billiards

14.9K 86 3
                                    

"Jonathan?" Wanita dengan tubuh ramping berseragam hitam putih itu membaca daftar tamu yang sedang ia pegang. Wanita itu salah satu pelayan di tempat billiar yang ada di kawasan Jakarta Pusat.

"Nad, tolong anterin minum nih buat tamu kita." Seorang bartender memanggilnya sembari mendorong pelan nampan di depannya yang berisi satu gelas kosong dan satu botol beling berisi minuman alkohol.

Wanita yang di panggil itu akhirnya mengangguk dan berjalan kearah bartender tersebut.

"Anter ke siapa?"

"Meja nomor 23 atas nama Jonathan," ujar bartender itu santai.

Nadia terbelalak kaget, yang benar saja. Pasalnya selama ini di kalangan pegawai billiar tersebut apalagi pelayan, Jonathan di rumorkan adalah tamu paling kejam yang pernah mereka layani.

Nadia ragu, tapi ketika ia melihat wajah bartender itu sudah nampak kesal akhirnya ia setuju. Wanita itu berjalan dengan jantung yang berdegup kencang.

Ternyata meja Jonathan masuk dalam meja yang berada di ruangan VIP, Nadia mulai mengetuk pintu tersebut sampai seseorang di dalamnya mempersilahkan masuk.

"Letakan saja itu disana, sekarang kemari lah." Laki-laki itu melambaikan tangannya pada Nadia, dengan ragu-ragu gadis itu berjalan ke arah Jonathan.

"Ada apa, Tuan?" Nadia bertanya, karena sebetulnya dia juga tidak tau apa yang Jonathan perintahkan padanya.

"Kau bisa bermain?" Tanya Jonathan sembari menunjukkan stik panjang untuk bermain billiar.

Nadia mengangguk ragu. "Bagus," ujar Jonathan.

Keduanya telah bersiap di posisi masing-masing, tapi sebelum permainan di mulai Jonathan memberikan peraturan yang sejak tadi ingin ia suarakan.

"Jika nanti aku kalah, maka kamu bebas meminta apapun padaku. Tapi jika nanti aku yang menang, maka kamu harus bermain bersamaku." Ucapannya seakan begitu ambigu bagi Nadia, tapi gadis itu tetap mengangguk paham.

Lalu keduanya bersiap di posisi masing-masing, permainan di mulai dari Jonathan. Pada permainan pertamanya, laki-laki itu berhasil memasukkan satu bola kedalam lubang.

Lalu dia tersenyum kecil ke arah Nadia, gadis itu hanya menjilat bibirnya. Jantungnya seakan ikut berpacu dalam detakkan jam.

Kini mulai pada Nadia, gadis itu mulai membungkukkan badannya, siap memasukkan bola kedalam lubang. Tapi sayang, dewi keberuntungan tidak berpihak padanya. Hingga pada babak akhir, permainan di menangkan oleh Jonathan.

"Bagaimana? Kau kalah dalam pertandingan ini, apa kau mau bermain denganku?" Laki-laki itu bertanya dengan senyum mematikannya.

Kini wajah Nadia benar-benar pucat, kakinya melangkah mundur. Saat gadis itu ingin berlari ke arah pintu Jonathan dengan sigap menarik lengannya. Nadia panik bukan main, gadis itu memberontak.

"LEPASSS, AKU GAK MAU MAIN SAMA KAMU. Tolong lepaskan saya," ujar gadis itu. Ia hanya bisa menangis, berharap Jonathan kasihan pada dirinya.

Jarak wajah mereka sudah dekat, jari-jari Jonathan sudah bermain di area wajah Nadia. Jari telunjuknya menyapu bibir ranum milik gadis itu.

"Don't worry, I won't hurt you."

Lalu Jonathan mengendong tubuh langsing Nadia ke meja billiar, mendudukkan gadis itu di sana. Tangannya mulai mengusap pelan paha Nadia dengan gerakan sensual.

"J-jangan," ujar Nadia sembari terisak.

"Apa yang kamu takutkan sayang?"

Tangan itu perlahan mulai membuka kancing-kancing seragam milik Nadia. Gadis itu hanya terisak sembari kepalanya terus menggeleng keras.

"Aku mohon jangan, aku...biarkan aku keluar." Nadia semakin keras memberontak Jonathan, tangan mungil itu menghalangi tangan Jonathan yang besar.

"Hm, ingin bermain kasar ya?" Seringai dari Jonathan membuat Nadia makin ketakutan.

Lantas dengan begitu saja Jonathan membuka ikat pinggangnya dan mengikat kedua lengan Nadia dengan ikat pinggang tersebut.

"Jangan berteriak, atau..." Pria itu tersenyum licik. "Atau kamu akan habis malam ini."

***

"Aaaahhh.....aaaahhhh...Joeeuhhh..." Desahan itu terus terdengar sejak dua menit lalu.

Kini tubuh Nadia sudah benar-benar dalam keadaan telanjang bulat, tentu dengan Jonathan yang sedang menggempurnya habis-habisan.

Tangan kanan Nadia terus mencengkeram ujung sofa kuat sedangkan yang satunya lagi berpegangan pada lengan kekar Jonathan.

"Apa aku cukup lihai dalam hal ini? Kau nampak menikmatinya cantik," ujar Jonathan dengan nafas yang tersengal-sengal. Pergerakannya memang berhenti, tapi benda panjang miliknya itu masih berada di dalam vagina milik Nadia.

"Aaahhkkuhh....bisa keluarkanh benda ini?" Gadis itu mendorong pinggul Jonathan dengan sisa tenaga yang ada, tapi nyatanya laki-laki itu tidak bergerak sama sekali.

Jonathan memulai permainan nya kembali, tapi kali ini lebih kasar dan lama. Laki-laki itu menekuk lutut Nadia dan mulai memaju mundurkan pinggulnya. Semakin lama pergerakan itu semakin cepat, dan penis Jonathan pun semakin dalam masuki vagina Nadia.

Gadis yang berada di bawah Kungkungan Jonathan hanya bisa mendesah, ia sama sekali tidak membuat pergerakan berontak seperti beberapa menit yang lalu.

"Aaaahhh....aaahhhh....lleebbihh cepath.." bibir yang manis bagi Jonathan. Payudara yang besar dan berisi, tubuh seksi dambaan semua wanita Nadia miliki seutuhnya. Jonathan memandangi wajah dan tubuh Nadia secara bergantian, banyak bercak merah yang di timbulkan karena dirinya sendiri. Memberi jejak atas kepemilikan tubuh gadis manis ini untuknya.

Malam yang panjang untuk Jonathan dan Nadia sang pelayanan bercinta dalam satu ruangan yang di isi oleh desahan-desahan manja dan suara penyatuan mereka berdua.

"Aku suka denganmu, tubuhmu dan semua yang melekat pada dirimu. Lain kali, mari bermain lebih lama denganku. Eughh.." Jonathan klimaks dan merebahkan dirinya di atas tubuh tak berdaya Nadia.

Finished
.
.
.
Mau ceritanya lanjut atau berhenti di sini aja?

Congratulations on 3k readers 🤜🏻🤛🏽

one shotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang