Chapter 17

835 142 11
                                    

Layta memakai sepatunya dan setelah itu mematut dirinya di depan cermin kamarnya. Karena sekolah sudah libur, Layta berniat untuk mengunjungi rumah Angel berhubung sudah lama sekali ia tidak kesana.

Merasa dirinya sudah rapi dan cantik, Layta langsung turun ke lantai satu rumahnya menggunakan lift.

Layta masuk ke dalam mobil barunya lalu segera meninggalkan rumahnya. Sekarang masih pukul 9 pagi. Dan Layta yakin sekali kalau Angel sudah bangun.

***

Layta telah sampai di rumah Angel. Setelah memarkirkan mobilnya di garasi tamu rumah Angel, Layta segera masuk ke rumah Angel.

Karena Layta dan Angel telah diketahui bersahabat oleh para pembantu di rumah Angel. Membuat Layta langsung dipersilahkan masuk dan gadis itu langsung menuju kamar Angel.

Layta mengetuk pintu kamar Angel. Cukup lama Layta menunggu hingga akhirnya pintu pun terbuka.

Layta menyengir lalu menyapa Angel yang terlihat memasang wajah dingin padanya.

“Ada apa kemari?” tanya Angel pada Layta dingin.

“Aku ingin mengajakmu jalan-jalan. Sekalian, aku ingin bertanya sesuatu padamu,” kata Layta.

“Tidak perlu. Aku tidak ingin jalan-jalan atau melakukan apapun bersamamu. Aku sudah muak bersamamu, Layta. Tidak kah kamu menyadari itu, hm? Atau harus aku pertegas lagi kalau aku membencimu dan tidak ingin bicara lagi denganmu. Jadi sebaiknya kamu pergi saja dari sini. Aku malas melihat wajahmu itu,” kata Angel lalu mendorong Layta keluar kamarnya.

Layta menahan tangan Angel yang ingin mendorongnya lagi, “ta-tapi Angel. Setidaknya beritahu aku dulu kenapa kamu membenciku,” kata Layta sedikit panik karena terus di dorong keluar kamar Angel.

Angel tidak memedulikan itu dan lanjut mendorong Layta keluar. Dan setelah Layta berada di luar kamarnya, Angel segera menutup pintu dengan keras dan menguncinya.

Layta terkejut ketika Angel membanting pintu itu di depannya. Layta terdiam sebentar. Berusaha menelaah apa yang baru saja terjadi. Tanpa sadar, air mata jatuh membasahi pipinya. Perasaan sedih dan kecewa langsung mendatanginya.

Menghapus kasar air matanya, Layta keluar dari rumah itu dengan perasaan kecewa.

***

Meyra terduduk dengan wajah yang memerah bekas tamparan. Afif pamannya, baru saja menampar keponakannya itu dengan cukup kuat hingga membuat Meyra terjatuh.

Wajah Afif merah padam. Amarah menguasainya.

“Dasar tidak tau diri! Bagaimana bisa kamu sampai harus turun ranking Meyra?! Ini sudah dekat kelulusan dan rangking kamu turun?! Apa kamu mau jadi gelandangan di luar sana, Meyra?!” bentak Afif pada Meyra.

Meyra menangis sejadi-jadinya. Meski dengan kaki bergetar, gadis chubby itu berusaha berdiri, “aku sudah berusaha belajar giat, Paman. Ta..tapi ada anak akselerasi di kelasku. Dia yang merebut juaraku dan juga Peter,” kata Meyra berusaha membela diri.

“ALASAN!” bentak Afif lalu menendang Meyra hingga gadis itu tersungkur ke lantai dengan cukup keras. Lengan gadis itu bahkan sampai lecet karena bergesekan dengan lantai.

Tangisan Meyra semakin menjadi. Ia berusaha duduk dengan linangan air mata.

Tiba-tiba seseorang wanita datang dan langsung menarik kasar rambut Meyra, “kamu... tidak ada lagi yang patut untuk dibanggakan lagi darimu, Meyra! Kamu... kamu sudah mengecewakan kami,” kata Mila bibi Meyra. Ia lalu mendorong kepala Meyra ke depan dengan cukup keras.

Meyra hanya bisa menangis dan terus menangis. Ia sangat ketakutan pada dua orang dewasa di depannya ini. Wajahnya menunduk tidak berani menatap mereka.

“Ini.. koper kamu. Sekarang, kamu pergi dari sini! Keluar dari rumah ini!” kata Mila lagi dengan suara yang meninggi.

AKSELERASI: KELAS 12 (NEW VERSION)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang