Namanya Yudha, laki-laki berdarah Indonesia-Jepang ini sedang memasuki fase-fase tersulit dalam perkuliahan nya. Selain skripsinya yang tidak selesai-selesai dan rentetan biaya kuliah yang belum sepenuhnya di bayar lunas ia juga pusing dengan biaya hidupnya yang tidak terpenuhi.
"Alah sialan, kapan kelarnya si nih skripsian?! Perasaan dari taun maren gua kagak kelar-kelar, kayaknya goblok banget." Laki-laki itu berdecak sembari menghempaskan tubuhnya ke kasur. Tatapannya mengarah pada langit-langit kamar kosnya.
"Apa gua cari kerja aja ya? Kalo cuma ngandelin duit dari transferannya bokap nyokap mah mana cukup," ujarnya.
Di tengah-tengah kesibukannya memikirkan banyak hal tiba-tiba saja ponselnya berbunyi, tangannya terulur untuk meraih ponsel tersebut lantas mengangkat panggilan telpon itu.
"Kenapa?" Tanyanya dengan nada tidak tertarik.
Tapi ketika seseorang itu menjelaskan maksudnya menelepon Yudha maka laki-laki itu kini duduk di tepi kasur sembari berpikir.
"Serius lu ngajak gua ke club'? Mau ngapain? Oh lu ada job di sana? Ok gua otw." Lantas sambungan telpon putus begitu saja.
Setelah bersiap ia langsung pergi menuju club' yang sudah biasa ia kunjungi bersama teman-temannya itu. Bukan hal yang aneh lagi bagi seorang Yudha pergi ke club', karena bisa di bilang ia bisa pergi ke sana hampir lima atau tiga kali dalam satu bulan. Tidak sering memang, tapi club' kini sudah seperti rumah ketiganya selain rumah orang tuanya dan kamar kosnya sendiri.
"Woi, Yudh. Sehat Lo?" Laki-laki yang hampir sepantaran dengan Yudha melambaikan tangan. Namanya Mahen, ia sama seperti Yudha. Bedanya ia sudah punya pekerjaan, yaitu sebagai fotografer. Kliennya mungkin tidak banyak, tapi yang menyewa jasa fotonya kebanyakan wanita-wanita yang ada di club'. Katanya selain dapat uang ia juga dapat rejeki tambahan, yaitu melihat tubuh-tubuh molek para kliennya. Memang otak mesum!
"Sehat lah gua, kalo kagak sehat ngapain gua ke sini?" Keduanya lantas tertawa tanpa alasan.
Tak lama seorang gadis cantik dengan gaun sepaha mendekat kearah mereka. Ia tidak bicara namun tersenyum kearah Mahen.
"Gua tinggal dulu ya, lu kalo mau minum pesen aja. Hari ini gua traktir, gua ada kerjaan." Ah Yudha tau sekarang, ternyata wanita itu kliennya Mahen. Ia mengangguk, lalu Mahen pergi sembari menggandeng wanita itu.
Yudha belum berminat untuk memesan minuman, sejak tadi dirinya sibuk menikmati alunan musik keras yang di mainkan oleh DJ.
Matanya sibuk menatap setiap penjuru club', lantas tatapannya berhenti tepat di sebuah sudut remang. Ia melihat ada satu gadis yang duduk sendiri, ah tidak juga. Ia sedang di goda oleh para lelaki hidung belang. Tanpa ia sadari kakinya berjalan kearah gadis itu, berniat untuk menolongnya.
"Ngapain lu?" Tanyanya dengan nada sengak.
"Lu siapa? Kita ada urusan sama lu sebelumnya?" Satu pria diantara ketiganya bertanya tak kalah sengak.
"Gua cowo dia," jarinya menunjuk kearah gadis itu.
Ketiga pria di hadapannya saling bertatapan satu sama lain, lantas berdecak hampir bersamaan. Lalu pergi meninggalkan Yudha dan gadis malang tersebut.
Yudha memperhatikannya sebentar lalu membuka jaket yang ia pakai. Ia tutupi bagian dada gadis itu yang sedikit terbuka, gadis itu mengenakan dress pendek dengan belahan rendah di area dada.
"Rumah lu di mana? Biar gua anter pulang, disini gak aman."
Bukannya menjawab gadis itu malah mencengkeram jaket yang tadi menutup dadanya dengan kuat, Yudha dapat melihat bahwasanya gadis ini sedang ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
one shot
Fantasy⚠️ PERHATIAN ⚠️ CERITA INI MENGANDUNG ADEGAN DEWASA. DIMOHON AGAR LEBIH BIJAK LAGI DALAM MEMILIH BACAAN. TERIMAKASIH.