Keping 4 : Kebetulan

238 19 8
                                    

Perasaan lega mulai merasuki tubuh Mila. Dia bisa menghirup udara bersih sekarang. Sesuai janji ayahnya, Mila dan ayahnya akan berlibur di sebuah penginapan. Mereka berdua akan menghabiskan waktu luangnya di tempat itu.

Mila akan dijemput satu jam lagi oleh ayahnya. Dia sudah tidak sabar untuk menghabiskan liburannya bersama ayahnya. Tetapi setelah satu jam kemudian, Ayahnya tidak kunjung datang.

Mila bertopang dagu di meja teras rumahnya. Dia memperhatikan ruas jalan, dan menanti kedatangan ayahnya. Berkali-kali, Mila menghela nafas, dan melihat jamnya. Sudah sekitar satu jam lebih dia menunggu di teras.

Hingga akhirnya, terdengar klakson mobil. Pandangannya langsung teralih ke sebuah mobil hijau milik ayah. Mila dapat melihat ayahnya dengan seulas senyuman lewat kaca mobil yang dibiarkan terbuka.

"Mila," Panggil ayahnya, "cepat masuk,"

Buru-buru Mila menarik koper ungunya, dan memasukannya kedalam bagasi mobil ayahnya. Seperti biasa, Mila duduk di sebelah kursi sopir. Dia mengambil satu cd, dari band Gun N Roses, lalu memutarnya.

Lagu Sweet Child O Mine mengalun keras dan mengiringi perjalanan yang cukup sepi itu. Sesekali, Mila mencuri pandang ke ayahnya yang sedang sibuk menyopir. Karena merasa diperhatikan, ayahnya langsung menoleh kearah Mila. Tetapi, dengan cekatan Mila langsung berpura-pura memperhatikan sesuatu.

Mobil itu terhenti di sebuah penginapan bertingkat dua. Bangunan itu terlihat tua, dan sedikit lapuk dimakan usia. Hampir di seluruh penjuru bangunan, terdapat jendela yang cukup besar.

Mila mulai merasakan hawa sejuk yang lama tidak pernah dihirupnya, selama satu bulan terakhir. Di depan bangunan itu, terdapat kayu yang bertuliskan dengan tulis jalan, Penginapan Ulung. Di sekeliling bangunan, terdapat pohon-pohon yang menjulang tinggi membelah angkasa.

Bersama Ayahnya, Mila memasuki penginapan itu. Kedatangan mereka berdua langsung dijamu oleh seorang perempuan. Perempuan itu bernama, Susila. Perempuan berpakaian oranye, dengan topi baret, dan rok yang warnanya serupa.

Susila sudah bekerja di sini selama tiga tahun. Dia sudah hafal setiap penjuru bangunan ini. Perempuan itu memberikan Mila dan Ayahnya secangkir teh lemon yang masih hangat.

Mila memperhatikan ruang tamu itu lekat-lekat. Selain tanaman-tanaman hias yang ada di sana, ada pula lukisan-lukisan yang bernilai seni tinggi. Dinding-dinding penginapan yang batu batanya dibiarkan telanjang tanpa ada sentuhan cat sama sekali itu, tergantung pigura-pigura unik. Pemandangan itu membuat Mila tersenyum hangat.

Di sudut ruangan terdapat sebuah perapian, yang di atasnya terdapat beberapa foto dan pajangan yang cukup unik. Ada satu piano yang ditutupi oleh kain putih, dan beberapa permadani digelar di atas lantai.

Beberapa kaca di antara ruas bangunan. Penginapan ini akan tetap cerah walau tanpa ada lampu atau semacamnya. Perpustakaan mini diletakan di bawah undakan tangga menuju lantai dua.

Satu lagi yang terpenting. Tempat ini jauh dari jalan raya, membuat suasana sunyi dan penuh ketenangan. Ada pula air terjun mini, yang menebarkan suara gemericik air sehingga enak didengar. Mila mulai tertarik dengan penginapan ini.

Mereka berdua mendapat kamar A5. Letaknya di lantai dua dekat dengan dapur. Wajah senang Mila mulai tersambar di seluruh permukaan kulitnya. Pikirnya, Mungkin ini akan menjadi liburan yang terindah.

***

Ayah Mila sedang duduk di teras penginapan sembari menyesap kopi. Dia melamun, memperhatikan lingkungannya. Sudah lama dia tidak pernah santai, dia sibuk dengan urusannya menjadi Detektif. Tapi, lamunannya buyar ketika Mila datang. Gadis itu duduk di sebelah ayahnya.

THEtectiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang