Siang menjelang sore hari itu, seorang laki-laki muda terlihat berjalan santai menyusuri pinggiran jalan perumahan yang bisa dibilang cukup mewah itu. Langkah kaki itu membawanya menuju ke sebuah toko modern di satu kawasan perumahan.
Laki-laki itu masuk ke dalam toko, hendak mencari bahan masakan yang diminta bundanya tadi saat dirumah. "Merica bubuk, tepung..." gumamnya sembari mengingat lagi.
Brakk
Laki-laki itu tersentak, melihat ke kanan dan kiri mencari asal suara tadi.
"Ehh nenek gapapa kah?"
"Yaampun plastiknya robek ya" wanita paruh baya itu terlihat tidak menghiraukan gadis di belakangnya.
"Iyaa nek robek, sepertinya barangnya nenek terlalu berat. Rumah nenek di blok apa?" Suara itu terdengar penuh penekanan dan sedikit lebih keras, mungkin tujuan sang pemilik suara agar lawan bicaranya bisa mendengar.
Laki-laki yang sibuk mengingat nama bahan-bahan masakan itu terganggu dengan suara-suara yang sepertinya berasal dari kasir. Ia mendekat ke arah kasir dan melihat dari jauh.
"Aduhh maaf ya nak, nenek sedikit tuli maklum sudah tua. Rumah nenek di blok A nak."
Gadis itu tersenyum mengangguk, " Rumah kita searah nek, saya bantu bawa ya nek?"
Wanita paruh baya itu mengangguk dan mengambil beberapa barang yang sekiranya bisa ia bawa dan sisanya dibantu oleh gadis yang menawarkan diri tadi.
Laki-laki yang memperhatikan dari jauh itu terdiam, matanya tidak berhenti memperhatikan punggung gadis tadi yang perlahan menjauh.
Ga asing, pikirnya berusaha mengingat, sepertinya ia kenal gadis itu tapi siapa?
"Mas? jadi mau bayar?"
"Sorry" Ia sadar dari lamunannya setelah ditegur oleh penjaga kasir, ia segera meletakkan bahan-bahan yang sudah ia ambil tadi.
———
"Bun, dimana?" Ucap laki-laki itu dengan sedikit keras agar terdengar di seluruh bagian rumah.
"Bunda di dapur nak" jawab sang bunda.
Laki-laki itu melangkah menuju dapur dengan membawa kantong belanjaan. " Bun, tadi iel beli tepung terigu bener ga si bun?" tanyanya memastikan, sembari mengeluarkan isi kantong belanjaannya.
Wanita paruh baya yang masih terlihat awet muda itu mendekati anaknya, "Astaga Abisakha, bunda kan mintanya tepung maizena nak" ucap sang bunda menatap anaknya sembari tersenyum paksa.
Laki-laki yang dipanggil Abisakha itu menggaruk tengkuknya, "Ih bun namanya susah jadi cepet lupa, maaf ya bunda." rengeknya.
"Hahahha ada-ada aja kamu, yaudah sana mandi gih nanti bunda minta tolong ayah aja beli."
Laki-laki itu tersenyum menampakkan deretan giginya.
"Eh bun, kita ada kenalan di blok A ya?" tanya laki-laki itu, pasalnya gadis tadi masih menghantui pikirannya.
"Blok A? Hmm, tante Amara maksud kamu?" ia melirik anaknya sekilas.
Tidak mendapat jawaban dari anaknya yang malah diam seperti memikirkan sesuatu. "Gamungkin lupa kan nak? Anak bontotnya kan selalu main sama kamu dan adik-adik kamu dulu, kakaknya juga seumuran sama kamu dulu sering ba--"
"Arayuna bun?" celetuk laki-laki itu.
Bundanya mengangguk.
"Dia udah balik ya bun? tadi iel kayak liat perempuan mirip dia."
"Salah liat kali kamu, yuna udah pindah keluar negri dan sekolah disana yang tinggal kan cuma adiknya."
Abisakha menghela nafasnya kemudian mengangguk dan berjalan menuju kamarnya.
Mungkin emang cuma mirip dia.
Hii!
Makasii banyak udah mampir, maaf kalau masih ada salah atau kurang kata.
Have a good day yall!
Ini sunghoon waktu jalan ke toko cuma pake hoodie. ↑
YOU ARE READING
AGAIN | Sunghoon x Yuna
FanfictionTo the only person that I fall in love with, you are enough, you are beautiful, you are amazing and I will never be able to lose you again. written by : leulsfine, 2022 this story based on my imagination, leave it if you don't like it.