LHC; THE TRUTH

1K 100 1
                                    

“Tetap lah Bahagia, karena dengan begitu, aku pun bahagia.”

~~~~~~~~~~~~~~~~

Lanjut Haechan dengan senyuman tulus nya.

“Kenapa kau mengatakan itu?”

“Loh? Memang nya, kenapa?”

“Aneh saja.”

Haechan tertawa dengan lepas, kemudian dirinya beranjak dari duduk nya. Pergi ke halaman belakang rumah, menghirup udara dengan senyuman yang setia tersungging di kedua bibir nya.

Sudah terhitung seminggu, Haechan berada di rumah. Sekarang dirinya sedang terduduk di sofa.

Terlihat jam menujukan pukul 07.30 malam, Haechan sedang menikmati tayangan TV yang berada di hadapan nya.

Tapi tak lama kemudian, dering handphone membuat dirinya mengalihkan pandangan nya.

Lee Jeno.

Haechan menghela nafas. Menggeser icon telepon yang bewarna hijau.

‘LEE DONG HYUCK!!’

“Jangan marah, Jeno~”

‘Bagaimana tidak marah, selama seminggu ini tak ada kabar darimu. Stupid!’

‘Ya, maaf.’

Haechan berjalan ke arah dapur begitu kepala nya berdenyut nyeri.

“Aww, aku pusing lagi.”

‘Minum obatmu!’

Suara Jeno terdengar khawatir di sebrang sana, membuat dirinya terkekeh.

Dengan cepat panggilan itu, Haechan load speaker.

Kemudian dirinya mengambil botol obat yang berada di kantong hoodie nya, dan mengeluarkan tiga butir tablet obat.

Dengan cepat dirinya memasuk kan obat itu ke dalam mulut nya, dan segera di telan dengan air putih.

“Gone~”

‘Haechan-ah, ku mohon. Kembali ke Rumah Sakit, aku ingin memantau penyakit mu lagi.’

Tanpa Haechan sadar, para Hyeong nya berada di pintu samping. Pintu yang langsung mengarah ke dapur.

Niat awal nya ingin mengejutkan Haechan. Tapi begitu melihat Haechan meminum obat, mereka enggan masuk.

Mendengar percakapan Jeno dan Haechan, membuat mereka tentu terkejut, mendengar suara berat Jeno yang menyuruh si bungsu kembali ke Rumah Sakit.

Terlebih dengan kata “penyakit mu”.

“Aku lelah Jeno, sungguh, Aku tidak berbohong. Aku membohongi Hyeongdeul selama ini karena Penyakit Leukemia yang berada di tubuhku ini, bahkan rambutku habis karena Kemoterapi.”

“Kemoterapi tidak membuahkan hasil bukan? Justru itu membuat penyakit ini semakin menggerogoti tubuhku. Tiga tahun di rumah sakit, hanya berbaring dengan infus dan mesin Elektrokardiograf”

“Selama tiga tahun pula, aku membuat Renjun dan Jaemin terus menangis karena teriakan kesakitan ku saat Kemoterapi.”

“Kau tahu, make up itu melelah kan ok. Mengelabui wajah pucat pasiku kepada Hyeongdeul. Ah, aku selalu bilang diet kepada mereka, yang sebenarnya aku tidak nafsu untuk makan.”

‘Haechan-ah…’ Suara Jeno terdengar serak, membuat Haechan menghela nafas kasar.

“Bahkan sekarang aku membuatmu menangis, Jeno.”

‘Ku mohon, kau harus semangat. Demi aku, Renjun, dan Jaemin. Bahkan semua orang yang menyayangi mu. Haechan-ah.’

Haechan menghela nafas, dengan kasar dirinya mengusap kedua pipi basah nya itu.

“Baiklah, aku akan coba.”

‘Terima kasih, sungguh. Terima kasih, Haechan-ah. Aku akan menunggumu di Lobby Rumah Sakit, oke?’

“Oke.”

Percakapan itu berakhir, para Hyeong yang mendengar percakapan mereka berdua, hanya bisa mematung. Dengan air mata yang keluar begitu deras nya.

Menatap Haechan yang di batasi kaca, dengan tak percaya.

Haechan terisak, merosotkan tubuh kecil itu di daun pintu kulkas.

EPOCH. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang