenal semenjak mereka bergabung di akademi modeling yang sama.
"Habis ini schedule gue masih ada gak Nay?". Nayla sang manager, nampak menggulir layar tablet yang ada ditangannya.
"Emmm... Udah gaada kok, ini yang terakhir untuk hari ini, jadi lo bisa langsung pulang". Jawab wanita cantik bergigi kelinci itu.
Jennie sudah mengenal Nayla hampir 15 tahun lamanya, waktu itu mereka sama-sama merantau ke pulau Dewata dengan tujuan untuk bergabung kedalam akademi modeling yang memang sangat terkenal pada waktu itu, di sana mereka bertemu dan semakin dekat, Nayla itu satu angkatan di atas Jennie, tapi ia meminta agar Jennie tidak usah memanggilnya dengan menggunakan embel-embel "kaka","mbak" atau semacamnya.
"Lagian tanggal lahir kita gak jauh-jauh amat, cuma beda empat bulan doang". Ujarnya kala itu.
Kini kedua wanita itu berjalan beriringan menuju parkiran basemen gedung ini sembari mengobrol dan sesekali mereka terlihat tertawa bersama, di belakangnya ada mas Seno bodyguard pribadi Jennie yang nampak sedikit kerepotan membawa begitu banyak barang-barang milik artisnya.
Didalam lift mereka terus mengobrol tentang banyak hal, untung saja hanya ada mereka bertiga yang mengisi lift tersebut, jadi sekalipun mereka mau menggosip juga aman-aman saja.
"Hahaha... Bener banget, gue juga sebenernya agak gima–". Kalimat Nayla terhenti saat ponsel digenggamannya bergetar, yang menandakan ada sebuah pesan masuk dan Nayla terlihat langsung membalasnya dengan cepat.
"Kayaknya hari ini gue gak pulang bareng mobil lo deh, soalnya Raka bilang udah nungguin di lobi". Ucapnya pada Jennie dengan mata yang masih fokus ke layar ponselnya. Memang biasanya Nayla akan pulang bersama mobil Jennie bahkan tak jarang juga ia menginap di apartemen Jennie.
"Yaelah pacaran mulu lo bucin".
"Ya suka-suka gue sih, mau ngedate tiap hari pun juga bebas, mumpung ada doi jadi harus dimanfaatkan sebaik mungkin".
Jennie hanya merotasi kan matanya sebal, kalau sudah menyangkut urusan per-doi-an memang sahabatnya yang satu ini juara banget, bucin banget pokoknya. Setiap ada waktu luang pasti Nayla akan memanfaatkannya untuk hangout bareng si Raka itu.
"Emangnya lo yang lagi LDR-an sama si onoh, kasian banget". Ejek Nayla pada Jennie.
Jennie yang tak terima di ejek oleh managernya itu lantas mendorong kepala Nayla pelan, Nayla yang menjadi korban per-jundul-an Jennie nampak tak terima. "Wahh sembarangan aja lo main jundul-jundul pala orang, kalo gue jadi goblok mau tanggungjawab lo????". Kata Nayla emosi sambil mendorong kepalanya sendiri kearah yang berlawanan dengan arah dorongan Jennie tadi. Kalo kata orang jaman dulu sih gitu, biar gobloknya gak ter-realisasi-kan.
"Lah kan emang lo udah goblok dari sananya". Jennie balas mengejek Nayla, sedangkan yang diejek hanya mendengus sebal.
Tak berapa lama setelahnya pintu lift pun terbuka di lantai satu, Nayla pun langsung berpamitan pada Jennie dan mas Seno.
"Kalo gitu gue duluan ya Jen, mas Seno". Ucap Nayla sebelum keluar dari lift, Jennie hanya menjawab sekadarnya, sedangkan mas Seno hanya menganggukkan kepalanya.
"Hati-hati lo". Ujar Jennie saat Nayla baru saja beranjak keluar dari lift.
"Kalian juga". Jawab Nayla lalu berjalan agak cepat menuju lobi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN
Romance"Mama mungkin bisa ngambil Jayden dari kami, tapi Mama gak akan pernah bisa ngambil aku dari Papa!!!". Ucap Nichalle kepada wanita yang telah meninggalkannya tepat di hari kelahirannya itu. Sedangkan Jennie hanya bisa memandang putrinya dalam diam t...