Five

997 73 3
                                    

Saat keberangkatan menuju kota Malang, Prima sedari tadi hanya diam. Ia merasa kehilangan sosok yang sudah mengambil seluruh hidupnya, memang tidak kehilangan sepenuhnya tapi Prima merasa jika Vikal termasuk brengsek.

Sebenarnya bisa saja Prima pergi ke kota Malang dan bertemu dengan Vikal tapi ia juga masih sekolah. Tapi ia tidak ingin pindah seperti Vikal yang pada dasarnya memang rada menyebalkan dan nakal di sekolah.

Ia kini tengah tiduran dengan kaki paha Vikal sebagai bantalan nya. Ia beberapa kali menyuruh Vukal untuk mengelus kepalanya agar bisa tertidur.

Mereka berdua duduk di bagian belakang. Prima bermain ponsel sembari menikmati elusan dari tangan Vikal yang besar.

"Lu sampe kuliah di sana?" Tanya Prima.

"Gak tau, gua cuma setahun di sana. Paling kalo niat kuliah ya gua bakal lebih lama di sana." Balas Vikal.

"Ya udah."

Hanya itulah percakapan keduanya selama di perjalanan, Prima tidur di pangkuan Vikal dan Vikal sibuk mengurus berkas online nya.

Perjalanan mereka pun kini di bayar dengan kota Malang yang seperti biasanya ramai. Prima bangun di kejutkan dengan banyaknya laki-laki yang ada di sekolah.

' Sialan! Ternyata sekolah khusus laki-laki! ' Batin Prima kesal.

"Sembunyi di belakang gua!" Bisik Vikal ketika merasa beberapa pasang mata menatap Prima mengintimidasi.

Prima berjalan pelan ke belakang tubuh Vikal yang lebih besar di bandingkan tubuhnya.

"Kal, ayo masuk. Keluarga Prima ada di restoran depan, kamu daftar ulang pindahan dulu aja." Ucap Bunda Vikal.

"Prima ikut Vikal ya Bun. Siapa tau mau pindah ke sini hahaha." Candanya yang langsung di beri pukulan kecil dari Prima.

"Idih, gua mau di Tulungagung aja yah anjing!" Sela Prima tidak terima.

"Gak boleh kasar! yok masuk ke ruang kepala sekolah."

Prima merolling kedua matanya dengan malas, ia masih senantiasa mengikuti Vikal yang ada di depannya. Ia menatap para siswa yang ada di lorong karena kedatangannya menjadi pusat perhatian para siswa yang ada.

Ayolah, sebenarnya tidak terlalu mencolok baginya. Ia juga tidak memakai baju yang sangat terbuka, malah tubuhnya sangatlah tertutup oleh kain tebal yang menyelimuti nya.

Sweater tebal ukuran oversize dari tubuhnya dan celana jeans longgar, itulah yang di pakai Prima. Ia heran melihat banyaknya lelaki yang terus memandangi nya bahkan Vikal sampai berusaha menjaga Prima seakan Prima bisa saja di culik dan masuk ke dalam bahaya.

"Kalau ngerti di sekolah ini kayak gini ya njing, mending gua ke restoran aja anjir." Bisik Prima kesal mendapat berbagai tatapan.

Vikal tertawa kecil mendengar bisikan Prima. Menggemaskan menurutnya walaupun kata-kata nya sedikit kasar. Ia merangkul Prima agar tidak banyak yang berani menatap Prima lapar.

"Ntar gua anter lagi kalau mau balik, atau lu mau bantu gua ke asrama beresin baju gua?"

"Liat liat aja nanti." Balas Prima seadanya.

.













Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓] Cousin | TaeGyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang