2

8 0 0
                                    

Setelah bernostalgia dengan kisah pertemuanku dan Arka, mari kembali kepada realita bahwa sekarang aku berada di kelas 11 dan tentunya aku telah mengaggumi seorang Arka sampai hari ini. Arka masih sama dan masih menjadi Arka yang sama, sifatnya dingin dan tak acuh kepada perempuan manapun jika tak ada kepentingan.

Kini kami, aku dan Arka sudah saling mengenal walau hanya lewat nama. Kejadian penuh harap dan modus yang aku ciptakan juga sudah sering terdengar di telinga Arka. Bahkan sekarang ini, satu kelasku dan dua guru tau bahwa aku menyukai Arka.

"Nin lagi baca apasih? serius banget" Nisa menghampiriku yang sedang duduk manis didepan kelas, sambil membaca sebuah novel romance kesukaanku.

"Mozzachiko, seru banget huhu!" Jawabku lalu mengelung memeluk Nisa.

"Mau pinjem dong, habis lu baca!" aku mengangguk menuruti Nisa.

"Anin ada itu..." Greta yang berlari sehabis dari kantin langsung menunjuk seorang pria bersama dua temannya yang sedang berjalan menuju lorong kelasku

"gue lagi males sama Arka, soalnya Arka ngga kaya Chiko" aku mengucapkan itu saat jarakkudan Arka cukup dekat. Aku menutup buku dan menatap Arka lalu berjalan masuk ke kelas.

"HALU LO! maaf yah Arka, nanti paling dia jadi cacing kepanasan di kelas abis liat lu" ucap Greta dan Nisa disertai senyum pepsodentnya dan langsung berlari menuju kelas.

Aku berjoget-joget ria sambil tersenyum dan tertawa, sebab bertemu Arka tadi. Tatapan Arka tidak lepas saat mata kami saling bertemu. Entah itu adalah sebuah tatapan suka atau tidak suka, yang pasti Arka terus menatapku tadi.

"kan gue bilang, anaknya joget dah" Greta mendorong bahuku diikuti oleh Nisa, aku hanya memberikan wajah meletku kepada mereka.

"kasian Arka, tertekan deh kayanya tadi" Nisa menambahi.

Aku masih asik dengan kejadian tadi, sampai aku lupa kalau wali kelasku bu Isa sudah berada didepan kelas dengan tatapan tajam melihat kearahku. Aku menengok kearah Bu Isa saat Greta melempar sebuah pulpen, aku menunduk malu lalu bergegas menuju bangku ku.

"Kenapa kamu Anin?" tanya Bu Isa yang langsung menghampiri mejaku.

"Kesenengan bu, abis ketemu sama Arka" Ucap salah satu anak kelas diikuti yang lainnya.

"Nggak bu, saya abis baca Mozzachiko" aku membantah lalu mengeluarkan buku novel kesayanganku itu.

"Yaudah. Anin sekarang ibu minta tolong kamu, ambilin tempat pensil ibu di kelas XI IPA 1" permintaan Bu Isa membuatku berdebar debar, pasalanya itu adalah kelas Arka.

"Greta aja ya bu? atau saya sama Greta bedua?" dengan suara yang mungkin sedikit bergetar aku mengajukan permintaan.

"Nggak. SENDIRI sekarang cepetan! yang lain silahkan beres beres kelas, ini kelas kotor banget udah kaya kandang sapi!" Aku hanya bisa pasrah mengiyakan permintaan bu Isa.

Aku berjalan sambil memegang dadaku yang masih terus berdetak kencang. perlahan aku menaiki tangga yang letaknya persis disebelah kelas Arka. Aku memilih mengecek terlebih dahulu melalui jendela, untungnya kelas Arka sedang tidak ada guru dan tidak terlihat tanda-tanda Arka.

Tok tok tok

"Assalamualaikum, permisi" Aku membuka pintu kelas XI IPA 1 yang langsung mendapat sorotan mata dari penghuninya. tetapi setelah tahu bahwa itu bukan guru, mereka kembali fokus kepada kegiatan mereka sebelumnya.

"Hiro, gue izin mau ambil tempat pensil bu Isa" aku menghampiri Hiro yang juga merupakan temanku semasa smp dulu.

"oh iya nin, ambil aja" Aku berjalan menuju meja guru lalu segera mengambil tempat pensil itu.

"Makasih Hi..-"

"Ka..jangan ngeliatin mulu apa" ucapanku terpotong saat mendengar suara dari arah meja tengah, saat aku melihat Arka yang sedang menatapku beralih menatap kearah lain.

"Makasih Hiro, pamit ya!" Hiro tersenyum lalu melambaikan tangannya kepadaku yang berlalu meninggalkan kelas XI IPA 1.

Aku menutup pintu kelasnya rapat-rapat lalu aku gemetar dan memegang dadaku lagi. Sungguh, Arka membuatku berdebar sangat berdebar.

....

"Anindya Angkasa tersayang tercinta" panggilan itu berasal dari Nisa yang baru saja datang sehabis dari toilet bersama Greta.

"Yu balik!" Ucap Nisa sambil membereskan barang-barangnya.

"Cepet-cepet amat deh baliknya" aku mengeluh lalu mengerucutkan bibirku.

"betah amat di sekolah! mendingan dirumah, bisa bobok nyenyak" Greta menarik daguku lalu menarik lenganku menuju luar kelas.

Jujur, aku sangat malas bila harus kembali ke rumah. karena memang rumah yang ku tempati bukanlah rumah yang ku inginkan. Papa dan Mamaku masih sibuk dengan urusannya, tapi walaupun begitu mereka selalu memenuhi keinginanku.

aku menghempas napas kasar saat sudah sampai di gerbang sekolah dan menunggu jemputanku. "Anin, gapapa kan kita duluan?" Nisa bertanya. aku hanya mengangguk lalu melambaikan tangan kepada Nisa dan Greta.

di dekat lorong sekolah, ku lihat ada Arka yang sedang asik mengobrol bersama teman-temannya. sambil membawa tas tenteng yang dia peluk, Arka terus berjalan dan matanya menatap kearahku. lagi-lagi kami melakukan eye contact.

Arka menunduk saat jarak kami hampir dekat, dia menggaruk tengkuknya. "Ka..liat kanan, cie salting" temannya meledek Arka yang masih menduduk, samar-samar aku melihat Arka tersenyum lalu tertawa sedikit. Apakah ini sebuah kemajuan? Apakah Arka menyukai ku?

Arka tak langsung pulang, ia mampir dulu untuk menemani temannya membeli jajanan didepan sekolah. Aku memperhatikannya sambil tersenyum, aku membayangkan bagaimana jika suata saat nanti aku pulang bersama Arka, lalu sebelum pulang aku mengajak Arka untuk pergi untuk membeli makanan.

"Anin" panggilan itu berasal dari Hiro.

"iyaa" aku melambaikan tangan.

"Belum dijemput?"

"belum, lu sendiri belum balik?"

"ini mau ke parkiran, ambil motor terus gas!" Hiro mempraktekan menggas motor dengan tangannya.

"hati-hati deh"  jawabku sambil sedikit tertawa.

"duluan Anin, bye"

"bye" aku melambaikan tanganku, dengan Hiro yang sudah melenggang keluar pagae sekolah. Sedikit informasi, aku dan Hiro adalah teman semasa SMP. Kami tidak begitu akrab, akan tetapi Hiro adalah teman satu kelasku dahulu.

Aku melihat lagi kearah depan gerbang, memastikan apakah masih ada Arka atau tidak. Mata kami bertemu lagi, Arka menatapku, sepertinya menatapku sedari tadi. Kini berganti, aku menundukan kepalaku karena tatapan Arka benar benar sangat tajam kali ini.

Arka berjalan mengarah kearahku, diikuti temannya. Arka berdiri tak terlalu jauh dariku, dia seperti menunggu seseorang yang belum juga keluae dari kelas.

"Nggak pulang?" tanpa menatap, aku sudah tahu itu suara siapa. Arka. dengan keberanianku aku menjawab tanpa ragu dan tanpa memastikan kepada siapa suara itu berbicara.

"Ini mau pulang, udah nyampe jemputannya" aku masih menunduk. hening tak ada jawaban.

"HAHAAHAHAA YA ALLAH" suara tawa itu datang dari arah belakangku, saat aku menengok ternyata itu adalah Billy teman dekat Arka yang sepertinya baru saja turun dari kelasnya.

"Nin, itu pertanyaan buat gue!" Billy menyenggolku sambil masih tertawa. lantas Arka? aku tak berani menatapnya, aku sangat amat takut. Jantungku berdebar kembali, untung saja pak imam supirku sudah datang.

aku langsung membuka pintu mobil dan menutupnya kencang. Aku memegang dadaku sambil melihat Arka yang sepertinya sedang berbicara dengan Billy dengan ekspresi yang datar, sedanh Billy ia masih saja tertawa dan melambaikan tangan ke arah mobilku.

***********
THANKUU GAISS VOTE N KOMEN ARIGATOU 🙇‍♀️❤️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARKANINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang