🍀 KKN DI DESA LAMA 🍀

5 0 0
                                    

DON' FORGET TO FOLLOW, COMMENT, LIKE, AND SHARE

🌳🌳🌳

Cerita kali ini berlatarkan di Jogja.

Rinda, Gabriella, Tari, Verra, Sherina, Alika, Justin, Ghandi, Calvin, dan Marick. Mereka bersepuluh adalah sekolompok dalam KKN kali ini. Mereka memilih Desa Lama untuk melaksanakan program KKN mereka.

Keenam perempuan tidur disatu kamar yang sama beralaskan tikar tipis, begitu pula dengan keempat lelaki itu.

Kamar perempuan dan laki-laki dipisah dan berjarak 1 kamar. Kamar yang berada ditengah-tengah antara kamar perempuan dan laki-laki itu sering dikunci dan tidak pernah dibuka. Konon katanya kamar itu dijadikan gudang untuk menyimpan barang-barang yang tertinggal oleh mahasiswa yang pernah ber-KKN di desa ini.

Kesepuluh mahasiswa Abdi Cahaya sampai di Desa Lama pada pukul 9 malam sehingga mengharuskan mereka untuk segera beristirahat. Padahal sebagian dari mereka ingin melihat-lihat atau menjelajahi desa ini, tetapi tidak diijinkan oleh kepala desa di sana.

Setelah membersihkan diri, para perempuan masuk ke dalam kamar dan menggelar tikar yang mereka bawa dengan selimut dan juga bantal kecil. Ada sebagian dari mereka yang membawa boneka kecil juga. Suara tawa masih terdengar dari mulut ke mulut para perempuan itu. Mereka berlima sedang duduk melingkar, kecuali Tari. Tari memilih mendengarkan lagu menggunakan earphone-nya. Jujur, perjalanan ke desa ini yang membutuhkan waktu kurang lebih 6 jam itu membuat Tari sangat kelelahan. Sepanjang perjalanan hanya dia yang tidak tertidur. Tari tidak tahu mengapa? Namun, ia merasa tidak nyaman dengan suasana hatinya. Kelima perempuan lainnya mengerti dengan kondisi Tari, sehingga mereka tidak memaksa Tari untuk join dengan mereka.

"Tadi pas gue keluar buat ambil hp gue yang ada di Marick, gue ada dengar sedikit mereka cerita," tutur Gabriella.

"Cerita apa?"

"Siapa yang cerita?"

"Ghandi yang cerita. Sekilas gue denger sih ada bawa-bawa kakek Darul. Cuma jelasnya gue ga tau apa yang mereka ceritakan."

"Beh! Kirain lo tau ceritanya, mana gue udah pemanasan jantung untuk siap dengar," celoteh Alika.

"Besok deh gue gali informasi sama cowok-cowok," usul Gabriella.

"Eh, semenjak liat Tari yang berubah, kok gue jadi ngerasa ga nyaman ya di desa ini? Kayak ada sesuatu gitu," ungkap Verra.

"Eishh! Mulut lo dijaga napa?! Ingat ini di desa, jangan sembarangan bicara. Ga ada yang bakal terjadi, percaya sama gue. Yang penting ingat aja sebelum tidur doa dulu, biar kita terlindungi dari hal-hal yang tidak mengenakkan."

"Gue setuju sama Rinda! Dan lebih setuju lagi kalo sekarang kita semua tidur ya. Mulai ngantuk gue," ucap Sherina.

"Iya, besok kita juga disuruh ke rumah kakek Darul pagi-pagi 'kan?" tanya Rinda.

"Ha-a!"

Akhirnya, perempuan-perempuan itu beranjak ke alam mimpi mereka masing-masing.

Rinda menarik selimutnya hingga mencapai leher. Ia merasakan cuaca malam ini sangat dingin. Matanya pun terbuka, ia melihat ke arah pintu, rupanya pintu yang semula ia tutup dan terkunci rapat itu terbuka. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitarnya, melihat teman-temannya yang lain masih tertidur lelap.

Kemudian ia menggunakan guling yang ia bawa untuk menutup pintu itu. Kebetulan Rinda memang tidur paling ujung dekat pintu. Namun tidak berhasil.

Sekilas gambaran, mereka tidurnya pertiga-tiga dengan masing-masing kaki yang saling menghadap.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 08, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KUMPULAN KISAH - KISAH NYATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang