Hujan di Ujung Senja

6 1 0
                                        

Hujan turun dengan deras membasahi tanah dan jalan. Sedangkan Yasuhiro, ia menjadi korban tangisan langit di siang itu. Segera ia berteduh di toko buku yang selalu ia singgahi, dari yang semulanya menaiki motor Kawasaki Ninja ZX-25R hitam.

"Tau aja gue dah lama gak kesini." Tutur Yasuhiro pelan. Ia kemudian menghela nafas dan masuk ke dalam toko buku.

Toko buku yang selalu menjadi tempatnya refreshing ini di kelola oleh lelaki tua berusia 60 tahun. Yasuhiro biasa memanggilnya kakek Moy. Bukan tanpa alasan namanya terdengar aneh, kakek Moy terlihat lucu bagi Yasuhiro, tingginya yang tak lebih dari 150cm, juga pipinya yang rasanya membuat Yasuhiro ingin mencubitnya. Karenanya Yasuhiro menamai lelaki tua pemilik toko buku itu Kakek Moy. Kakek Moy pun tak masalah disebut begitu, ia justru senang.

"Sore kek Moy!" Ucap Yasuhiro bersamaan dengan suara lonceng yang akan selalu berbunyi disaat ada orang membuka pintu.

"Sore cu, wah wah, akhirnya kamu datang kesini cu, kakek kira kamu udah lupa sama tempat ini." Tutur Kakek Moy yang sedang membersihkan buku-buku di pojok ruangan dari debu menggunakan kemoceng kesayangannya.

"Enggak dong kek, aku sibuk banget kek, kerjaan padet hehe."

"Kerja kamu apa sih cu sampai jarang kesini?"

"Rahasia negara kek." Jawab Yasuhiro yang tak mau membongkar siapa dirinya kepada kakek Moy.

Bukannya besar kepala, namun pasalnya, hanya sedikit orang yang tak tahu siapa dirinya, dan kakek Moy adalah salah satunya. Kakek Moy jarang menonton TV, lagu yang ia dengar pun hanya lagu 80an atau lagu 90an.

"Kamu jadi mata-mata Su?"

"Kek, udah berapa kali Yasuhiro bilang, jangan Su, Ro aja kek, Su mah kesannya kek as*, kasar atuh kek." Ceramah Yasuhiro yang kini terduduk di sofa yang berada di sudut ruangan lainnya.

"Kamu aja manggil kakek dengan sebutan Moy, terserah kakek mau ngasih kamu nama apa cu."

"Iya deh kek iya, oh iya kek, buku pesanan aku kemaren udah ada gak kek?" Tanya Yasuhiro antusias dan beranjak dari sofa menuju rak buku.

"Udah lah, kamu udah berapa bulan gak datang kesini, udah berdebu pula itu buku Su."

"Kek, kakek kayak ngatain aku."

"Itu bukunya di rak nomor 5 urutan 2 teratas."

"Siap kek Moy!"

.

.

.

.

.

.

.

.

"Kak, seriusan gapapa pergi nih?" Leo bertanya dengan cemas kepada kakaknya dari balik pintu kamar Andhira.

"Gapapa Leo, kakak lagi block writers nih, kamu bantuin kakak cari inspirasi yuk."

"Aku mah mau-mau aja kak, Bunda sama Ayah bolehin emang?"

"Kakak bukan anak kecil, kakak bisa jaga diri kakak sendiri."

"Yaudah deh, kalau ada apa-apa langsung hubungin aku ya kak."

"Iya Leoo~~ kamu rewel banget deh, cepet keluar, kita pergi, keburu Bunda pulang." Andhira segera mendorong punggung Leo untuk beranjak dari pintu kamarnya.

.

.

.

.

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang