# First Snowflake

16 1 1
                                    

Butiran demi butiran salju, kian tergeletak diatas permukaan tanah. Kemudian menumpuk secara tak terkira. Sensasi dingin yang dapat dirasakan sang pemuda, membuat ia sedikit menaruh rasa khawatir. Meski tak kelihatan bahwa ia sedang khawatir terhadap sesuatu.

Hanya saja, semenjak kejadian pertunangannya berlangsung. Lagi pula ia sedikit menyukai sosok tersebut. Walau tak bisa berbicara, lewat papan tulis yang selalu dibawa pun jadilah.

Sebelumnya ia memang sedikit khawatir, mengingat pasangannya itu terbuat dari kain putih yang dililit. Bahkan pertama kali pertemuan mereka, dialah yang menyukai langsung akibat hal ini.

Sungguh sesuatu yang tak terduga. Beragam pikiran masuk kedalam otaknya. Bagaimana ia bisa melalui musim dingin kali ini bersama dengan dirinya?

Tsukitsuka, panggilan khas yang dilayangkan oleh pemuda surai merah itu. Mokusaibashi Ichiya, adalah nama dari pemuda tersebut. Ia khawatir jikalau kain tersebut akan dirusak oleh salju yang menggumpal.

Sedikit menyedihkan memang, tapi mungkin ini adalah waktunya ia tetap mencoba berusaha untuk bersikap waspada terhadap sesuatu, bukan?

Lalu, apakah ada sesuatu yang bisa Ichiya lakukan untuk menyenangkan pasangannya itu? Atau, mungkin sama sekali tak melakukan apapun? Hanya menunduk saja sudah membuat kain tersebut longgar.

Namun, bagaimana dengan salju? Sepertinya akan benar-benar menjadikan kain tersebut rusak dengan perlahan. Awal sebelum memikirkan ini, terbesit pertanyaan yang ingin ia tanyakan.

Sedikit sungkan terhadap hal itu, tak ingin mengetahui sesuatu yang mungkin menyakitkan dirinya. Lantas pertanyaan itu berupa, 'Hei, Tsukitsuka. Bagaimanakah dirimu sebelum bertemu denganku, ketika menghadapi musim dingin?'

Hanya itu saja. Apakah pertanyaan ini kelak dapat tersampaikan? Ah, tidak sepertinya tidak memungkinkan, benar? Lagi pula akan menjadi sedikit memilukan jika memaksa.

Biarpun perasaan khawatirnya menjadi satu dengan banyak pertanyaan. Ia, masih tak mampu berusaha untuk mempedulikan hal lain, selain Tsukitsuka. Benar, dirinya sungguh menyukai dia.

Rupa-rupanya, dia tidak dengan mudah mengatakan perasaannya. Tetapi, pada hari itu ia mengatakannya langsung, dengan wajah yang sepertinya memerah. Bayang-bayang dari pemikiran tersebut memudar, bergantikan sentuhan dari seseorang.

Oh, rupanya itu adalah Tsukitsuka.

"Ah! Dirimu mengagetkanku," ucapnya setelah itu.

Ichiya sejenak melupakan bahwa Tsukitsuka merupakan monster yang tak bisa berbicara. Namun, ia langsung melupakan itu. Karena cinta tak memandang jenis mereka bukan? Tsukitsuka juga terlihat menyukai Ichiya.

Dari papan tertuliskan, "Ichiya kenapa termenung?" Sebelum itu dihadapannya Ichiya dia menuliskan kalimat tersebut, dengan alasan ingin mengetahui kekasihnya ini termenung dikarenakan apa.

"Oh, tidak. Aku hanya sedang menatap salju yang berjatuhan, tak disangka sudah memasuki musim dingin." Ichiya membalas pertanyaan dari Tsukitsuka.

Lagi-lagi, Tsukitsuka mendengarkan kemudian menuliskan sesuatu pada papan itu, "Salju pertama, disaksikan bersama." Setelah mendapati perkataan lanjutan dari ucapan dia, mengapa wajah dirinya terasa panas sekarang?

Apakah mungkin, wajahnya jadi memerah akibat malu ketika mendengarkan hal itu? Benar juga, disana terdapat kata bersama. Mungkin, kah?

"Tentu saja! Tsukitsuka, apakah dirimu senang dengan salju?" tanyanya diakhir sedikit berhati-hati, sembari menggaruk-garuk pipi yang tidak gatal itu.

Terdiam sejenak, mengetahui reaksi sang kekasih. Dengan papan yang bertuliskan, "Um, aku senang melihat salju apalagi ketika bersama Ichiya. Tetapi, sepertinya dengan keadaanku pastinya tak bisa berada disana nanti menemani Ichiya."

Ichiya tersentak. Sudah ia duga akan menyakitkan begini. Serharusnya tak perlu ia tanyakan, bukan? Ichiya kembali mengatakan, "Tidak masalah, kalau begitu aku juga akan menemani Tsukitsuka hingga musim dingin berakhir."

Tsukitsuka dibuat panik. Ia tak mau menghancurkan kejadian yang mungkin di tunggu-tunggu oleh Ichiya, hanya saja ketika itu berlangsung. Tak ingin.

Tetapi kenyataan menampar keinginan seseorang pemuda itu. "Aku tidak ke mana-mana. Hanya untuk melakukan sesuatu yang tidak aku sukai," jawabnya lagi.

Sebentar, apakah ini benar Ichiya yang biasanya? Tsukitsuka merasa ragu ketika mendengarkan jawaban itu. Secuil kebahagiaan pun seketika terbit diantara kedua pasangan bahagia ini. Setidaknya begitu.

End

Harusnya April lalu, ya ...?

FIRST SNOWFLAKE! IchiTsu. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang