tinggal bersama

19 18 35
                                        

"kau sudah sadar?"

itu adalah suara yang pertama kali Sohoo dengar setelah membuka mata, suara perempuan yang terdengar pelan namun terasa lembut.

"aku.. belum mati ya?" tanya Sohoo, ia tak bisa memikirkan hal lain selain kematiannya, padahal ia sudah bersiap diri, tapi Tuhan menghendaki hal lain dan masih membiarkannya hidup.

"kau pingsan, beberapa waktu lalu, ada satu orang laki-laki dan perempuan yang menelantarkan mu di sekitar sini dan meninggalkan mu, kupikir kau memerlukan pertolongan, lagipula diluar hujan jadi aku membiarkan mu beristirahat disini."

"benar juga! sekarang ini aku ada dimana?" kaget Sohoo, ia baru saja mengumpulkan kesadarannya.

"kau ada di tempatku."

"tempat mu?" tanya Sohoo sembari mengamati keadaan di sekelilingnya.

"apa tempat ini layak untuk di tinggali?" batin Sohoo ketika menyadari bahwa tempat ini tak lebih dari sebuah gubuk tua yang mungkin dapat dimasuki hewan liar jika tidak berjaga-jaga.

"kau tinggal disini?"

perempuan itu mengangguk.

"tempat ini berada di mana? apa lokasinya tidak jauh dari hotel XXX?"

"kau pekerja di hotel itu?" tanya balik perempuan itu.

wajar saja jika perempuan itu berpikir demikian, pakaian yang Sohoo kenakan saat ini adalah pakaian pekerja hotel tersebut.

"tidak, aku hanya menggantikan pekerjaan teman-- bukan, aku menggantikan pekerjaan seseorang untuk hari ini di hotel tersebut."

"lokasinya tidak jauh, tapi gubuk ini letaknya terpencil jadi kau tidak kan mudah keluar, tapi jika kau ingin kembali ke hotel itu, aku bisa memberitahukan jalannya padamu," jelas perempuan itu.

"ah tidak, tidak ada alasan bagiku untuk kembali lagi kesana."

"itu hanya akan kulakukan jika aku bersedia untuk mati kedua kalinya, meski aku sebenarnya belum pernah mati sih."

sekarang apa yang harus ia lakukan? tidak mungkin ia kembali ke hotel atau pulang ke rumah. ia sudah dengan sangat berani bersikap kelewat batas pada Jeha, ia yakin, jika ia pulang ke rumah, ia akan langsung dibunuh oleh Jeha detik itu juga, lalu ibunya.. apa yang bisa ia harapkan dari ibunya?

"begini, kalau tidak keberatan--" ucapan Sohoo menggantung kala ia menyadari sesuatu yang membuat ia tak mampu melanjutkan perkataannya.

"apa yang mau kau katakan?"

"k- k- k- k..."

perempuan itu menaikkan satu alisnya heran.

"k- kau sedang hamil?"

"kau baru sadar?" tanya perempuan itu dengan senyum tipis.

Sohoo sungguh terkejut, bagaimana mungkin seorang perempuan hamil tinggal di gubuk tua tak layak huni seperti ini, dan lagi..

"apa suamimu sedang keluar?"

"tidak."

"apa dia di dekat sini?"

"tidak, maksud ku aku tinggal sendiri disini dan aku belum bersuami."

"eh!? jadi.."

"ya, aku hanya tinggal berdua disini bersama anakku," ujar perempuan itu sambil mengelus perutnya yang sudah besar. sepertinya tanggal kelahiran anaknya sudah dekat.

"berapa bulan lagi?"

"beberapa hari lagi, mungkin.."

"eh?!"

"kau orang yang mudah terkejut ya," lirih perempuan itu dibarengi tawa kecil.

"ah, jadi maksudmu kau hanya tinggal sendiri disini, lalu sebentar lagi kau akan melahirkan, bagaimana bisa kau terlihat begitu tenang? kau bahkan tidak bersuami, dan bagaimana dengan keluargamu? kau harus menghubungi keluargamu, ketika kau melahirkan kau memerlukan pertolongan mereka."

"tenanglah, kau tak harus memikirkan ku, akupun sudah memikirkan mengenai hal ini dari jauh-jauh hari."

"maaf, tanpa sadar aku bersikap lancang."

"tak perlu meminta maaf, aku menghargai kekhawatiran mu, justru sekarang kau mau bagaimana? tampaknya kau sendiri dalam situasi sulit, kau di buang oleh dua orang dalam keadaan pingsan, apa mungkin dua orang itu adalah pencuri? atau--"

"tidak, salah satu dari dua orang itu adalah orang yang kukenal, dan pria yang kau lihat membuang ku itu adalah, kakak kandungku sendiri.."

"eh!!"

"ah, tampaknya kini kau yang terkejut."

"tunggu, jadi maksudmu kau di buat tak berdaya oleh kakak mu sendiri, kenapa?"

"karena aku mengetahui situasi yang tak seharusnya ku tau, ya.. ditambah aku melakukan sedikit perlawanan, kakakku paling tidak suka jika perilakunya dianggap salah, jadi mungkin dia berpikir melenyapkan ku adalah upaya terbaik."

"sepertinya kau sudah mengalami masa-masa yang sangat sulit."

kedua netra Sohoo menatap kedua bola mata perempuan itu, sejenak tatapan mereka beradu, lalu secara alami keduanya memutuskan kontak mata mereka.

"lalu kau akan bagaimana?" tanya perempuan itu.

"itu yang awalnya ingin ku katakan padamu, mungkin terdengar tidak tau malu, tapi bisakah kau mengizinkanku untuk tinggal beberapa waktu disini? aku tidak akan membebanimu, dan aku akan berusaha membantumu juga. bukankah kau pun perlu seseorang untuk menangani mu ketika kau akan melahirkan?"

perempuan itu terdiam dan menunduk, Sohoo mengerti, tampaknya mengiyakan permohonannya bukanlah suatu hal yang bisa diputuskan dengan mudah.

"aku adalah anak yatim piatu yang dibesarkan di sebuah gereja kecil. tak ada yang berharga dari diriku, tapi satu hal yang kutahu, aku tidak bisa hidup dengan aman jika aku keluar dari gereja. beberapa kali aku hampir mengalami pelecehan ketika kecil, tapi aku masih terselamatkan karena aku memiliki orang-orang di gereja sebagai pelindung ku. namun, tak selamanya aku bisa terus hidup di gereja, ketika aku berusia lima belas tahun, aku harus keluar dari gereja dan hidup di dunia luar sendiri. sebagai hasil dari ketidakmampuan ku dalam menjaga diri, akhirnya aku hanya bisa pasrah dan melakukan apa saja yang dapat membuatku bisa bertahan hidup. bekerja tanpa dibayar, tidur berpindah-pindah tempat, bahkan harus memakan makanan dari tempat sampah."

"hidup seperti itu terus berlanjut, sampai pada akhirnya aku bertemu dengan seorang pria yang bersedia menopang hidupku, memberi tempat tinggal serta makanan juga kehangatan, tapi.. siapa sangka bahwa dia adalah pria paling bajingan dari semua bajingan yang pernah aku temui, dia melebihi iblis tanpa belas kasih, setelah memanfaatkan ku untuk keperluan pribadinya, dia bahkan tak sudi menganggap anak yang ku kandung sebagai darah dagingnya, alhasil aku melarikan diri dan bersembunyi di tempat ini."

Sohoo tercengang mendengar cerita dari perempuan itu, bagaimana bisa perempuan yang mungkin hanya lebih muda satu atau dua tahun darinya ini mengalami hidup se menyedihkan itu.

"kenapa kau menceritakan hal ini padaku?" tanya Sohoo.

"jika kau ingin tinggal disini, kupikir kau perlu tau latar belakang dari perempuan yang akan tinggal dengan mu. sekarang kau sudah tau, bahwa aku bukanlah wanita baik-baik, akupun sedang hamil, justru mungkin ada saat-saat aku akan membebani dan menyusahkan mu juga. dan sebenarnya aku cukup terkejut melihat kau mengenakan seragam hotel itu.."

"kenapa?"

"karena ayah dari anak ini adalah salah satu pekerja paruh waktu disana."

"b- benarkah?"

ini fakta yang tak terkira, tapi Sohoo juga tidak tahu-menahu, sebab ia bukanlah pekerja tetap di hotel itu, jadi ia tidak mungkin tau persis siapa pria yang sudah menghamili perempuan itu.

"Yoon Sehyuk, nama pria itu adalah Yoon Sehyuk."

"ya Tuhan.."

***




The FightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang