5

799 104 8
                                        

Tengah malam, Atsumu yang kebelet kencing terbangun dari tidurnya dan beranjak menuju kamar kecil. Suasana rumah begitu hening dengan lentera di sepanjang lorong dan sudut rumah. Atsumu berusaha melangkah sepelan mungkin, namun sesaat dirinya melihat keluar terdapat Tobio yabg tengah duduk di teras samping.

Si biru terlihat sedang melamun. Ia duduk sambil netra birunya melihat ke rerumputan hijau yang tertiup angin.

"Tobio-kun, belum ngantuk?" Atsumu pada akhirnya memutuskan untuk menemani Tobio dengan duduk di sampingnya.

Tobio menengok. "Mm sebentar lagi Atsumu-san.."

Hening. Kedua tangan Atsumu bersanggah di lantai dan matanya mendongak, menatap bulan dan bintang yang amat jelas berbeda dengan di kota.

"Atsumu-san.. Apa tinggal di kota menyenangkan?"

"Hm?" Atsumu menengok.

"Aku hanya penasaran.."

"Kota seperti hutan beton, selalu hidup dan sibuk. Mereka yang datang memiliki kisahnya masing-masing. Ada yang mencari keuntungan, ada yang mengejar cinta, ada juga yang menjadikannya sebagai tempat pelarian."

"Atsumu-san sendiri yang mana?"

"Mungkin yang ketiga.."

Dug

Atsumu menoleh, kepala Tobio bersandar di pundaknya dengan mata terpejam. Sepertinya lelaki itu mulai ngantuk. "Aku harap dimanapun Atsumu-san nanti, Atsumu-san memiliki tempat untuk pulang.. Jadi tidak perlu terus melarikan diri.."

Hembusan napas Tobio mengeluarkan uap kabut yang samar. Atsumu menengok kembali ke langit, butiran salju mulai turun. Perlahan tangannya pun merangkul Tobio sambil menyandarkan kepala diatas kepala yang lebih mungil.

.
.
.

"Kaasan, Osamu memakan biskuitku." Atsumu kecil yang sesenggukan tampak menarik-narik ujung celemek sang ibu.

Ayumi tersenyum tipis. Ia mengusap lembut kepala sang putra sebelum menggendongnya. "Aku benci Osamu." ujar Atsumu.

Ayumi mengecup pipi Atsumu dan menghapus jejak air matanya. "Apa Atsumu tahu benci itu apa? Biskuit bisa dibeli di toko tapi saudaramu cuma ada satu di dunia. Apa Atsumu mau, Osamu tidak ada lagi?"

"Tsumu.." Dari bawah Osamu menarik kaos Atsumu. Sang ibu pun menurunkan si sulung.

"Gomen." Osamu mengulurkan kotak susu miliknya dan sebuah permen coklat.

"Samu.." bibir Atsumu mengerucut, matanya kembali keriting dan menangis. Ayumi tersenyum, ia mengelus kedua pucuk kepala putranya. Sebentar berbaikan sebentar lagi bertengkar. Begitulah saudara.

.
.
.

"Atsumu-san, maaf aku ketiduran.. Atsumu-san daijoubu?" Tobio bersimpuh di depan Atsumu sambil menangkup pipi  pemuda itu dengan dua tangannya. Wajahnya khawatir melihat Atsumu yang mengeluarkan air mata.

"Kaasan.. Samu.." Air mata Atsumu makin banjir. Dia maju untuk memeluk Tobio dan semakin menangis. "Aku rindu.." Napasnya tersendat dan pelukkannya mengerat.

Tobio balas memeluk Atsumu dan mengusap belakang rambut pemuda itu pelan.

.
.
.

"Hachuuu!!" Hidung Atsumu merah dan tak berhenti mengeluarkan ingus. Tampaknya berada lama di luar saat malam membuatnya jatuh sakit.

Berbeda dengan Atsumu, Tobio yang sudah sejak lama tinggal di kaki gunung sehat walafiat.

"Kau tidak perlu ke peternakan hari ini Tobio, rawat saja dia." ujar Shin.

Found Ya! (AtsuKage) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang