1 Minggu setelah kejadian dimana Jeno sampai masuk rumah sakit. Kita berpindah ke sudut pandang Chenle. Dia sedang berada di dapur, mengaduk teh hangat untuk Renjun. Iya Renjun, tiba-tiba saja dia terkena diare yang membuat dia tidak bisa bergerak dari kamarnya. Menghela nafasnya, Chenle memutar badannya, hendak memberikan teh tersebut ke Renjun.
Namun, ada yang kurang bagi kalian bukan?? Jisung, kucing itu sedang menemani Renjun, mengingat bahwa Renjun benci bahkan trauma jika ditinggal sendirian. Chenle masuk ke dalam kamar, dan pemandangan di kamar tersebut membuat Chenle hati nya terluka. Renjun dengan wajah kesakitan nya, dan Jisung yang berusaha keras untuk membantu dengan menghilangkan keringat dingin yang membasahi wajah Renjun.
Melihat Chenle di depan pintu kamar, Jisung menghampiri Chenle, lalu bergumam pelan tentang apa yang terjadi. Jisung secara tidak sadar, menekan bagian perut Renjun, membuat kucing langka itu semakin kesakitan. Chenle hanya bisa tersenyum tipis, mengelus rambut Jisung, dan berjalan menuju arah Renjun.
Mendudukkan tubuhnya di lantai, lalu meletakkan teh tersebut di meja samping kasur, kemudian mengelus rambut Renjun. "Bangun dulu yuk?? Minum obat dulu, nanti tidur lagi..." Jelas Chenle, membuat Renjun terbangun dan juga merentangkan kedua tangannya dengan susah payah.
Chenle dengan sigap mendudukkan tubuh Renjun di kasur, membuat kucing itu nyaman, lalu menyodorkan sebuah pil pahit kecil. Dengan cepat, obat itu di lahap oleh Renjun, dan di telan dengan perjuangan. Lalu setelah itu, Chenle menyodorkan teh hangat itu ke arah Renjun, yang langsung di minum oleh sang kucing langka.
Selesai meminum teh tersebut, Chenle kembali ke dapur, hendak mencuci gelas tersebut. Oh Tuhan...ini masa-masa canggung Jisung dan Renjun, karena Jisung yang "tidak" sengaja membuat Renjun tambah sakit, dan Renjun yang tak pintar membuat topik pembicaraan. Di dinding putih itu, Jisung mengelus lengannya gugup. Kucing itu tidak pernah di tinggal hanya berdua oleh Chenle. Tadi itu hanya sebentar, Chenle hanya membuatkan teh.
Sekarang Chenle akan sedikit lama, cucian piring kotor bertumpuk di setiap sisi wastafel dapur. Jisung terdiam, sedangkan Renjun sedari tadi mengelus perutnya yang sakit itu. Renjun menatap ke arah Jisung, dia dapat merasakan bahwa Jisung takut akan dirinya sekarang. Bisa dibilang, Jisung terlalu gampang paranoid.
Saat sedang asyik menatap Jisung, Renjun merasakan sesuatu di perutnya, dengan cepat dia memanggil Jisung untuk mendekat. "J-Jwi, sini-sini-!! Injun mau poop-!!" Ujar Renjun dengan wajah memelas. Jisung tentu panik, dia dengan cepat mendekat ke arah Renjun, lalu dengan perlahan tapi pasti, mengangkat tubuh Renjun, membantu kucing itu berjalan menuju kamar mandi.
Sampai di depan kamar mandi, dengan cepat Renjun masuk ke sana, tidak lupa mengunci pintu nya. Jisung hanya bisa diam berdiri di depan kamar mandi. Menatap ke arah pintu kamar mandi itu dengan tatapan bingung. Bisa dibilang, Jisung adalah kucing yang paling polos dari yang lain, bahkan lebih polos dari yang termuda, a.k.a Mark.
Chenle datang setelah selesai mencuci tumpukan piring kotor itu, menghampiri Jisung yang masih saja menatap pintu itu. Chenle hanya bisa tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya gemas. "Dia akan sedikit lama Jie~" Ujar Chenle sambil mengelus rambut Jisung. Jisung hanya mengangguk saja, lalu kembali fokus ke arah pintu. "Astaga Jie~ tidak perlu terlalu fokus begitu~" Tawa Chenle terdengar setelah nya. Setelahnya, terdengar suara pintu terbuka, Renjun sudah selesai disana.
Renjun memperhatikan Chenle dan Jisung yang sedang berbicara, tanpa sadar dia berjalan mendekati mereka. "Apa yang kalian bicarakan??" Tanya nya secara tiba-tiba, membuat Chenle dan Jisung menatap ke arahnya. "Hanya hal random, tak lebih~" Ujar Chenle, sambil mengelus rambut Renjun. Setelahnya mengantar Jisung dan Renjun menuju kamar mereka. Setelah itu, membuat dua kucing itu tertidur.
Keluar dari kamar, dia memutuskan untuk menonton TV di ruang bawah, sambil menikmati waktu-waktu senggang. Biasanya jam segini, Renjun akan di titipkan ke hotel hewan bersama Jisung, lalu lanjut untuk lomba balap motor. Tapi sekarang keadaan tidak mendukung, keduanya tidak bisa di titipkan, maka dari itu, Chenle memilih untuk membatalkan acara itu.
Bel berbunyi, Chenle bingung tentu saja, yang tau akan rumah nya hanya Jaemin-Jeno, Haechan-Mark, dan juga orang tua angkatnya. Berdiri dari sofa, dia mulai menatap pintu sebelum melihat ke arah kaca pintu, sebelum akhirnya, membukakan pintu.
Ibu Chenle, sebut saja nyonya Zhong, berada di depan rumah membawa sebuah plastik hitam. Kening Chenle berkerut, bingung kenapa jam segini, sang ibu datang. "Ma?? Kok siang-siang?? Bukannya masih kerja ya??" Tanya Chenle sambil bersalaman dengan sang ibu.
Sang ibu hanya tertawa kecil, sebelum akhirnya menyerahkan plastik hitam itu ke arah Chenle. "Mama mau berkunjung saja, lagipula mama cuman punya 1 meeting hari ini." Jawab sang ibu, setelahnya masuk kedalam rumah Chenle.
"Oh ya, mana dua kucing mu itu??" Kali ini sang ibu lah yang bertanya. Chenle menghampiri sang ibu lalu menjawab sambil menyiapkan makanan yang diberikan sang ibu. "Mereka di atas ma, Jisung tidur, Renjun lagi diare, jadi dia ikut tidur siang." Jelas Chenle sesekali memperhatikan makanan yang dibawakan khusus oleh sang ibu.
"Owh~ mama ke atas ya?? Mau liat kesayangan dulu~" Canda sang ibu, sebelum naik ke arah kamar Hybrid tersebut.
|• Chapter 03 : done •|
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Hybrid (Switch Position)
FantasíaHanya keseharian baby Hybrid dengan sang pemilik