SATU

47 8 0
                                    

Hallo, enjoy bacanya, ya guys.
Jangan lupa vote sama komennya juga🙌🙌

◽◽◽◽◽◽◽◽

Senin pertama setelah libur akhir semester yang panjang. Seperti biasa, hari pertama sekolah pasti para siswa lebih sibuk dari sebelumnya. Ya, sibuk merapikan atribut, bahkan ada yang rela membeli baru karena miliknya hilang entah kemana.

Salah satunya adalah Bulan. Gadis berwajah ayu itu juga ikut-ikutan kehilangan topi dan juga dasinya yang ia yakini hilang ditelan bumi atas keteledorannya selama liburan.

Gadis mungil itu kini tengah berdesakan di koperasi untuk membeli dasi dan topi baru. Berkat badannya yang kerdil membuatnya berhasil menerobos antrean.

"Kak, dasi sama topi masih ada, kan?" Tanya Bulan.

Si penjaga koperasi menggeleng, "Habis, Lan. Kayaknya banyak banget yang kehilangan sampe stoknya habis."

Bulan mendesah kecewa, ia melihat si penjaga koperasi menunjukan tempat penyimpanan topi dan dasi yang memang isinya sudah raib.

Kali ini mungkin saatnya ia pasrah harus upacara dibarisan yang terpisah, lalu akan dipermalukan dihadapan semua siswa. Walaupun Bulan yakin yang tidak berdasi dan topi bukan hanya dirinya, tapi tetap saja ia malu.

"Oke. Semangat Bulan, santai. Hari ini hari pertama sekolah, jadi yakin dan pastikan kalo Bu kepsek gak bakal marah dahsyat, hwaiting!" Ujar Bulan menyemangati dirinya sendiri.

Dengan langkah berdebar, Bulan berjalan menuju lapangan dimana murid yang lain sudah berbaris atas perintah anak OSIS.

Matanya dengan sengaja melihat Samudera. Lelaki itu sudah sangat tampan dengan baju serta atribut yang rapi. Bulan tersenyum, ia membayangkan Samudera berlari ke arahnya lalu dengan senang hati meminjamkan dasi dan topi miliknya kepada Bulan.

Tapi sayangnya, Bulan yakin itu hanya sebuah ilusi.

Saat tengah asik memerhatikan samudera, ia dikejutkan oleh kedatangan lelaki bername-tag Langit Mahanta.

"Heh, Bulan Wati!" Panggil Langit.

Gadis itu menoleh,"Ngapain masih di sini?"

"Lah, Lo juga ngapain? Bukannya baris, Lo. Mana gak pake dasi sama topi lagi. Kemana tu dasi?" Tanya Langit.

Bulan menatap Langit dengan bibir mengerucut. Sangat menggemaskan.

"Hilang, Langit!! Lo gak liat muka pasrah gue yang bakalan baris di sana?" Rengek Bulan seraya menunjuk tempat yang digunakan untuk memisahkan para siswa yang melanggar.

"Loh kok bisa?" Pertanyaan yang tidak penting sebenarnya.

"Bisalah. Lang, apa gue pura-pura sakit aja, ya?" Tanya Bulan menyuarakan ide konyolnya.

Langit malah tertawa. Dan sialnya tawanya sangatlah manis, lihatlah lesung dikedua pipinya. Errr sangat manis.

"Memangnya Lo gak takut sendiri? Kan Lo takut setan."

"Takut, makanya Lo harus temani gue!" Pinta Bulan sarat akan pemaksaan.

"Dih, siapa elo? Lo, kan punya laki, kenapa gak minta temani dia aja?" Tanya Langit seraya menoyor kepala Bulan.

Bulan mencebik,"Lo liat, kan? Dia jadi pemimpin upacara, mana sempat temani gue."

"Halah. Palingan kalo gak jadi pemimpin upacara juga dia gak bakalan mau temani, Lo!" Jawab lelaki itu seenaknya.

Tapi yang diucapkan Langit ada benarnya juga, sih. Batin Bulan.

"Nih, pake punya gue aja. Gue malas upacara, panas," lanjutnya seraya melepas dasi dan topi lalu menyerahkannya kepada Bulan.

NABASTALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang