Keping 2 : Petak Umpet

271 18 3
                                    

Selama liburan, Mila tinggal bersama ayahnya. Hampir setiap saat, gadis itu mengikuti ayahnya bekerja. Mungkin hal itu bisa membuatnya lebih dekat dengan ayahnya. Rasa rindu itu terbayar lunas, dan dirinya semakin dekat dengan ayahnya.

Mila juga sering ikut serta dalam membantu ayahnya bekerja. Dia sering memberikan solusi, dan perumpamaan. Hal hasil kasus yang dihadapi ayahnya dengan cepat terselesaikan.

Siang harinya, Mila dan ayahnya makan siang di kafe Juliet. Selain membantu ayahnya, Mila juga sering menanyakan hal-hal penting yang menyangkut kasus yang pernah dipecahkan ayahnya lebih rinci.

Mila menulis seluruh kasus  ayahnya dilaptop pribadi miliknya. Suatu saat nanti, gadis itu akan mengirimkan tulisan-tulisannya ke sebuah penerbit.

Ayahnya sangat mendukung ide Mila dalam membuat tulisan-tulisannya. Mungkin sosok putri kecilnya itu bisa menerbitkan satu buku yang dapat dibaca oleh seluruh masyarakat Indonesia. Ditambah kasus-kasus yang ditulis Mila adalah nyata.

Disela-sela menulis, ponsel Ayahnya tiba-tiba berdering, melantukan lagu Matahariku-Agnes Monica. Panggilan masuk dari Sarah langsung ditanggapinya.

"Selamat siang, Detektif Leo di sini. Ada yang bisa dibantu?"

Mila menghentikan ketikannya, menatap ayahnya sejenak.

"Oke!! Oke!! Terima kasih!"

Ayahnya langsung menutup ponselnya, dan meletakannya kembali di atas meja. Mila menaikan sebelah alisnya.

"Ada kasus lagi. Tentang perdagangan gelap!" Kata ayahnya kemudian sembari menyeruput secangkir moca, "Ayah, meminta kerja samanya denganmu."

"Perdagangan gelap?" Tanya Mila bingung. "Black market? Apakah mereka menjual handphone atau sejenisnya?"

"Perdagangan gelap yang dimaksud bukan menjual elektronik. Tapi, mereka memperjual belikan narkoba."

"Ooh," Mila kembali menatap layar monitornya, "Tapi ayah harus berjanji, kalau kasus ini sudah kelar. Ayah harus refreshing di tempat yang sunyi!"

"Janji."

***

Bersama Ayahnya, Mila menyusuri komplek perumahan di jalan Sudirman. Atasan ayahnya, mendapat informasi untuk menyelidiki tempat tersebut, yang diduga sebagai tempat perdagangan berlangsung.

Sesampainya di depan halaman komplek perumahan, ayah Mila memarkir mobilnya di lahan kosong yang cukup luas. Mila melihat delapan rumah tingkat dua berjejer saling berhadapan. Dengan halaman kecil di depannya.

Mila melihat sekitar lima orang anak sedang bermain petak umpet. Mereka berlima terlihat sebaya, sekitar di bawah sepuluh tahun. Satu di antara mereka berjaga, dan lainnya bersembunyi.

Sesaat, Mila memperhatikan kelima anak tersebut. Satu persatu sang penjaga menemukan anak lainnya. Tinggal satu anak saja yang belum ditemukan keberadaannya. Anak itu bersembunyi di tempat yang sama sekali tidak akan pernah dicari.

Cukup cerdik untuk anak di bawah sepuluh tahun. Bahkan, teman-teman lainnya tidak ada yang mengetahui keberadaan temannya yang satu ini. Anak itu bersembunyi di dalam bak sampah. Saat si penjaga lengah, bocah itu keluar dari tempat persembunyiannya, dan dia melancarkan aksinya.

Sementara itu, Mila dan ayahnya berjalan beriringan memasuki komplek perumahan itu.

"Dimana tempatnya, yah?" Tanya Mila penasaran.

"Rumah nomor 3A di komplek perumahan Mekar Sari," Jawab ayah. "Berarti disana!" Ayah menunjukan sebuah rumah yang diutara.

Mereka berdua berhenti di depan pagar rumah nomor 3A. Sebuah rumah yang tidak dirawat. Banyak dedaunan yang berkeliaran di halaman rumah itu. Salah satu jendela rumah tersebut pecah, dan hanya ditutupi kain bekas.

THEtectiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang