Right Person Right Time

207 22 0
                                    

Semesta memang selalu tahu kapan dan dimana semua hal baik akan terjadi dalam hidup, walau nyata, diri ini tak menampik bahwa beberapa kali merasa suatu hal itu akan sulit tuk terlewati.

Diriku, Lee Heesung, adalah seorang pria biasa yang menjalani kehidupan dengan normal. Awalnya ku pikir semua akan baik-baik saja, ku jalani hidup ku sesuai dengan keinginan ku sendiri, hingga, tiba suatu fase dalam hidup, yang mewajibkan kita tuk melalui setiap proses nya.

Pernikahan, membangun rumah tangga, ah, sial. Begitu memikirkan nya kepala ku terasa pening, hal itu di sebabkan karena ibu ku tercinta tak henti-hentinya menuntut agar aku segera menemukan pendamping hidup.

Tentu saja ku tolak mentah-mentah permintaan nya itu, karena memang, pernikahan tak termasuk dalam list tujuan hidup ku, ku pikir tak akan ada masalah jika ku habiskan masa tua ini seorang diri, tabungan yang ku kantongi sepertinya cukup untuk ku menghabiskan masa tua nanti.

Namun, pada suatu waktu, saat diri ini tak bisa menghindar lagi dari kata yang teramat ingin ku hindari, detik itu ku bertemu dengannya.

Ah, tapi, jika boleh jujur, walau ia nampak menawan dengan wajah cantiknya itu, tetap saja hati ku ini membatu, karena memang tak berniat menerima sosok kehadiran orang lain tuk menemani sisiku yang kosong.

"Jika kau memang berniat ingin hidup sendiri, yasudah pergi saja sana! Dan hidup lah seorang diri sampai mati!" teriak ibu keras bukan main, sepertinya habis sudah kesabaran nya pada diriku karena terus menerus menolak permintaan nya tuk segera meminang anak gadis orang.

Akhirnya dengan amat terpaksa, ku datangi dirinya, iya, sosok menawan yang sempat mencuri perhatian ku sebelumnya.

"Apa kau masih memikirkan nya?" tanya ku to the point padanya, saat kami bertemu, pasalnya walau kami tak terbilang dekat, kami mengetahui sedikit kisah tentang satu sama lain.

"Mau bagaimana lagi? Ia berjanji akan menikahi ku, namun apa? Ia malah menikah dengan gadis lain" gerutu nya bukan main, tak lupa menghentakkan kaki.

Ah, jika aku menikah dengannya, apa aku tak akan repot? tapi, tak ada gadis lain yang terpikir untuk ku nikahi selain dirinya.

"Apa kau seingin itu tuk menjadi seorang istri?!" tanyaku lagi padanya.

"Tentu saja aku mau, lagipula aku tak berniat menghabiskan masa tua ku seorang diri, aku tak mau, pokoknya harus ada sosok suami yang menemaniku nanti" ucap nya semangat bukan main.

Ah, sungguh, apa jalan pikiran perempuan itu memang selalu berlabuh pada sebuah kata pernikahan? Memangnya dengan menikah akan menjamin kita bahagia?

"Hahh.... Yasudah, kalau begitu kau lekas bersiap, kita pergi sekarang!" titah ku padanya.

"Huh? Memang kita akan kemana?" Tanya nya terheran, karena memang sebelumnya kami tak memiliki janji.

"Bukankah kau berkata ingin menjadi seorang istri? Kalau begitu lekas bersiap, aku sudah memesan kan sebuah gaun pengantin untukmu, kau harus mencoba nya"

"H-huh?"

"Ah, aku lupa, aku juga sudah menyebar surat undangan pernikahan kita" ucapku padanya sembari pergi berlalu.

"A-apa? Apa kau gila?!" teriak nya emosi.

"Ssst, jangan berisik! Dan jangan menolak! orang tua kita juga sudah setuju, jadi lekas ikuti saja instruksi ku" ucapku sembari sedikit berteriak agar dapat terdengar olehnya.

Pft, lucu bukan? walau awalnya kami menikah karena alasan yang bertentangan, nyatanya kini kami malah hidup bahagia, dengan ditemani seorang putri yang cantik.

Dan yah, memang pada dasarnya kita tak akan tahu takdir seperti apa yang akan menghampiri kita kedepannya, karena kita hanya bisa merencanakan, tapi Tuhan lah yang tetap memutuskan.




__END__








Visualisasi tokoh:

Visualisasi tokoh:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lee Heesung

Lee Heesung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oh Haewon




Romantic Sequel✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang