Lima Belas

660 125 10
                                    

DUARRR!

Ledakan penyampai informasi terdengar hingga ke telinga Alan. Kepalanya yang terasa sakit jadi semakin berdenyut. Dia mulai mendapatkan kembali kesadarannya. Ingatan terakhir sebelum dia terdampar di tempat asing ini adalah tabrakan keras dari benda yang juga melayang di langit.

"Ini gue di mana?" gumamnya sambil mengedarkan pandangan. Ranjang mewah yang tak mungkin akan dia tempati kalau bukan di tempat megah dan ruangan luas seperti kamar ini ... milik siapa? Mengapa Alan berada di sini?

"Halo? Ada orang di sini?!" teriak Alan. Siapa tau ada yang menyahuti.

Benar dugaannya. Ada yang datang. Alan langsung mengedarkan pandangan, mencari sesuatu yang bisa dia gunakan untuk melindungi diri. Saat menggeledah nakas, dia menemukan gunting. Otomatis Alan menyembunyikan gunting itu di belakang tubuhnya seiring bunyi langkah kaki kian mendekat.

Kalau bahaya, tinggal tusuk. Gue pasti bisa! batinnya yang sudah mencengkram kuat gunting itu.

Tap ... tap ... tap!

Knop pintu terlihat ditarik ke bawah. Seseorang muncul dari sana. Spontan Alan melempar gunting itu hingga menancap ke pintu, tapi sasarannya meleset. Alan segera beranjak dan loncat mengambil pedang yang menjadi pajangan di dalam sebuah figura kemudian diulurkannya ke depan monster itu.

"Tu--tu---tunggu, Tuan!" Sang monster mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi.

"Kau monster!" bentak Alan dengan pedang yang dia acungkan di depan wajah monster. Makhluk yang berdiri di depannya ini memang memakai pakaian aneh, tapi dia jelas mirip dengan monster yang membantai habis teman-temannya. Kalau hari ini Daru dalam bahaya, monster ini juga lah penyebabnya.

"Be-benar! Saya memang monster," ucap monster itu yang malah memperkenalkan diri. Alan sendiri terkejut karena makhluk aneh itu ternyata bisa bicara. "Tapi Anda sama dengan kami. Anda juga monster."

"APA?!" Alan semakin mengacungkan pedangnya hingga monster itu semakin panik. "Aku manusia! Bisa-bisanya kau menyebutku monster!"

"Tuan Xeros ... Anda adalah Tuan Xeros kami! Kalau kami monster, maka Anda adalah raja monster!"

"Apa maksudmu ini sebenarnya?!" Alan semakin marah dan pusing saat mendengarnya.

"Baiklah, tolong letakkan dulu pedangnya maka saya akan jelaskan semuanya, Tuan."

Alan masih tak ingin menjauhkan pedangnya. Tak ada jaminan bahwa dia akan selamat setelah melakukan itu. "Aku tidak percaya denganmu."

"Hmm, bagaimana, ya?" Monster itu mencoba berpikir. Bagi Alan hal ini kelihatan semakin aneh karena monster itu tampak normal, berbeda dengan teman-temannya yang sibuk membunuh. "Bagaimana jika Anda mengikuti saya? Saya akan menunjukkan langsung raja kami, manusia yang sangat mirip dengan Anda. Tidak, tapi beliau memang adalah Anda."

"Mirip denganku?"

"Benar, mari ikuti saya. Anda bisa tetap memegang pedang itu, tapi jangan terlalu dekat. Nanti kulit saya yang mulus ini jadi tergores. Kan sakit," rengek monster itu sambil mengelus lengannya. Di mata Alan, itu sungguh mengerikan. Lagak monster ini seperti manusia.

Alan setuju mengikuti langkah monster ini. Namun, di sepanjang lorong yang gelap, Alan berjalan sambil mengacungkan pedang di belakang kepala monster.

"BTW, nama saya Derrick Antares. Anda bisa memanggil saya Derrick atau si tampan," ucapnya tanpa ragu, diiringi senyuman lebar. Salah satu gigi emasnya jadi menyilaukan pandangan Alan.

Si tampan? Aku tidak melihat sinkronisasi antara sebutan dan kenyataan itu. Dan juga, kenapa namanya lebih keren daripada namaku? pikir Alan yang menatap heran Derrick sejak tadi.

You're My Favorite Main LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang