2. Pertarungan

228 39 5
                                    

Perahu bergoyang, dan permukaan sungai yang gelap seperti langit malam ditembus oleh perahu yang bergerak lambat.

"Seungwan... Aku sangat khawatir dengan mereka..." Sooyoung meringkuk dan sedikit gemetar, menatap orang di depannya sambil menangis.
“Tidak apa-apa… tidak apa-apa… kita harus percaya pada mereka.” Begitu Seungwan yang masih mengayuh mendengar tangisan Sooyoung, dia langsung meletakkan pekerjaannya, berjongkok dan menyentuh bahunya untuk menenangkan dia.

Dan saat Seungwan masih menenangkan emosi Sooyoung, suara yang sangat halus tiba-tiba datang dari dekat dan menarik perhatiannya.
Seungwan pertama-tama mengisyaratkan pada Sooyoung yang tidak menyadarinya untuk diam, kemudian menyipitkan matanya melihat sekeliling, mencoba menemukan gerakan sekecil apa pun di antara kabut putih.

Tanpa peringatan, bayangan gelap terbang ke kanan perahu, dan Seungwan yang telah menyadari sebelumnya menoleh dan berteriak kepada Sooyoung yang ada di sebelahnya, "Hati-hati!"
Dalam sekejap, dia berdiri, menginjak dayung yang tergeletak di samping dengan satu kaki, menggunakan prinsip pengungkit untuk mengangkatnya dan memegangnya di tangan, lalu mengayunkan tangannya untuk memukul benda yang datang.

Pedang?

Dari sudut mata Seungwan, dia melihat bahwa benda yang dia pukul adalah pedang, yang sepertinya menunjukkan bahwa ada pembunuh yang sedang menyergap di sungai, tetapi karena kabut putih, lawan tidak dapat menyerang dengan tepat.

“Turunkan badanmu, jangan berdiri!” bisik Seungwan, matanya masih menatap ke segala arah.
Di sisi kanan, bayangan hitam terbang lagi hanya beberapa meter dari arah sebelumnya. Seungwan segera bereaksi, memegang dayung di tangan kanannya dan mendorongnya ke atas dari kiri bawah dengan tangan kiri untuk menghalangi objek itu. Namun sebelum menarik kembali dayungnya, sebuah tarikan kuat terasa di tangannya, hampir membuat dayung itu jatuh.
Seungwan melihat dan menemukan ada benang tipis di belakang pedang yang barusan terbang ke sana. Tidak mudah untuk menyadari di tengah kabut putih tadi, jadi ketika menarik dayung untuk menghalangi benda datang, dia tanpa sengaja membuat benangnya terikat pada ujung dayung.

Seungwan menarik kembali tangan kiri yang baru saja dia dorong, dan meraih gagang dayung dengan lima jarinya, mencoba untuk melepaskam benang, tapi tidak ada efek.

Setetes keringat dingin jatuh dari pipinya. Seungwan sekarang tidak bisa melepaskannya, dan juga tidak bisa memegangnya erat-erat. Di satu sisi, dia tidak bisa melepaskannya karena dia akan kehilangan satu-satunya senjata di tangannya. Di sisi lain, dia tidak boleh tetap memegangnya karena badan perahu sudah ditarik ke arah tempat musuh berada. Arah dan posisi mereka juga telah diketahui oleh musuh, mereka sedang dalam kondisi yang kurang menguntungkan.

Belum sempat berpikir terlalu banyak, satu per satu bayangan hitam sudah muncul di depan kabut putih. Sebuah ide melintas di benak Seungwan. Dia sengaja melepaskan tangannya sejenak, lalu menarik dayung lagi ke arah dirinya. Telinganya terdengar suara benda berat jatuh ke dalam air.
Ujung lain dari benang yang terikat di gagang dayung perlahan tenggelam, dan permukaan sungai kembali tenang. Tapi Seungwan tidak berani bersantai begitu saja, ia berjongkok sedikit untuk berjaga-jaga terhadap kemungkinan serangan yang mendekat.
Benar saja, tidak terlalu lama, permukaan sungai mulai bergelombang, dan suara pedang yang bergesekan mulai terdengar di sekitar.

“Sial!” Seungwan menapak kakinya dengan kuat, mengkhawatirkan keselamatan Sooyoung yang selama ini bersembunyi di belakangnya.

Tidak masalah jika dirinya terluka, tapi dia tidak ingin Sooyoung terluka sedikit pun!
Tapi dalam kondisi yang begitu ekstrim, bagaimana dirinya melindungi Sooyoung?

Tidak ada cara bagi Seungwan untuk memikirkan tindakan balasan yang lebih jelas dalam waktu yang sangat mendesak, jadi dia hanya bisa mendahului dan menyerang!

Seulrene | Seribu Tahun S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang