Menemani kamu yang lagi masak ketupat atau opor ayam. Bisa juga nemenin yang lagi mellow kayak saya, teringat pada keluarga yang sudah tiada. Ketika waktu terasa begitu cepat. Dan tak ada pilihan kita harus tetap bergerak.
Selamat menjelang lebaran. Semoga kalian dan keluarga sehat semua.
I love you.. all
***
"Kenapa Mas?"
"Nggak apa-apa. Cara berpikir kamu berbeda dengan orang kebanyakan."
"Cuma mengkhayal saja. Nggak mungkin lah saya punya lahan seluas ini. Cicilan mobil saja baru lunas. Mikha itu anak Mas?"
"Iya, kenapa?"
"Lucu banget anaknya. Saya suka rambutnya, panjang banget. Hitam tebal lagi."
"Dia mirip ibu."
"Kalau boleh tahu meninggal kenapa?"
"Waktu melahirkan Mihika. Hari ulang tahunnya sama dengan kematian ibunya. Karena itu kami tidak pernah merayakan. Saya merasa bersalah tidak bisa menyelamatkannya." Mata pria itu menerawang seolah tengah melihat sesuatu yang menyedihkan di atas langit.
"Maaf," Renata segera merasa bersalah.
"Tidak apa-apa. Semua sudah berlalu."
"Patah hati ditinggal mati pasti menyakitkan ya, Mas?"
"Sangat, apalagi saat menyadari kalau dia tidak bisa lagi bersama kita. Kata orang lebih baik diselingkuhi atau ditinggal pergi."
"Nggak juga sih, Mas. Semua punya rasa sakit masing-masing. Saya sudah merasakannya. Nggak kuat melihat dia bersama perempuan lain. Malah mau mati aja rasanya."
Keduanya tertawa kecil.
"Setiap mengingat hal buruk yang pernah terjadi dalam hidup. Ketika kisah sudah berlalu, orang bisa menarik hikmah dan menganggap hal tersebut sebagai lelucon getir yang pantas ditertawakan. Karena itu kamu kemari?"
Renata mengangguk kali ini senyumnya lebih lebar. Keduanya kini tersenyum. "Mau ke sungai?"
"Boleh Mas. Apa nanti kita akan menjemput Mikha lagi?"
"Ya, dia senang tinggal bersama saya. Meski sebenarnya saya cukup galak menjadi ayah. Karena pekerjaan, dia harus tetap bersama kakek dan neneknya. Meski sekarang terpikir untuk mengambilnya. Semua butuh pertimbangan yang matang. Saya harus menyiapkan rumah dan orang yang bisa menjaganya setiap saat. Belum lagi kalau nanti dia sudah sekolah formal."
"Iya sih, tapi sepertinya dia anak yang baik."
"Dia mirip saya."
"Kalau ibunya?"
"Embun pemalu sekaligus pendiam. Tidak suka bertanya, semua dipendam sendiri. Mungkin karena itu kami cocok karena saya tipe sebaliknya. Kalau saya memiliki pasangan yang banyak menuntut, bisa jadi tidak akan bertahan lama. Sayangnya, malah dia yang pergi duluan."
"Mas pasti sangat mencintainya."
"Ya, sejak dia masih SD. Saat itu saya sudah SMU. Dia sangat rajin di rumah. Bagi saya yang selalu hidup di desa, perempuan idaman ya, seperti dia."
"Kalau sekarang?"
"Tidak pernah berpikir tentang pasangan. Kepergiannya membuat saya patah hati berkepanjangan. Kenapa saya jadi malah cerita ke kamu?"
"Mungkin karena kita tidak saling kenal dan sama-sama pernah patah hati. Kadang lebih mudah berbincang dengan orang luar dari pada lingkaran pertemanan atau keluarga. Kita tidak butuh solusi Mas, cuma butuh cerita. Dan malas juga kalau akhirnya orang bercerita tentang kita di belakang sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
GENGGAM TANGANKU JANGAN PERNAH LEPASKAN/ Versi Lengkap Tersedia Di Playbook
RomansaMoreno Surya adalah pemilik dari ratusan hektar hutan warisan dari sang kakek. Dari sana ia membuka bisnis wisata alam yang digemari oleh banyak orang. Pribadi yang ramah, tegas dan rendah hati membuatnya mudah disukai orang. Pria berpendidikan S2 d...