1.5 - Catatan Kim Taehyung 1

105 13 0
                                    

800 Tahun berlalu, aku menunggu Jungkook kembali seperti apa yang dikatakan Yerim. Jungkook akan hidup kembali, tapi tidak bagi diriku karena melalukan begitu banyak kelalaian.

Jingyi memberikanku sebuah buah, ia mengatakan bahwa itu sebuah buah yang membawa keabadian. Setelah aku memakan buah itu, aku merasa seluruh tubuhku tidak dapat bergerak. Namun aku masih bisa mendengar, Siyeon menjadi yang pertama menyadari hal itu.

Aku dinyatakan meninggal. 

Siyeon berbicara di depan peti matiku, Bahwa Yerim memintanya untuk menghanyutkan peti matiku di sungai. Ia mengatakan untuk tidak membakar mayatku. Tapi Siyeon mengatakan bahwa ia mengetahui aku tidaklah mati, ia juga mengetahui bahwa demi menemukan reinkarnasi dari Jeon Jungkook aku rela memakan buah keabadian.

Ia menangis di samping petiku, mengatakan betapa aku tidak adil pada dirinya. Bahkan hingga kami memiliki seorang putra, aku tidak pernah memberikannya sebuah perasaan cinta melainkan sebatas hubungan formal antara Raja dan Ratu.

Jika aku dapat berbicara pada saat itu, aku ingin meminta maaf kepadanya dan mengatakan untuk menjaga anak kami dengan baik. Kim Taehwan, agar menjadi seorang Raja yang lebih baik dan lebih bijaksana dari pada diriku.

.

Perjalananku ke Pietrycius tidak membawakan sebuah hasil, aku belum menemukan Jeon Jungkook. Ini adalah pulau terakhir yang ku kunjungi dan aku harus kembali melakukan perjalanan dari awal. Dimulai lagi dari Pergale, atau mungkin aku akan menetap sejenak untuk beristirahat. Mungkin saat ini juga bukanlah masa dimana Jungkook akan bereinkarnasi.

Mungkin aku salah, kurang teliti dalam mencari. Aku tidak memiliki banyak harapan pada takdir. Beberapa kali aku menemui wajah yang mirip atau nama yang sama, tapi itu bukan Jungkook.

Kali ini, aku kembali menemui wajah yang sama, begitu mirip bagai sebuah pinang yang dibelah dua. Ia tidak banyak bicara, hingga aku bahkan tak menyadari kehadirannya. Namun begitu ia membuka suara itu membuatku kembali pada 800 tahun lalu, saat malam di Desa Menulis.

Kami duduk berdua di sebuah ruangan yang menghadap tepat ke aliran sungai Menulio Kalva. Ia bercerita tentang harinya bersama Yerim menanam biji stroberi yang kuberikan padanya.

Taehyung Point of view

"Dimana kami dapat mempelajari sejarah Pergale dengan baik?"

Pertanyaan dari salah satu bocah laki-laki dalam kelompok itu sedikit menggelitikku. Wajar saja, mungkin mereka memang tidak mengetahui bahwa seluruh sejarah lengkap Pergale disimpan dalam perpustakaan Istana. Meski tentu tidak secara menyeluruh, tidak ada tentangku yang mengkhianati Siyeon.

"Tentu saja di..."

Aku baru menyadarinya, saat akan menjawab pertanyaan bocah laki-laki itu. Ku kira hanya suaranya saja yang mirip seperti Jungkook-ku. Namun wajahnya bagai pinang dibelah dua.

Mata Jungkook, memiliki sinar yang seperti sebuah bintang di malam hari. Bibirnya ranum berwarna merah muda pucat, cocok dengan kulit putihnya. Aku masih ingat jelas, tidak akan aku lupa. Apakah aku boleh mulai berharap pada takdir bahwa ia adalah Jungkook-ku?

"Di?"

Ah, aku terlalu larut dalam pemikiranku hingga tak menyadari tanganku yang hendak menggapainya, atau mataku yang tak dapat melepaskan pandangan padanya.

Aku segera menarik diri, tidak ingin dianggap sebagai pria mesum. Terlebih dengan tatapan seorang anak perempuan dalam kelompok itu yang memandangku sinis.

Aku menggelengkan kepala dan tersenyum pada bocah laki-laki itu, "Pergale, perpustakaan istana Pergale"

Perempuan berambut blonde itu mengajak teman-temannya pergi setelah mengatakan: "Kami baru saja ingin pergi kesana, terima kasih atas informasinya"

Setelah ini, dapat kupastikan mereka akan bergegas pergi ke istana. Aku juga, akan pergi ke sana untuk memastikan sesuatu.

Back to Pergale [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang